Kosongnya Ka’bah untuk Mencegah Ancaman Wabah Virus Corona

7 Maret 2020 5:43 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto satelit kerumunan besar yang mengelilingi Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah sebelum virus corona 14 Februari 2020 (atas), dan kondisi setelah virus corona. Foto: Maxar Technologies/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Foto satelit kerumunan besar yang mengelilingi Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah sebelum virus corona 14 Februari 2020 (atas), dan kondisi setelah virus corona. Foto: Maxar Technologies/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Pemerintah Arab Saudi mengosongkan area Ka'bah terhitung sejak Kamis (5/3). Keputusan itu diambil demi mencegahnya penyebaran virus corona agar tak meluas. Terlebih sudah ada 5 warga Saudi yang dinyatakan positif corona.
ADVERTISEMENT
Usai ditutup, area mataf atau tempat tawaf (mengelilingi Ka'bah 7 kali) langsung dibersihkan dan disterilisasi. Petugas juga memasang lingkaran pembatas yang mengelilingi Ka'bah dan masuk area mataf.
Area masa (tempat sa'i) dan akses untuk mengambil air zam-zam juga ditutup sementara. Ibadah hanya bisa dilakukan di dalam Masjidil Haram. Selain itu, pemerintah Saudi juga menutup area kamar suci di Masjid Nabawi dari jemaah.
Kamar suci itu merupakan lokasi makam Nabi Muhammad SAW dan dua sahabatnya yakni Abu Bakar Siddiq serta Umar bin Khatab.
Selain pengosongan Ka'bah, pemerintah Saudi pun memutuskan menutup Masjidil Haram dan Masjid Nabawi satu jam setelah salat Isya dan dibuka lagi satu jam sebelum salat Subuh.
ADVERTISEMENT
Selama ditutup itu, petugas membersihkan area Masjidil Haram. Bahkan pendingin udara di Masjidil Haram dibersihkan sampai sembilan kali dalam sehari dan disterilisasi dengan radiasi ultraviolet.
Suasana kosong dari para jemaah di area sekitar Ka'bah di dalam Masjidil Haram, Arab Saudi, Kamis (5/3). Foto: AFP/ABDEL GHANI BASHIR
Pengurus Masjidil Haram mengerahkan 4.000 tim pembersih untuk meningkatkan kebersihan Masjid paling suci bagi umat Islam tersebut.
Imam Masjidil Haram sekaligus Presiden Urusan Dua Masjid Suci, Abdul Rahman bin Abdulaziz Al-Sudais (Syeikh Sudais), menjelaskan penutupan ini.
Melalui Twitter resmi lembaga pengurus Masjidil Haram dan Masjid Nabawi itu, Sudais yang mengatakan langkah tersebut dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona.
"Tindak pencegahan diambil oleh Kerajaan Arab Saudi untuk mencegah penyebaran virus corona baru dan menjaga lingkungan Dua Masjid Suci bebas dari penyakit dan wabah," kata Sudais seperti dikutip dalam pernyataan resminya di Twitter.
ADVERTISEMENT
Dalam pernyataan itu, Sudais mengonfirmasi penutupan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi satu jam setelah salat Isya dan dibuka kembali satu jam sebelum Subuh. Wilayah Raudhah di Masjid Nabawi dan ziarah ke pekuburan Baqi ditangguhkan.
Sheikh Abdurrahman As-Sudais dan Jokowi Foto: Antara/Andika Wahyu
Jemaah juga dilarang itikaf, tidur, dan membawa makanan dan minuman ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dia menegaskan ada dalil syar'i tentang penutupan Masjidil Haram, jadi bukan perkara bid'ah atau mengada-ada dalam agama.
"Kami tegaskan bahwa ini sudah sesuai syariah dengan tujuan menjaga diri, jiwa kaum Muslimin dan telah ada dalil syar'i terkait ini, dan ada juga hadis Nabi," kata Sudais.
Selain menanggapi penutupan Masjidil Haram, Sudais juga berbicara soal penutupan area sekitar Ka'bah oleh pemerintah Saudi. Ia menegaskan penutupan itu sesuai dengan syariah.
ADVERTISEMENT
Sudais menuturkan, keputusan Raja Salman bin Abdulaziz ini bijaksana dan sesuai dengan kaidah ushul fikih: "mencegah kerusakan itu lebih utama ketimbang mendahulukan kemaslahatan".
"Semua ini agar para jemaah umrah dan peziarah di Masjidil Haram dan Nabawi sehat dan selamat, demi kenyamanan, kemudahan mereka juga. Penutupan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi untuk memberi kesempatan dibersihkan, disterilkan, untuk kenyamanan dan kesehatan para pengunjung," ujar Sudais.
Petugas kebersihan membersihkan Masjidil Haram di tengah wabah virus corona Foto: REUTERS/Ganoo Essa
Namun, meski area Ka’bah kosong, jemaah masih bisa melakukan tawaf. Tawaf tetap diizinkan di area Masjidil Haram.
“Bagi yang melakukan tawaf dilakukan di lantai 2 dan 3. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus di area dua masjid tersebut,” kata Konsul Haji KJRI Jeddah, Endang Jumali.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, sebagian pihak menilai kosongnya Ka’bah dikaitkan dengan tanda-tanda akhir zaman. Sebagian masyarakat khawatir kosongnya Ka'bah dari aktivitas tawaf merupakan tanda besar datangnya kiamat.
Seorang pegawai berjalan melewati meja resepsionis kantor pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI). Foto: Helmi Afandi/kumparan
MUI kemudian memberikan penjelasan mengenai kosongnya Ka'bah dengan tanda-tanda akhir zaman. Ketua Komisi Hukum MUI, HM Baharun, menjelaskan, Nabi Muhammad SAW memang pernah mengungkapkan tanda-tanda kiamat saat ditanya Malaikat Jibril. Kisah ini tertulis dalam hadis sahih dari kitab Al-Arba'in karya Imam An-Nawawi.
"Dijawab oleh Rasul, pertama jika kelak ada 'budak melahirkan majikan', artinya anak yang dilahirkan jadi majikan orang tuanya (berbalik melawan orang tua), kedua jika ada orang miskin pengembala bertelanjang dada tanpa alas kaki tiba-tiba berlomba membangun gedung-gedung bertingkat (orang miskin kaya mendadak)," kata Baharun.
ADVERTISEMENT
Kedua tanda besar inilah yang menjadi pegangan utama dalam melihat tanda-tanda datangnya kiamat. Sedangkan untuk kondisi Ka'bah yang kosong, Baharun menilai, itu tidak masuk dalam tanda-tanda kiamat yang umum diungkapkan oleh para ulama.
"Adapun riwayat-riwayat tentang tanda 'Ka'bah yang sepi dari orang bertawaf', saya kira tidak masuk dalam hadis yang masyhur dan mutawatir ini," ujar dia.