Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) baru saja menemukan fakta terbaru dari kerusuhan pada 21-23 Mei 2019 . Dari penyelidikannya, mereka menduga penembak sejumlah orang yang tewas dalam kerusuhan itu sudah terlatih.
ADVERTISEMENT
"Kami bilang terlatih atau terorganisir itu karena didasarkan pada fakta yang kami temukan. Jadi fakta yang pertama karena lokasi yang di Jakarta dari 8 orang yang meninggal karena terkena peluru tajam itu berbeda-beda lokasinya," kata Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara saat dikonfirmasi, Selasa (29/10).
Dugaan penembak adalah orang terlatih, kata Beka, terlihat dari luka tembak di tubuh korban. Penembak diduga sengaja menyasar bagian tubuh yang vital.
"Tidak semua orang bisa menggunakan senjata terus mengarah pada organ yang vital," kata Beka.
Beka juga menduga penembak misterius ini tidak bekerja sendirian. Ada pihak yang merencanakan hal tersebut.
"Tidak mungkin dilakukan oleh hanya satu orang saja nah itu yang kemudian kami menyebutnya terorganisir," tutur Beka.
Hanya saja, Beka tidak bisa memastikan penembak dalam kerusuhan itu adalah penembak jitu atau bukan. Pengungkapan lebih lanjut dari temuan Komnas HAM itu diserahkan kepada polisi.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak membedakan antara itu sniper atau orang terlatih biasa artinya itu tugas Kepolisian untuk mengungkapnya. Artinya kami tidak punya kemampuan (untuk mengungkap) apakah itu sniper atau bukan," sebut Beka.
"Mungkin tanya kepolisian. karena kepolisian sudah pernah merilis kasus itu jenis senjatanya begitu," tuturnya.
Beka mengaku telah menyerahkan hasil investigasinya ini kepada Presiden dan Polri. Ia berharap agar Presiden dapat mengambil langkah untuk menenangkan masyarakat terkait kasus penembakan misterius itu.
"Presiden harus kemudian memperbaiki atau ikut memperbaiki suasana yang ada dan menjamin peristiwa yang sama tidak terulang di masa depan," imbuhnya.
Beka pun berharap agar polisi dapat segera menemukan aktor lapangan dan intelektual di balik penyerangan itu. Polisi diharap juga bisa merubah sistem lembaga mereka agar tidak menggunakan kekerasan berlebih.
ADVERTISEMENT
"(Saya juga) Meminta kepolisian memperbaiki sistem internal mereka dengan meningkatkan kapasitas anggota kepolisian sehingga bisa meminimalisir pelanggaran HAM," tutup Beka.
Sebelumnya, Mabes Polri mengungkapkan pelaku diduga menembak dengan menggunakan senjata Glock 42. Pelaku memiliki ciri-ciri berbadan kurus dan berambut gondrong.
“Ciri-cirinya tinggi 175 cm agak kurus dan rambut panjang,” kata Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada kumparan, Senin (8/7).
Kerusuhan 21-23 Mei terjadi setelah sejumlah orang melancarkan protes ke kantor Bawaslu, Jakarta Pusat. Mereka menentang KPU yang mengumumkan pasangan Jokowi-Ma'ruf sebagai pemenang Pilpres 2019.