Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kondisi Pilot Pesawat yang Jatuh di Nepal: Berlumur Darah, Masih Bisa Bicara
25 Juli 2024 10:39 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Kapten Manish Ratna Shakya menjadi satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan pesawat di Nepal yang menewaskan 18 orang di bandara Kathmandu, Rabu (24/7).
ADVERTISEMENT
Ia berhasil selamat karena bagian kokpit terpotong oleh kontainer barang sesaat sebelum bagian pesawat lainnya terbakar.
Shakya kini dirawat di rumah sakit. BBC Nepali mengkonfirmasi bahwa dia masih bisa berbicara dan dapat memberi tahu anggota keluarganya bahwa dia “baik-baik saja”.
Tim penyelamat mencapai kokpit tepat saat api mendekat, mereka memecahkan jendela, dan menarik sang pilot keluar.
"Dia kesulitan bernapas karena pelindung udara terbuka," kata Senior Superintendent Polisi Nepal, Dambar Bishwakarma.
"Dia berlumuran darah di seluruh wajahnya saat diselamatkan tetapi kami membawanya ke rumah sakit dalam kondisi dia bisa berbicara," tambahnya.
Menteri Penerbangan Sipil Nepal, Badri Pandey, menjelaskan bahwa pesawat tiba-tiba berbelok ke kanan saat lepas landas, kemudian menabrak kontainer di tepi bandara.
ADVERTISEMENT
"Kokpit tetap terjebak di dalam kontainer, itulah sebabnya kapten selamat," kata Pandey. Bagian lain dari pesawat jatuh dan terbakar habis.
Kapten Shakya diselamatkan dalam lima menit setelah kecelakaan dan langsung dibawa ke rumah sakit dengan ambulans tentara.
Menurut Direktur Medis Rumah Sakit, Dr. Meena Thapa, Shakya mengalami cedera di kepala dan wajah serta akan menjalani operasi tulang punggung.
"Dia dalam pengawasan di bangsal bedah saraf," ujar Thapa kepada BBC.
Perdana Menteri Nepal, KP Sharma, mengunjungi rumah sakit pada Rabu malam dan bertemu dengan keluarga Shakya. Investigasi untuk menentukan penyebab kecelakaan sedang berlangsung.
Kepala Bandara Internasional Tribhuvan, Mr. Niraula, mengatakan bahwa penilaian awal menunjukkan pesawat terbang ke arah yang salah.
"Begitu lepas landas, pesawat berbelok ke kanan, padahal seharusnya ke kiri," katanya, seperti dikutip dari BBC.
Nepal telah lama dikritik karena catatan keselamatan udaranya yang buruk.
ADVERTISEMENT
Pada Januari 2023, setidaknya 72 orang tewas dalam kecelakaan Yeti Airlines akibat kesalahan pilot. Itu adalah kecelakaan udara paling mematikan di Nepal sejak 1992, ketika 167 orang tewas dalam kecelakaan Pakistan International Airlines di Kathmandu.
Saruya Airlines mengoperasikan penerbangan ke lima destinasi di Nepal dengan armada tiga pesawat Bombardier CRJ-200, menurut situs web perusahaan.