Korut Laporkan Lebih dari 200 Ribu Kasus Demam, Diduga Terkait COVID-19

21 Mei 2022 11:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kim Jong Un menangis dan minta maaf pada warga Korea Utara. Foto: Dok. Youtube D.P.R Korea
zoom-in-whitePerbesar
Kim Jong Un menangis dan minta maaf pada warga Korea Utara. Foto: Dok. Youtube D.P.R Korea
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Korea Utara pada Sabtu (21/5/2022) melaporkan lebih dari 200.000 pasien baru bergejala demam selama lima hari berturut-turut yang diduga terkait dengan COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Setidaknya 219.030 orang baru menunjukkan gejala demam pada Jumat malam, menjadikan jumlah total kasus tersebut menjadi 2.460.640," kata kantor berita resmi Korea Utara KCNA, mengutip data dari markas besar pencegahan epidemi darurat negara.
KCNA juga menambahkan sebanyak 1 pasien meninggal dunia. Korban jiwa akibat demam hingga saat ini menjadi 66 orang. Kendati demikian, KCNA tidak menyebutkan berapa banyak orang yang dites positif COVID-19.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, meninjau apotek di Pyongyang, Korea Utara, pada Minggu (15/5/2022). Foto: KNCA/via Reuters
Dalam laporan terpisah, KCNA mengatakan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un telah mengadakan pertemuan politbiro Partai Buruh yang berkuasa di negara itu pada Sabtu pagi waktu setempat.
Pertemuan ini digelar untuk memantau situasi COVID-19 terkini dan tanggapan yang akan dibuat selama sembilan hari sejak wabah corona melanda Korea Utara. Dalam pertemuan tersebut, dikabarkan KCNA, Kim memuji kemajuan positif dalam kampanye melawan virus COVID-19 di negara itu.
ADVERTISEMENT
Personel militer dari korps medis Tentara Rakyat Korea menghadiri peluncuran kampanye untuk meningkatkan pasokan obat-obatan, di tengah pandemi COVID-19, di Pyongyang, Korea Utara, Selasa (17/5/2022). Foto: KNCA/via Reuters
Kim juga menyerukan untuk secara konsisten menyesuaikan dan mengoptimalkan kebijakan untuk merebut peluang memenangkan pertempuran melawan epidemi.
Sebelumnya, pada Kamis (12/5/2022) televisi pemerintah China melaporkan Korea Utara telah mewajibkan penduduknya untuk tinggal di rumah sejak 11 Mei karena banyak dari mereka memiliki dugaan gejala flu, tanpa merujuk pada COVID-19.
"Ada insiden darurat terbesar di negara ini, dengan lubang di bagian depan karantina darurat kami, yang telah disimpan dengan aman selama dua tahun dan tiga bulan terakhir sejak Februari 2020," papar KCNA, dikutip dari Reuters.
Namun hingga saat ini, Korea Utara tidak menganggap bahwa vaksinasi itu penting. Pengiriman vaksin dari program berbagi vaksin COVID-19 global COVAX dan vaksin Sinovac Biotech dari China telah ditolak.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, meninjau apotek di Pyongyang, Korea Utara, pada Minggu (15/5/2022). Foto: KNCA/Korean News Service via AP
Menurut Kim, lockdown dapat dengan stabil dan cepat menyembuhkan orang yang terinfeksi corona. Karantina wilayah juga dipercaya bisa menghilangkan sumber penularan dalam periode terpendek.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, menurut para ahli, tanpa kampanye vaksinasi nasional dan fasilitas tes COVID-19 yang terbatas, data harian yang dirilis oleh media pemerintah Korea Utara dapat tidak dilaporkan dan akan sulit untuk menilai skala gelombang COVID-19 yang sebenarnya.