Korsel Tetapkan 7 Hari Berkabung atas Tragedi Jeju Air yang Tewaskan 179 Orang

29 Desember 2024 19:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjabat Presiden Korea Selatan sekaligus Mantan Menteri Keuangan Korea Selatan Choi Sang-mok. Foto: Yonhap via AFP
zoom-in-whitePerbesar
Penjabat Presiden Korea Selatan sekaligus Mantan Menteri Keuangan Korea Selatan Choi Sang-mok. Foto: Yonhap via AFP
ADVERTISEMENT
Penjabat Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, menetapkan masa berkabung nasional selama tujuh hari hingga 4 Januari mendatang. Sikap itu menyusul kecelakaan tragis pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Minggu (29/12).
ADVERTISEMENT
Tim Penyelamat Korsel memastikan salah satu insiden penerbangan paling mematikan itu telah menewaskan 179 dari 181 penumpangnya. Hanya ada dua orang, yakni awak kabin, yang selamat.
Di antara para korban, lima di antaranya adalah anak-anak di bawah usia 10 tahun, termasuk penumpang termuda berusia tiga tahun.
Warga dan keluarga penumpang Jeju Air yang mengalami kecelakaan berada di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024). Foto: Jung Yeon-je / AFP
Keluarga penumpang Jeju Air yang mengalami kecelakaan menangis di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024). Foto: Kim Hong-Ji/REUTERS
Berdasarkan manifes penumpang, sebagian besar korban merupakan warga Korea Selatan berusia 40 hingga 60 tahun. Dua penumpang lainnya adalah warga negara Thailand.
Dua anggota kru, satu pria dan satu wanita, berhasil diselamatkan oleh petugas darurat.
Keduanya dalam kondisi sadar dan tidak mengalami cedera yang mengancam jiwa.

Dugaan Penyebab dan Investigasi Awal

Petugas pemadam kebakaran melakukan operasi penyelamatan di sebuah pesawat yang keluar dari landasan pacu di Bandara Internasional Muan di Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024). Foto: Yonhap via REUTERS
Penyebab pasti kecelakaan belum dapat dipastikan, namun para penyelidik menduga tabrakan dengan burung dan kondisi cuaca buruk menjadi faktor utama.
ADVERTISEMENT
Rekaman video dari stasiun televisi MBC menunjukkan kemungkinan burung menabrak pesawat saat mendekati landasan.
Salah satu korban selamat juga mengungkapkan kepada petugas penyelamat bahwa tabrakan dengan burung terjadi sebelum kecelakaan.
Namun, beberapa ahli meragukan teori tersebut. Editor Airline News, Geoffrey Thomas, mengatakan tabrakan burung biasanya tak menyebabkan kerusakan besar yang bisa membuat pesawat kehilangan kendali.
“Serangan burung sering terjadi, tetapi jarang menyebabkan kecelakaan fatal seperti ini,” ujarnya, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, ada laporan saksi mata yang mendengar suara ledakan keras sebelum pesawat akhirnya menabrak dinding pembatas.
Kondisi cuaca buruk saat kejadian juga disebut-sebut berperan.
Penyelidik telah menemukan perekam data penerbangan (flight data recorder), namun perekam suara kokpit (cockpit voice recorder) masih dalam pencarian.
CEO Jeju Air Kim E-bae (keempat dari kiri) dan anggota eksekutif lainnya meminta maaf sebelum konferensi pers terkait kecelakaan pesawat Jeju Air di Seoul, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024). Foto: Yonhap via AP
CEO Jeju Air, Kim E-bae, menyampaikan permintaan maaf secara terbuka dan membungkuk dalam-dalam selama konferensi pers yang disiarkan televisi nasional.
ADVERTISEMENT
Ia menegaskan bahwa pesawat tersebut tidak memiliki riwayat kecelakaan maupun tanda-tanda kerusakan sebelum terbang.
Presiden Airports of Thailand, Kerati Kijmanawat, pun menyatakan tak ada masalah teknis yang dilaporkan saat pesawat lepas landas dari Bandara Suvarnabhumi di Bangkok.