Komunitas Motor Driver Go-Jek Hermawan: Tidak Onar dan Peduli Sosial

22 Mei 2018 20:01 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hermawan, driver Gojek mengawal ambulan. (Foto: Irish Tamzil/kumparan )
zoom-in-whitePerbesar
Hermawan, driver Gojek mengawal ambulan. (Foto: Irish Tamzil/kumparan )
ADVERTISEMENT
Hermawan (31) driver Go-Jek yang membantu ambulans terjebak macet, mengaku menyukai dunia motor sejak remaja. Sejak 13 tahun lalu, dia mendirikan komunitas motor Bogor Jupiter (Borju). Namun Hermawan menegaskan komunitas motornya berbeda dengan geng motor.
ADVERTISEMENT
“Anak komunitas motor kan jelek dicapnya sama masyarakat, padahal tuh salah, komunitas sama geng motor tuh beda,” kata Hermawan, Senin (21/5).
Menurut Hermawan, komunitasnya memiliki izin resmi dari kepolisian.
Tak seperti geng motor, komunitasnya jarang berbuat kegaduhan. Borju sudah terdaftar di kepolisan sejak 2007.
“Kalau komunitas tuh resmi, dan terdaftar di kepolisian. Geng motor enggak (terdaftar), dan suka bikin onar,” jelasnya.
Komunitas yang dipimpin Hermawan tak hanya untuk berkumpul tapi juga melakukan aksi sosial. Dia dan komunitasnya melakukan baksos (bakti sosial), membantu bencana alam, atau korban kebakaran.
Komunitasnya juga pernah membantu longsor Situ Gintung, Tangerang Selatan, 2009 lalu. Mereka membagikan apa yang dibutuhkan korban bencana.
“Waktu pas korban Situ Gintung, kita seminggu jadi relawan di sana dan membagikan baju layak pakai, sama komunitas yang lain juga” jelas Hermawan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Hermawan dan teman-teman juga bersedia membantu warga yang terkena bencana kebakaran. Belum lama mereka membantu kebakaran di Bogor pada Maret lalu.
“Bantu korban kebakaran, bantu blangwir, apa aja yang bisa diselamatkan. Selebihnya tugas pemadam kebakaran,” imbuh Hermawan.
Tidak hanya kebakaran di sekitar Bogor, Hermawan dan teman-teman juga pernah ikut membantu saat bencana Gunung Merapi, Yogyakarta, meletus pada 2010 lalu. Sekaligus memberikan bantuan yang dibutuhkan pengungsi Gunung Merapi.
“Gunung merapi di Yogya, pas pertama meletus, kita ngirim empat orang, saya juga ke sana. Nyumbang sekitar 1000 masker, Indomie, baju, hampir sebulan kita di sana,” tuturnya.
Namun demikian, Hermawan tidak memaksa seluruh teman-teman komunitasnya untuk ikut membantu. Menurutnya hal itu tidak dilakukan dengan paksaan, karena mereka juga memiliki hal yang prioritas. Maka mereka bisa membantu dari perwakilan komunitas.
ADVERTISEMENT
“Di dunia komunitas kan nggak ada keterpaksaan, karena yang pertama adalah keluarga, kedua pekerjaan, dan ketiga baru kopi darat dengan komunitas,” tutur Hermawan.