Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Sloki-sloki berisi soju diangkat dan saling berdenting. Mereka yang lebih junior lalu menuang kembali gelas seniornya dengan alkohol. Pemandangan ini tentu sering kita temui di adegan drama Korea.
ADVERTISEMENT
Misalnya pada Business Proposal (2022), Work Later, Drink Now (2021), Hospital Playlist (2020-2021), Mystic Pop Up Bar (2020) hingga Descendant of the Sun (2016) yang menyelipkan budaya minum soju dan alkohol lainnya saat kumpul-kumpul.
Di Indonesia, soju sudah masuk di restoran-restoran Korea maupun bar. Tak sulit juga mendapatkannya di e-commerce. Di sana ada peringatan batas usia, sebab alkohol hanya bisa dibeli oleh mereka yang berusia 21+.
Lalu, yang mana yang disebut soju halal ?
Produk yang diklaim sebagai soju halal ini sebetulnya adalah sparkling water alias air soda berperisa buah-buahan. Minuman ini sama sekali tidak mengandung alkohol. Berbeda dengan soju tradisional Korea, soju halal tersebut tidak terbuat dari hasil fermentasi beras. Harganya pun relatif lebih terjangkau.
ADVERTISEMENT
Sebutan soju halal awalnya digagas oleh seorang pecinta budaya Korea asal Bandung, Sovi Rihmatul Afifah, sekitar akhir tahun 2019. Berawal dari rasa penasaran soal soju, dia mencoba meracik sendiri soju halal yang tentunya tanpa alkohol. Padahal, Sovi sama sekali tak tahu rasa asli soju karena belum pernah mencoba sebelumnya.
“Makanya kalau ditanya, kalau aku bilang sih enggak akan nemu di minuman lain, karena itu benar-benar rasanya aku buat sendiri. Apa yang ada di pikiran aku, kayak gimana rasanya, aku bikin dalam bentuk minuman itu,” kata Sovi saat dihubungi kumparan, Jumat (25/11).
Produk bernama Mojiso itu pun laku keras. Sovi sebagai founder mengaku sebagian besar pembelinya adalah para K-popers yang penasaran dengan rasa soju. Awalnya, dia mengusung nama soju halal dan menaruh label halal sendiri pada produk. Namun, MUI sempat menegur.
ADVERTISEMENT
“Ternyata kita tuh enggak boleh bikin label halal sendiri. Jadi kita harus resmi dari MUI. Nah, akhirnya mendaftar, lah, dengan beberapa ketentuan. Salah satunya, jangan menggunakan nama soju. Semenjak mengurus MUI, kita tidak pernah mengklaim lagi bahwa itu soju. Karena dari isinya juga memang bukan, sih. Iya, betul, memang dari awal sparkling water,” jelasnya.
Satu botol Mojiso all-variant bisa dibeli dengan harga Rp 45 ribu. Kini, ada banyak produk yang mengikuti jejak Mojiso. Di e-commerce, ada sejumlah produk soju halal dengan harga sekitar Rp 15 ribu per botolnya.
Lantas, bagaimana mulanya budaya minum soju berkembang luas?
Soju tradisional Korea merupakan hasil penyulingan etanol yang diproduksi dari fermentasi beras. Namun, sebagian besar produsen saat ini menggunakan bahan tambahan maupun pengganti beras, seperti gandum, biji-bijian, tapioka, atau ubi jalar. Tiap merek soju mempunyai kadar alkohol yang bisa berbeda-beda, mulai dari 20 persen sampai 45 persen ABV (alkohol berdasarkan volume).
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Korea JoongAng Daily, minuman berwarna bening itu awalnya muncul di era Dinasti Goryeo pada abad ke-13. Kala itu, produksi soju hanya ditujukan untuk kebutuhan medis dan harganya sangat mahal.
Soju sebagai minuman beralkohol selanjutnya mulai gencar diproduksi pabrik untuk dikonsumsi masyarakat luas. Kejayaan soju mencapai puncaknya sekitar tahun 1960-an. Saat itu, merek Jinro sebagai pionir minuman soju kian populer.
Di Korea, budaya minum soju biasa muncul di berbagai situasi sosial. Misalnya, minum saat berada di bar, di acara pernikahan atau pemakaman, saat kumpul bersama keluarga, jadi teman barbekyu-an bersama rekan kerja dan teman-teman. Tapi, masyarakat Korea juga sering minum sendiri sebagai penghilang stres.
Korea Selatan sempat menjadi negara dengan konsumsi minuman alkohol hasil distilasi atau spirits tertinggi di dunia pada tahun 2015. Statista menyebut, angka konsumsinya mencapai 32,39 liter per kapita, lebih tinggi dari Rusia. Per 2022, WHO mencatat negeri ginseng itu masuk dalam daftar negara dengan angka hidup berkurang paling banyak karena alkohol.
ADVERTISEMENT
Nah, sejak tahun 2000-an, Hallyu atau Korean Wave atau gelombang budaya Korea kian berkembang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dikutipoju jurnal berjudul Citizen’s Perception on Korea Hallyu Gastrodiplomacy: A Netnography Research (2022), pada masa itu, demam musik Kpop, drama, hingga reality show mulai muncul dan berpengaruh ke gaya hidup. Berbagai hal yang berbau Korea pun mulai diminati, seperti makanan, bahasa, hingga fesyen dan make up. Tak terkecuali budaya minum soju.
Kini, para idol Kpop bahkan tak ragu membuat talkshow atau reality show sambil minum, seperti di acara populer milik grup Seventeen, Going Seventeen, dan acara YouTube Even Though There’s Nothing To Eat yang dipandu rapper muda Lee Young Ji.
ADVERTISEMENT
Nah, bagaimana? Kamu tertarik mencoba soju halal?