Kominfo Pekerjakan 250 Orang untuk Monitoring Hoaks, Apa Hasilnya?

21 September 2023 12:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hoaks. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hoaks. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mempekerjakan 250 orang untuk monitoring dan verifikasi konten di internet.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika Teguh Arifiadi di acara Anak Bangsa Curhat yang digelar kumparan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (20/9).
"Saya punya tim, tim saya ada sekitar 250 orang. Tugasnya memonitor konten internet Indonesia. Dan dari 250 orang itu 24 jam kerjanya 3 shift," kata Teguh.
Pembicara Teguh Arifiadi pada acara kumparan Anak Bangsa Curhat (ABC) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (20/9/2013). Foto: Melly Meiliani/kumparan
Setiap tahunnya, kata dia, Kominfo selalu merekrut pegawai fresh graduate untuk memverifikasi hoaks. Mereka akan digaji sebesar Rp 7,5 juta per bulan. Sementara untuk bidang IT, kata dia, gajinya di atas Rp 10 juta.
Lantas, ada berapa banyak hoaks yang dideteksi Kominfo selama ini?
Dikutip dari situs kominfo.go.id, tim yang dimaksud Teguh rupanya sudah ada sejak 3 Januari 2018. Tim tersebut bekerja di Ruang Cyber Drone 9 Lantai 8 Gedung Kominfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Sejak 2018 hingga Juni 2023, tim tersebut sudah menemukan 11.759 isu hoaks di internet. Hoaks tersebut beredar di media sosial maupun website. Hoaks terbanyak ditemukan pada 2019 atau saat pemilu berlangsung.
Selain itu, Kominfo juga mengklasifikasikan hoaks yang muncul sepanjang tahun. Hoaks terbanyak justru di bidang kesehatan (2.293), pemerintahan (2.131) dan penipuan (1.984).
Kami lalu menyambung percakapan dengan Teguh pada Kamis (21/9). Menurutnya, tim tersebut tidak hanya mendeteksi hoaks, tetapi juga memantau situs judi hingga pornografi. Adapun cara kerja tim tersebut, kata dia, adalah melakukan cyber patrol setiap hari.
"Patroli ini untuk menemukan sumber, penyebaran, kemudian sebarannya ke mana saja. Kemudian impact-nya, impression-nya, kemudian analisis terkait dengan potensi atau prediksinya, kemudian hasil kerja mereka inilah yang akan jadi bahan para decision maker untuk membuat beberapa strategi penanganannya," kata Teguh.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, kata Teguh, tidak semua konten hoaks akan di-take down. Sebab, ada opsi lain seperti klarifikasi, rilis media, atau bisa juga dengan moderasi konten seperti meminta maaf dan menarik informasi.
"Take down itu pembatasan penyebaran. Tapi itu opsi yang terakhirlah untuk take down. Karena namanya hoaks itu harus menyebar, enggak bisa dikendalikan seutuhnya, enggak bisa lagi," pungkasnya.