Korsel Minta Indonesia Lunasi Proyek Pesawat Jet KF-21 Boramae

15 Juni 2023 18:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
Pesawat jet tempur KF-21 Boramae. Foto: Michelle VP/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat jet tempur KF-21 Boramae. Foto: Michelle VP/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pesawat jet tempur yang dikembangkan Indonesia dan Korea Selatan, KF-21 Boramae atau KFX/IFX masih menemui satu tantangan berat, yaitu pelunasan biaya. Indonesia rupanya masih belum membayar kewajibannya.
ADVERTISEMENT
Dalam kontrak kerja sama, pemerintah Korsel menanggung 60% pembiayaan dan sisanya dibagi rata antara Indonesia dan Korea Aerospace Industry (KAI) masing-masing 20%.
Senior Manager & Chief KFX Joint Development Management Team, Lee Sung-il, mengatakan Indonesia baru membayar 17% dari kewajibannya.
"Pemerintah Indonesia sudah bayar 17%, tapi 83% belum dibayar. Pemerintah Korea membayar sebagian besar cost share dari 2016-2022," kata Lee saat menerima kunjungan jurnalis peserta Indonesia-Korea Journalist Network yang diinisiasi FPCI dan Korea Foundation di Kantor KAI, Sacheon, Korsel, Jumat (2/6).
Letnan Kolonel Ferrel Rigonald menjajal KF-21 Boramae yang dikembangkan Indonesia dan Korea Selatan. Foto: Korea Aerospace Industries
Proyek bersama ini memang sempat disoroti publik Korsel, khususnya karena Indonesia yang belum membayar kewajibannya. Indonesia menunggak USD 671 juta dari total pembayaran 1,3 miliar dolar AS kepada Korsel. Penunggakan disebabkan masalah keuangan yang dihadapi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Terbaru, kantor berita Yonhap melaporkan pemerintah Indonesia akan memberikan jadwal baru untuk kelanjutan pembayaran proyek KF-21 Boramae pada akhir Juni 2023.
"(Indonesia) telah berjanji untuk memberi tahu Korea Selatan tentang rencana pembayarannya untuk jumlah yang tersisa pada akhir Juni," kata Kepala Badan Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA), Eom Dong-hwan, dikutip dari Yonhap, 10 Mei 2023.
Terkait komitmen terbaru Indonesia ini, Lee belum mau berkomentar. Menurutnya, masalah pembayaran merupakan kesepakatan antar pemerintah.
Jurnalis peserta Indonesia-Korea Journalist Network mengunjungi Korea Aerospace Industries. Foto: Korea Aerospace Industries
"Saya percaya itu adalah pembicaraan G2G dan sedang didiskusikan," ujarnya.
Lee mengakui masalah pembiayaan menjadi kendala proyek ini.
"Ini akan menyebabkan efek samping yang sangat besar dalam program pengembangan (KF-21 Boramae). Kami struggling karena masalah budget sehingga kami harap pemerintah Indonesia dapat membayar proyek ini," tuturnya.
ADVERTISEMENT

Pilot Indonesia Jajal Pesawat KF-21 Boramae

Letnan Kolonel Ferrel Rigonald menjajal KF-21 Boramae yang dikembangkan Indonesia dan Korea Selatan. Foto: Korea Aerospace Industries
Kedatangan jurnalis peserta program Indonesia-Korea Journalist Network di Sacheon Air Base awal Juni bertepatan dengan uji terbang kedua pesawat KF-21 Boramae.
Pilot Indonesia melakukan uji terbang untuk pesawat KF-21 Boramae dari hanggar nomor 4 Sacheon Air Base adalah Letnan Kolonel Ferrel Rigonald.
Letkol Ferrel merupakan pilot kedua yang berhasil menjajal KF-21 Boramae. Sebelumnya, pilot Indonesia yaitu Kolonel Muhammad Sugiyanto dari TNI AU berhasil menerbangkan KF-21 pada bulan lalu.
Letnan Kolonel Ferrel Rigonald menjajal KF-21 Boramae yang dikembangkan Indonesia dan Korea Selatan. Foto: Korea Aerospace Industries
"Selama fase Engineering dan Manufacturing Development (EDM), pemerintah Indonesia akan mengambil satu pesawat dan akan melakukan observasi teknologi, pengembangan, operasi, dan produksi," tuturnya.
Lee mengatakan, Indonesia akan membeli 48 unit KF-21 dan pemerintah Korea akan membeli 128 unit KF-21.
ADVERTISEMENT
"Sekarang ada 30 orang Indonesia yang berpartisipasi dalam program ini. Dua pilot Indonesia yang sudah anda lihat, salah satunya terbang di pesawat nomor empat, satu orang sedang bekerja di tempat lain, dan 28 PTI engineers sedang bekerja di area produksi dan pengembangan," pungkasnya.