Korban Gempa Sumedang Masih Ada yang Trauma & Milih Tinggal di Tenda Pengungsian

3 Januari 2024 16:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga berkumpul dalam tenda pengungsian di Babakan Hurip, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (3/1/2024). Foto: Raisan Al Farisi/Anttara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Warga berkumpul dalam tenda pengungsian di Babakan Hurip, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (3/1/2024). Foto: Raisan Al Farisi/Anttara Foto
ADVERTISEMENT
Rentetan gempa yang mengguncang wilayah Sumedang menimbulkan trauma bagi warga. Ada sejumlah warga yang enggan kembali ke rumahnya dan memilih untuk tinggal di tenda pengungsian.
ADVERTISEMENT
Dari pantauan, tenda pengungsian berdiri di beberapa titik yakni tepat di ruas jalan depan IGD RSUD Sumedang dan lapangan pacuan kuda yang ada di Babakan Hurip.
Di RSUD Sumedang, terlihat ada beberapa tenda milik BNPB dan Kementerian Sosial yang berdiri. Namun pada Rabu siang ini (3/1), tak ada satu pun warga yang mengungsi di sana.
Warga yang mengungsi lebih banyak terlihat di Babakan Hurip—juga terlihat beberapa tenda milik Kementerian Sosial. Warga yang terdiri dari lansia hingga anak-anak berada di dalam tenda pengungsian. Terlihat pula, sejumlah kasur yang berukuran tak terlalu besar sudah tergelar. Makanan dan minuman pun tersedia.
Suasana di tenda pengungsian warga terdampak gempa di Babakan Hurip, Sumedang. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Warga RT 3 RW 13 Babakan Hurip, Ikah Atikah (57) mengaku masih merasakan trauma akibat rentetan gempa yang mengguncang sehingga dirinya memilih pindah untuk sementara waktu ke tenda pengungsian.
ADVERTISEMENT
"Sekarang pindah ke tenda ini jaga-jaga aja, mau masuk ke rumah sekarang was-was agak trauma," kata dia ketika ditemui pada Rabu (3/1).
Ikah mengaku cukup nyaman tinggal di tenda. Meskipun, belum ada fasilitas kamar mandi yang tersedia sehingga warga yang tinggal di tenda harus kembali ke rumah apabila hendak buang air besar ataupun air kecil.
"Nyaman. Ada makanan minuman," ucap dia.
Meski masih merasa trauma, Ikah menyebut bencana gempa tak membuatnya berhenti berdagang di pasar. Tiap pagi, dia masih pergi ke pasar dan baru tiba di tenda pada sore hari. Dia tinggal di tenda bersama suami dan satu anaknya.
"Masih (berdagang di pasar) kalau pagi berangkat dulu, kalau udah (mau) magrib ke sini lagi. Ke rumah takut," ujar dia.
Warga berkumpul dalam tenda pengungsian di Babakan Hurip, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (3/1/2024). Foto: Raisan Al Farisi/Anttara Foto
Hal senada dikatakan warga lainnya yakni Bey (29). Dia mengaku memilih untuk tinggal di tenda karena merasa trauma. Apalagi, sejumlah bagian rumahnya sudah retak akibat gempa.
ADVERTISEMENT
"Masih trauma," kata dia.
Bey pun mengaku nyaman tinggal di tenda. Meskipun, belum ada fasilitas kamar mandi. Dari informasi yang diperolehnya, kemungkinan dirinya akan tinggal di tenda pengungsian selama 10 hari ke depan.
"Kurang lebih 10 hari (tinggal di tenda). Kalau kamar mandi belum tau ya," ujar dia.
Sebelumnya, rentetan gempa mengguncang wilayah Sumedang. Gempa pertama terjadi pada Minggu (31/12) dengan kekuatan 4,1 Magnitudo. Lalu, pada hari yang sama, gempa kembali terjadi dengan kekuatan 3,4 Magnitudo dan disusul dengan kekuatan 4,8 Magnitudo.
Gempa susulan kembali terjadi di Sumedang pada Senin (1/1) dengan kekuatan 4,4 Magnitudo serta kedalaman 10 kilometer.