Kolaborasi Organisasi Sosial Indonesia dan Global Berdayakan Eks Napi Perempuan

2 Agustus 2023 15:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kolaborasi organisasi sosial Indonesia dan Singapura dalam membantu masyarakat Indonesia. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kolaborasi organisasi sosial Indonesia dan Singapura dalam membantu masyarakat Indonesia. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Eksistensi organisasi sosial yang berdampak langsung kepada masyarakat kerap menemukan tantangan. Meski program kerja yang dilakukan mendukung pemerintah, namun tidak jarang perhatian pemangku kepentingan masih dirasa belum cukup.
ADVERTISEMENT
Beberapa kesulitan yang kerap dihadapi adalah kurangnya pengembangan sumber daya manusia, keterbatasan finansial, hingga program yang tidak berkelanjutan.
Salah satunya Garis Hitam Project. Organisasi asal Sulawesi Barat tersebut telah banyak membantu mantan narapidana perempuan untuk bisa berdaya secara ekonomi dan pengentasan stigma negatif yang telah melekat.
“Sayangnya, karena stigma negatif kami kesulitan bekerja sama dengan pemerintah karena isu tersebut sangat sensitif dan sulit diterima masyarakat akibat stigma negatif yang telanjur melekat pada para narapidana perempuan,” kata Staff Program Garis Hitam Project, Nuranti Anarkhis dalam keterangan diterima, Rabu (2/8/2023).
Nuranti memastikan, tantangan tersebut tidak membuatnya menyerah. Bersama timnya, Garis Hitam Project memulai semua dari bawah di tingkat Kabupaten Mamuju.
“Kami bekerja sama dengan lapas Kota Mamuju sebagai warga binaan Garis Hitam Project. Untuk selanjutnya, kami berharap dapat memperluas jejaring, baik itu se-Provinsi Sulawesi Barat hingga seluruh Indonesia,” harap Nuranti.
ADVERTISEMENT
Mendengar kisah tersebut, sebuah LSM bernama Chandler Institute of Governance (CIG) asal Singapura ikut tergerak. Bersama Campaign, perusahaan perintis bidang pengembang kampanye aplikasi sosial #ForChange, keduanya berkolaborasi dengan menjaring organisasi sosial seperti Garis Hitam Project untuk ikut mendukung kegiatan-kegiatan sosial.
“Dengan memupuk kolaborasi antara pemerintah dan sektor sosial, kami berupaya menciptakan solusi inovatif,” ujar Founder dan CEO Campaign, William Gondokusumo.
William memastikan, tujuannya adalah untuk menjembatani kesenjangan dan memfasilitasi kemitraan yang bermakna dalam mengatasi tantangan sosial.
“Kami juga menyadari kebutuhan penting akan dukungan materi dan non-materi dalam kolaborasi ini, sehingga kami berdedikasi untuk mendorong perubahan positif melalui upaya kolektif kami,” tutur dia.
Senada dengan itu, Direktur Eksekutif CIG WU Wei Neng menyatakan misi LSM miliknya adalah pemberdayaan lewat kemitraan dengan pemerintah untuk membangun negara yang lebih kuat.
ADVERTISEMENT
Meski biasanya bekerja langsung dengan para pemimpin di pemerintahan, namun ia menyadari organisasi masyarakat sipil juga berperan penting untuk publik.
“Krisis dan tantangan terkini menunjukkan perlunya kerja sama antar pemerintah dan masyarakat sipil, dan penting bagi kedua belah pihak untuk memiliki keterampilan dan alat yang diperlukan,” kata Wei.
Selain Garis Hitam Project ada tiga organisasi terpilih yang diberi kesempatan untuk mengurai kompleksitas isu sosial dengan meluncurkan kampanye-kampanyenya. Mereka adalah CarbonEthics, PetaBencana.id, dan Yayasan Satu Karsa Karya.
Informasi terkait empat organisasi dapat diakses di aplikasi Campaign #ForChange dan publik bisa mendukung dengan cara mengunduh aplikasi Campaign #ForChange di ponsel pintar.
(LAN)