Korea Utara Sebut Dukungan AS ke Taiwan Sembrono

24 Oktober 2021 6:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Parade paramiliter untuk menandai ulang tahun ke-73 republik di alun-alun Kim Il Sung di Pyongyang, Korea Utara, Kamis (9/9). Foto: KCNA via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Parade paramiliter untuk menandai ulang tahun ke-73 republik di alun-alun Kim Il Sung di Pyongyang, Korea Utara, Kamis (9/9). Foto: KCNA via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Korea Utara menuduh pemerintahan Presiden AS Joe Biden meningkatkan ketegangan militer dengan China lewat dukungannya yang "sembrono" kepada Taiwan. Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara, Pak Myong Ho, mengatakan meningkatnya kehadiran militer AS di Taiwan merupakan ancaman potensial bagi Korea Utara.
ADVERTISEMENT
Dalam pernyataan yang disampaikan lewat media pemerintah, Pak mengkritik AS yang mengirim kapal perang melalui Perairan Taiwan dan menyediakan pelatihan militer dan sistem senjata yang ditingkatkan kepada Taiwan.
"Campur tangan yang tidak bijaksana" AS dalam berbagai isu Taiwan, yang Korea Utara nilai sebagai isu internal China, mengancam akan memicu "situasi yang rumit di Semenanjung Korea".
Dikutip dari AP News, pernyataan Pak datang sehari setelah Biden memberi tahu CNN bahwa AS berkomitmen untuk datang ke pertahanan Taiwan jika mereka diserang China. Pernyataan itu dinilai mengaburkan sikap Washington yang selama ini menjaga "strategi ambiguitas" terkait apakah harus campur tangan jika China menyerang Taiwan. Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, mengatakan Biden tidak berniat untuk mengubah kebijakan.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden usai menerima vaksin dosis ketiga (Booster) menggunakan Pfizer di Gedung Putih, Washington, DC, Amerika Serikat. Foto: Brendan Smialowski / AFP
China dan Taiwan berpisah karena perang saudara pada 1949, dan meski mereka mempertahankan hubungan diplomatik formal dengan Beijing, AS tetap berkomitmen secara hukum untuk memastikan Taiwan dapat mempertahankan diri dari ancaman luar.
ADVERTISEMENT
Korea Utara semakin mengkritik peran keamanan AS yang meluas di Indo-Pasifik di tengah persaingan yang semakin ketat dengan China, sekutu utama dan jalur kehidupan ekonomi Pyongyang. Bulan lalu, Korea Utara mengancam tindakan balasan yang tidak ditentukan menyusul keputusan pemerintahan Biden untuk menyediakan kapal selam nuklir kepada Australia.
"Merupakan fakta yang diketahui bahwa pasukan AS dan pangkalan-pangkalan militernya di [Korea Utara] digunakan untuk menekan China dan bahwa kekuatan besar AS dan negara-negara satelitnya, yang terkonsentrasi di dekat Taiwan, dapat berkomitmen pada operasi militer yang menargetkan DPRK kapan saja," kata Pak.
Ia mengatakan, peningkatan kehadiran militer yang meningkat dari "kekuatan musuh" pimpinan AS di wilayah tersebut didasari pada "pernyataan lemah" bahwa Korea Utara dan China akan menyebabkan masalah di Taiwan dan Semenanjung Korea.
ADVERTISEMENT
"Kenyataan ini membuktikan bahwa AS dalam upayanya untuk melumpuhkan negara kita dan China, yang keduanya adalah negara sosialis, untuk mempertahankan supremasinya," tuturnya.
Negosiasi nuklir antara Washington dan Pyongyang telah terhenti selama lebih dari dua tahun karena masalah pelonggaran sanksi pimpinan AS yang melumpuhkan terhadap Korea Utara, sebagai imbalan atas langkah-langkah Korea Utara untuk menghentikan program senjata nuklir.
Pyongyang menilai kepemilikan senjata nuklir sebagai penjamin utama kelangsungan hidup dinasti Kim yang telah memimpin negara dengan tangan besinya sejak 1940-an.
Korea Utara telah meningkatkan uji coba misilnya sambil membuat tawaran perdamaian kepada Seoul, menghidupkan kembali pola tekanan Korea Selatan untuk mencoba mendapatkan apa yang diinginkan dari AS.
Utusan khusus Biden untuk Korea Utara, Sung Kim, tiba di Korea Selatan pada Sabtu untuk berdialog dengan para sekutu tentang menghidupkan kembali negosiasi dengan Korea Utara. Kepada wartawan, Kim mengatakan dia mengharapkan diskusi yang "produktif" dengan pejabat Korea Selatan selama pertemuan mereka pada Minggu, sebelum meninggalkan bandara tanpa menerima pertanyaan lanjutan.
ADVERTISEMENT