Kontroversi Potret Ibu Negara AS yang Tak Kunjung Usai

4 April 2017 14:06 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jackie, Michelle, dan Melania (Foto: Wikimedia Commons)
Pengambilan potret resmi ibu negara adalah sebuah ritual rutin yang dilakukan Amerika Serikat setiap memiliki presiden baru. Hingga kemarin, ada 44 istri presiden AS yang potretnya diabadikan dalam gambar lukis maupun digital.
ADVERTISEMENT
Kemarin, Gedung Putih melengkapi koleksi terbarunya dengan foto Melania Trump, istri Presiden AS ke-45, Donald Trump.
Meski begitu foto First Lady of The United States (FLOTUS) tersebut mengundang banyak cibiran tentang gaya penampilan yang dipilihnya. Melania yang dipotret menggunakan blazer dan syal hitam, mempercantik dandanannya dengan sebuah cincin bermata berlian besar yang tersemat di jari manis tangan kirinya.
Rupanya, make up dan cincin berlian itulah yang menjadi bahan olok-olok netizen dunia. Mereka menganggap penampilan Melania di foto itu berlebihan: dari cincin berlian yang terlalu besar hingga make up FLOTUS yang dinilai terlalu tebal.
Ternyata foto Melania Trump tersebut bukanlah potret Ibu Negara AS pertama yang menuai kontroversi. Sebelum Melania, Michelle Obama pernah terlebih dahulu mendapatkan kritik pada salah satu fotonya.
ADVERTISEMENT
Dalam foto resmi pertamanya yang diambil pada 2009, juga dalam foto yang menjadi cover pada majalah Vogue dan LA Times, Michelle Obama tampil dalam sebuah gaun tanpa lengan yang memperlihatkan otot bisep dan trisepnya.
Banyak pihak, yang didominasi kelompok konservatif, mengkritik Michelle tidak tampil sebagaimana seharusnya seorang First Lady tampil. “Itu benar-benar bukan penampilan seorang First Lady,” sebut Bobbie Lussier, seorang pendukung konservatif dari Virginia, AS.
Foto gaun tanpa lengan Michelle Obama (Foto: Wikimedia Commons)
Padahal, gaya gaun tanpa lengan dulunya menjadi sebuah trademark penampilan yang khas dari Jacqueline Kennedy, istri dari mantan Presiden AS yang tertembak pada 1963. Dan menurut Letitia Baldridge, sekretaris Jaqcueline, penampilan mantan First Lady tersebut tak ada salahnya.
“Itu adalah sebuah gaya yang pantas, baik saat itu maupun sekarang. Tak ada yang tak sopan soal memakai gaun tanpa lengan,” Baldridge membela penampilan Michelle.
ADVERTISEMENT
Jacqueline sendiri pernah menimbulkan kontroversi. Memang bukan dalam sebuah foto, melainkan sebuah lukisan resmi dirinya memang ditujukan untuk dipajang di Gedung Putih --tradisi lain yang dimiliki ibu negara AS. Potret tersebut mulai dipajang di Gedung Putih pada era Nixon, bersandingan dengan potret-potret First Lady lainnya yang berjejer di dinding lantai dasar Gedung Putih.
Lukisan tersebut menampilkan Jackie --panggilan Jacqueline-- dalam gaun panjang berwarna peach di depan latar gelap cokelat, menimbulkan efek kejerian yang dingin dan tampak magis. Bahkan bagi beberapa orang, foto tersebut tampak sedikit menyeramkan.
Potret Jackie tersebut bahkan masih menyimpan misteri hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. Baru pada tahun 2011, seorang jurnalis dari Fox News melakukan wawancara khusus dengan Aaron Shikler, pelukis potret Jackie tersebut.
ADVERTISEMENT
Shikler, yang telah meninggal pada 2015, mengaku tak mudah melukiskan seorang First Lady yang tengah dirundung duka akibat kematian tragis suaminya.
“Anda harus pahami, bahwa saat itu ada dua Jackie,” ucap Shikler dikutip dari FoxNews.
Lukisan Jackie Kennedy (Foto: Wikimedia Commons)
Shikler bercerita bahwa Jackie memintanya untuk melukis dirinya belum lama setelah kematian John Kennedy. Shikler melihat sesosok perempuan yang tengah berada dalam duka yang teramat mendalam, dan pada saat yang sama melihat seorang perempuan yang teguh dan penuh harapan. Shikler tak tahu harus melukis Jackie yang mana.
Saking bingungnya, lukisan Jackie yang pada akhirnya rampung dan hingga kini dipajang di Gedung Putih itupun merupakan hasil percobaannya yang kedua. Dalam lukisan pertama Jackie, Shikler merasa lukisannya terlalu gelap, sehingga yang muncul hanyalah Jackie yang baru dirundung tragedi.
ADVERTISEMENT
Pada lukisan kedua ia mencoba memasukkan unsur-unsur lebih terang, termasuk mewarnai gaunnya dengan sentuhan ethereal pink-beige --warna yang, kurang lebih, dekat dengan rona warna peach.
Saat Shikler menunjukkan hasilnya ke Jackie, ia mendapatkan sebuah jawaban yang tak akan dilupakannya.
“Kenapa warna gaunku seperti warna pakaian dalam nenek-nenek?” gurau Jackie, yang sempat membuat Shikler merasa diserang penyakit jantung.
Meski begitu, lukisan tersebutlah yang hingga kini masih tergantung anggun di Gedung Putih.
“Dia adalah perempuan yang luar biasa, dengan keadaannya saat itu, berkenan memberikanku kebebasan untuk mengekspresikan apa yang kulihat darinya,” ujar Shikler.