Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Rentetan aksi massa yang disusul adanya kericuhan di sekitar gedung DPR, Senayan, Jakarta, pada akhir September 2019 memakan korban jiwa. Kemarin, Kamis (10/10), seorang remaja bernama Akbar Alamsyah meninggal karena luka di kepala.
ADVERTISEMENT
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Yati Andriyani, menilai perlu ada tim investigasi dalam kasus tersebut. Yakni untuk menyelidiki kasus-kasus kekerasan yang terjadi saat demo.
"Untuk mengukur sekali lagi, apakah memang penanganan sudah sesuai dengan prosedur, atau apakah ada pelanggaran yang terjadi yang seharusnya dilakukan oleh kepolisian. Itu semua harus diungkap harus diuji, karena itu penting memang ada tim independen untuk melakukan pengungkapan," kata Yati di rumah keluarga Akbar, Kebayoran Lama, Jumat (11/10).
Yati mendukung pembentukan ini agar tidak terjadi simpang-siur terkait fakta yang ada di lapangan. Apalagi, dalam kasus Akbar, kejelasan fakta di lapangan masih belum terungkap.
"Saya sejak awal mendukung ada semacam tim independen yang bisa melakukan pengungkapan atau pengumpulan fakta terhadap penanganan aksi yang terjadi beberapa waktu lalu," sebut Yati.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Yati menilai insiden tersebut adalah peringatan bagi semua pihak agar tidak ada korban yang jatuh karena aksi demonstrasi.
"Ini adalah alarm buat kita semua untuk memastikan ke depan seluruh institusi negara aparat negara, termasuk kepolisian, agar betul-betul memperhatikan pengamanan aksi," tutur Yati.
Ia menyampaikan duka cita kepada keluarga Akbar atas yang terjadi. Yati tidak menutup kemungkinan akan memberikan bantuan hukum kepada keluarga Akbar jika memerlukan.
"Tentunya kami ingin memberikan dukungan kepada keluarga jika memang ada hal yang dirasa penting," tutupnya.
Akbar sempat menghilang mulai 25 September usai demo di sekitaran DPR. Keluarga baru menjumpai Akbar dalam keadaan kritis di rumah sakit pada 27 September.
Akbar sempat berpindah-pindah perawatan, mulai di RS Pelni, RS Polri hingga terakhir di RSPAD. Ia meninggal pada Kamis (10/10) di RSPAD karena mengalami kerusakan syaraf.
ADVERTISEMENT