Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Kontroversi Iklan Lotion Pemutih Kulit di Afrika
22 Oktober 2017 15:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Produk kecantikan dari brand ternama, Nivea, menjadi sasaran kemarahan netizen di media sosial. Pasalnya mereka menyiarkan sebuah iklan produk pemutih kulit di televisi Afrika yang dianggap rasis.
ADVERTISEMENT
Dilansir mashable.com, iklan Nivea tersebut ditayangkan di Ghana, Afrika , sebagai produk pemutih kulit. Meski Nivea bukan produsen pertama yang merilis produk pemutih kulit, namun iklan lotion bertema 'natural fairness' tersebut dianggap keterlaluan dan rasis.
Hal ini diungkap pertama kali oleh pengusaha kulit hitam yang tinggal di London, Willian Adoasi. Lewat akun Twitter pribadinya, Adoasi mengunggah iklan dari Nivea itu.
Dalam iklan tersebut, terlihat wanita berkulit hitam yang menggunakan produk lotion Nivea. Produk tersebut kemudian dibuat seolah-olah mencerahkan dan memutihkan warna kulit sang model .
"Inilah sebabnya mengapa bisnis orang kulit hitam perlu bangkit dan memenuhi kebutuhan kita. Nivea tidak bisa berhenti dengan terus menjual produk pencerahan kulit ini ke seluruh Afrika. Mengerikan," tulis Adoasi.
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi, iklan produk kecantikan seperti ini memicu kontroversi di kalangan netizen. Ada yang menganggap rasis namun ada juga yang mengatakan Nivea hanya menyediakan apa yang dibutuhkan konsumen.
Awal Oktober lalu brand kecantikan Dove juga mengalami hal serupa. Brand ini dituding rasis setelah salah satu iklannya yang tayang di Facebook.
Naomi Blake, seorang makeup artist kulit hitam yang pertama kali menyuarakan rasa tidak suka nya pada iklan Dove tersebut.
"Iklan rasis Dove bukan sesuatu yang baru, tapi semakin sering saja akhir-akhir ini," tulis Blake.
Sejarah soal produk kecantikan pencerah kulit di Afrika sendiri dimulai saat era Victoria yang kala itu menjadi momen kolonialisme di Afrika.
"Kolonialisme adalah perang ideologi. Bagaimana Anda bisa mengendalikan pikiran orang lain? Anda mengendalikan apa yang mereka lihat di diri mereka sendiri. Semua yang berkaitan dengan 'putih' dianggap baik," ujar Yaba Blay ketua bidang Ilmu Politik di North Carolina Central University.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, wanita Eropa memang seringkali berlebihan dan sangat menekankan kulit putih mereka saat menggunakan makeup dan sabun. Seolah ingin meyakinkan para pria bahwa mereka akan secara otomatis bisa melahirkan keturunan berkulit putih.
"Produk pemutihan kulit yang menyebar dengan luas dan sangat populer di masa kolonial, memberi pesan 'kami (orang berkulit putih) beradab dan Anda tidak'. Kemudian munculah kata Blay.
Menanggapi isu rasisme dalam iklan Nivea, juru bicara Beiersdorf AG, perusahaan yang menaungi Nivea memberikan pernyataan. Mereka mengatakan produk dan iklan yang ditayangkan adalah bagian dari strategi bisnis yang ditujukan bagi banyak konsumen dengan kebutuhan perawatan jenis kulit yang beragam.
"Kami menyadari tanggapan dan kekhawatiran yang muncul seputar kampanye di Ghana untuk produk Nivea Natural Fairness Body Lotion kami menanggapi ini dengan serius. Kampanye pemasaran ini tidak pernah dimaksudkan untuk menyinggung konsumen."
ADVERTISEMENT
"Sebagai perusahaan global, Beiersdorf menawarkan berbagai macam produk yang ditujukan untuk memenuhi beragam kebutuhan perawatan kulit konsumen di seluruh dunia. Kami mengakui setiap hak konsumen untuk memilih produk sesuai dengan preferensi pribadi mereka, dan bertolak dari kebutuhan tersebut kami memberi konsumen pilihan produk perawatan kulit berkualitas tinggi." tulis Beiersdorf AG.