Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Kondisi Kesehatan Kritikus Putin, Alexey Navalny, di Penjara Semakin Memburuk
6 September 2022 16:57 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kremlin memenjarakan kritikus oposisi Rusia , Alexey Navalny , pada Januari 2021. Kondisi penjara yang semakin memburuk sejak itu dikabarkan mengancam kondisi kesehatannya.
ADVERTISEMENT
Navalny berada dalam sel tahanan berukuran dua kali tiga meter. Meja, kursi, dan tempat tidur dalam ruangan tersebut dilipat dari pukul 6 pagi hingga 10 malam.
Kondisi itu diyakini menandai perubahan signifikan dalam kondisi penahanan Navalny. Kendati demikian, dia masih mendapati kondisi kesehatan yang baik secara mental maupun fisik.
"Tiba-tiba, tiga pekan lalu, mereka mulai memperburuk kondisinya secara dramatis, yang sebenarnya merupakan ancaman besar bagi kesehatannya, karena tidak ada orang normal yang bisa menghabiskan waktu lama di sel 'khusus' itu," terang kepala staf Navalny, Leonid Volkov, dikutip dari Reuters, Selasa (6/9).
"Dan bagi Alexey, yang baru saja selamat dari keracunan, itu sangat berbahaya," tambah dia.
Navalny mendapatkan sorotan publik lantaran kerap mengkritik elite Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dia juga lantang menyuarakan tudingan-tudingan seputar tindak korupsi skala besar di Rusia.
ADVERTISEMENT
Sebelum dipenjara, pria berusia 46 tahun itu sering kali memobilisasi protes anti pemerintah di seluruh Rusia. Navalny kemudian mengalami percobaan peracunan di Siberia pada 2020.
Serangan yang melibatkan senjata kimia Novichok tersebut nyaris merenggut nyawa Navalny. Dia menuduh adanya keterlibatan dari pihak berwenang Rusia.
Barat menggemakan tuduhan serupa terhadap Rusia. Namun, Kremlin membantah pernyataan itu. Usai mendapatkan perawatan kesehatan di Jerman, dia ditangkap ketika kembali ke Rusia.
Penangkapan tersebut memicu kecaman keras dari komunitas internasional dan sanksi dari Barat. Tetapi, Rusia menolak mengurungkan niatnya.
Sejauh ini, Navalny telah mendapatkan hukuman hingga 11,5 tahun penjara. Dia mengadang tuduhan pelanggaran bebas bersyarat, penipuan, dan penghinaan terhadap pengadilan. Sekutunya mengatakan, proses hukum tersebut bermotif politik.
ADVERTISEMENT
Pada Agustus, Navalny dikirim ke dalam sel hukuman untuk ketiga kalinya di bulan tersebut. Dia harus mendekam dalam sel isolasi akibat melanggar aturan berpakaian di penjara.
"Fakta bahwa Putin kalah [dalam perang], dan semakin tidak dapat diprediksi, membuat situasi semakin berbahaya," ujar Volkov.
Tindak Keras Rusia
Masyarakat terhuyung-huyung usai dihantam oleh tindakan keras bersejarah terhadap perbedaan pendapat di Rusia. Pemerintah telah menangguhkan atau menutup seluruh media independen utama.
Berbagai platform media sosial pun dilarang, seperti Instagram dan Facebook. Pihaknya mengambil jalur hukum bagi orang yang memberikan kritik atas serangan Rusia di Ukraina.
Sejak meluncurkan invasi, Rusia memperkenalkan undang-undang terkait penyebaran informasi palsu tentang militer. Otoritas kini dapat menjatuhkan hukuman penjara hingga 15 tahun.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, hampir semua lawan Putin melarikan diri dalam pengasingan atau mendekam di penjara di Rusia.
Organisasi Navalny juga menghadapi larangan di Rusia. Alhasil, pihaknya menjalankan operasi dari Vilnius, Lituania. Tim tersebut mulai memanfaatkan siaran YouTube untuk mengkritik invasi Putin. Volkov mengatakan, pesan itu menjangkau 15 juta orang di Rusia.
"Kami tahu bahwa operasi kami membantu mengubah opini publik secara perlahan. Diperlukan dua hingga tiga tahun untuk mengubah sikap masyarakat Rusia secara dramatis dan membuat perangnya sangat tidak populer sehingga dia tidak akan dapat melanjutkannya," jelas Volkov.
Saat ini, tim Navalny tengah mengharapkan keberhasilan dalam menyuarakan pesan anti-perang pula melalui pemilu kota di Moskow pada Minggu (11/9). Pihaknya akan mengumumkan dukungan bagi 400 kandidat yang menentang konflik Rusia-Ukraina.
ADVERTISEMENT
"Mereka menghadapi banyak tekanan, bahkan kekerasan dan kebrutalan. Mereka dipukuli," tutur Volkov.
"Jadi ada hal-hal buruk yang terjadi dan masih banyak orang yang berjuang dan kami mendukung mereka," pungkasnya.