Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Komisi III dan Polri Sepakat Urusan Polemik Senjata Sudah Clear
12 Oktober 2017 11:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Dalam rapat kerja bersama Polri, Ketua Komisi III Bambang Soesatyo menyebut, isu senjata yang awalnya dipicu oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo kini sudah usai. Menurutnya akar masalah munculnya isu pembelian 5.000 senjata ilegal dan senjata Brimob tersebut hanyalah kurangnya koordinasi.
ADVERTISEMENT
"Isu senjata yang diramaikan oleh saudara panglima menurut saya ini sudah selesai karena ini sebetulnya urusan pemerintah, koordinasi pemerintah yang buruk," kata Bambang di gedung DPR, kompleks parlemen, Jakarta, Kamis (12/10).
Menurut Bambang, isu tersebut sudah selesai setelah Menko Polhukam Wiranto menjelaskan duduk perkaranya. Dia meminta internal pemerintah harus memperbaiki komunikasi mereka.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian sepakat dengan pendapat Bambang. Menurutnya polemik soal isu 5.000 senjata ilegal yang diimpor, termasuk senjata milik Brimob yang tertahan di Bandara Soekarno-Hatta, tidak perlu diperpanjang.
Saat ini tim di internal pemerintah sudah bergerak untuk menyelesaikan polemik yang menyeret 2 institusi penegak hukum yakni TNI dan Polri tersebut. "Ini sudah dimulai oleh karena itu polemik soal senpi termasuk yang di Brimob tidak jadi polemik berkelanjutan, biarkan tim internal lakukan koordinasi dan sinkronisasi terlebih dahulu," kata Tito.
ADVERTISEMENT
Nantinya setelah tim selesai bekerja, Menko Polhukam Wiranto akan menyampaikan hasilnya. Menurut Tito, saat ini yang paling penting, hubungan TNI-Polri harus baik.
"Polemik ini tidak perlu berlanjut karena hubungan Polri dan TNI jauh lebih penting, Panglima pun sampaikan hubungan kedua belah pihak harus solid, saya pun sudah sampaikan ke jajaran Polri jangan lagi ada pihak ketiga yang menggoreng isu ini," ujar Tito.