Komunitas Yahudi di Indonesia Dukung Sikap Pemerintah Terhadap Israel

18 Desember 2020 19:05 WIB
Perayaan Hanukkah umat Yahudi Indonesia di Sinagoge Shaar Hashamayim, Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
 Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan Hanukkah umat Yahudi Indonesia di Sinagoge Shaar Hashamayim, Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Komunitas Yahudi di Indonesia angkat bicara terkait isu normalisasi hubungan Indonesia-Israel. Isu tersebut santer diberitakan media Israel.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, kabar normalisasi hubungan Israel-RI telah dibantah Kemlu. Sikap pemerintah yang belum mau membuka hubungan itu didukung komunitas Yahudi di tanah air.
“Jadi komunitas Yahudi Indonesia menyatakan mendukung sikap yang diambil oleh pemerintah Indonesia, yang kalau memang sampai sekarang tidak mau membuka (hubungan diplomatik dengan Israel) ya baik-baik saja,” terang Rabi Yaakov Baruch yang memimpin komunitas Yahudi di Indonesia saat dihubungi kumparan, Jumat (18/12).
Menurut Yaakov, komunitas Yahudi hanya ingin menjalankan ibadah saja secara damai. Selain itu, justru pihaknya sebagai warga Indonesia ingin menghilangkan anggapan anti Yahudi (antisemit) di antara masyarakat Indonesia.
“Yang pasti kita bisa menghilangkan dulu anti semit atau anti Yahudi dulu di Indonesia, yang mana masih tinggi. Setelah itu, (soal hubungan diplomatik) kembali lagi ke masyarakat Indonesia, ke depannya mau seperti apa gitu,” ujar Rabi Yaakov.
Rabi Yaakov Baruch (kiri) dan Bupati Minahasa Royke Roring di Perayaan Hanukkah di Sinagoge Shaar Hashamayim, Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Foto: Dok. Istimewa
Rabi yang berdomisili di Manado, Sulawesi Utara, tersebut berharap masyarakat dapat memisahkan antara agama Yahudi dengan Israel sebagai negara. Sehingga keberadaan umat yahudi di Indonesia dapat eksis secara damai.
ADVERTISEMENT
“Kedua unsur tadi nempel (Yahudi dan Israel), sehingga gerak-gerik kita contoh aja misalnya di KTP, kita mau taruh agama lain enggak bisa, harus milih yang enam,” terangnya.
Pria yang memimpin jemaat Yahudi di Sinagoge Shaar Hashamayim, Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara itu memaklumi sikap pemerintah RI yang belum akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Karenanya, umat Yahudi Indonesia yang sekaligus warga negara Indonesia menurut Yaakov akan otomatis taat dengan kebijakan tersebut.
“Cuma ini hanya harapan kecil aja di masa depan, mungkin siapa tahu kalau orang sudah tahu paham Yahudi baik-baik, menghilangkan sentimen stigma anti Yahudi ini ya mungkin besok-besok konstelasinya bisa berubah. Bukan kita mau ubah cara berpikir masyarakat Indonesia sekarang, enggak,” tuturnya.
Perayaan Hanukkah umat Yahudi Indonesia di Sinagoge Shaar Hashamayim, Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Foto: Dok. Istimewa
Sementara mengenai situasi normalisasi negara-negara Arab dengan Israel, Rabi Yaakov melihat ada kesempatan terciptanya perdamaian antara agama-agama Ibrahim di masa mendatang. Ia mencontohkan seperti di Dubai, UEA, sinagoge sudah dibuka resmi oleh pemerintah dan ibadah umat Yahudi dijamin.
ADVERTISEMENT
“Makanya kami juga mau eksistensi kami diterima sebagai WNI, disamakan istilahnya statusnya. Bukan menganggap kami ini bagian dari asing, (justru) bagian dari dalam dan kebetulan pemerintah lokal di sini mendukung itu dengan baik, dengan adanya satu-satunya sinagoge ini,” katanya.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri
Sebelumnya, Menlu RI Retno Marsudi mengungkap alasan kenapa Pemerintah belum membuka hubungan dengan Israel. Hal ini lantaran Indonesia mendukung penuh kemerdekaan Palestina.
"Dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina berdasarkan two state solution dan parameter internasional lain yang telah disepakati secara konsisten akan tetap dijalankan," ucap Retno dalam keterangan pers Kemlu, Rabu (16/12).