Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kosovo Tuding Presiden Serbia Alexander Vucic Ingin Perang
2 Oktober 2023 15:40 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Al Jazeera, komentar tersebut diberikan Perdana Menteri Kosovo, Abin Kurti, saat diwawancara pada Jumat (30/9). Menurut dia, Presiden Serbia Alexander Vucic hendak menghancurkan Kosovo dari dalam dengan tujuan untuk memulai perang.
Adapun hal itu disampaikan Kurti sepekan usai pertempuran antara polisi Kosovo dan sekitar 30 orang bersenjata Serbia di Desa Banjska pecah.
Kedua pihak bertikai terlibat dalam baku tembak, dengan kelompok bersenjata Serbia membarikade diri mereka sendiri di dalam gereja Ortodoks. Satu orang polisi Kosovo dan tiga penyerang Serbia tewas dalam bentrokan tersebut.
Dalam wawancaranya, Kurti mempertanyakan apa yang ingin dicapai oleh kelompok bersenjata Serbia itu di sebuah gereja abad ke-14 di Desa Banjska.
ADVERTISEMENT
Republika Srpska adalah kelompok etnis yang dipimpin oleh Serbia di Bosnia dan Herzegovina. Entitas ini dibentuk selama perjanjian damai Dayton di tahun 1995 dan menjadi simbol resmi berakhirnya perang — tetapi nahasnya, menjadi sumber kekacauan saat ini.
"[Republika Srpska dibentuk] karena ada perang dan genosida di Bosnia. Dan sekarang dia menginginkan perang dan genosida lagi di Kosovo sehingga dia bisa mendapatkan Republika Srpska [di Kosovo], tetapi dia tidak akan melakukannya," tambah Kurti.
Lebih lanjut, Kurti kembali menyinggung soal serangan yang terjadi di Desa Banjska pada Minggu (24/9) lalu. Menurut Kurti, Serbia hendak memulai perang melalui serangan tersebut dengan membuat sebuah skenario dan meningkatkan ketegangan.
"Mereka ingin polisi kami memasuki biara Banjska sehingga mereka dapat menyebarkan foto-foto ke seluruh dunia yang menunjukkan peluru di dinding biara. Hal itu tidak terjadi karena polisi kami sangat kuat dan sangat profesional dan [para penyerang] berhasil melarikan diri," ungkap Kurti.
ADVERTISEMENT
Pria berusia 48 tahun ini menyebut, beberapa jam usai pertempuran pecah polisi Kosovo berhasil mengambil alih kendali gereja. Mereka kemudian menemukan senjata serta amunisi dalam jumlah besar.
Menurut Kurti, peralatan bersenjata itu diproduksi secara khusus di Serbia dan tidak dapat ditemukan sembarangan. "Apa yang kami tahu adalah bahwa kami telah menyita amunisi dan senjata senilai lima juta euro (Rp 82 miliar) dan semuanya diproduksi di pabrik-pabrik di Serbia," pungkasnya.
"Granat tangan, senapan mesin, semua yang kami sita diproduksi di Serbia dan tidak dapat ditemukan di pasaran. Jelas sekali bahwa tentara Serbia memberikannya kepada formasi paramiliter," sambung Kurti.
Di sisi lain, Vucic justru menuding Kurti yang ingin mengusir etnis-etnis Serbia dari Kosovo. Menurut dia, pemicu utama serangan di Desa Banjska adalah akibat dari keputusan Kurti untuk bernegosiasi.
"Penolakan Kurti untuk membentuk Asosiasi Kota Serbia, sebagai bagian dari perjanjian 2013 antara Beograd dan Pristina yang akan mengalokasikan lebih banyak otonomi bagi warga Serbia Kosovo, merupakan hal yang memicu ketegangan yang berujung pada kekerasan di Banjska," jelas Vucic.
ADVERTISEMENT
Vucic kemudian menegaskan bahwa Serbia tidak menginginkan perang seperti yang diklaim Kurti. "Mengapa hal ini akan bermanfaat bagi Beograd? Apa idenya? Untuk menghancurkan posisi kami yang telah kami bangun selama setahun? Untuk menghancurkannya dalam satu hari? Serbia tidak menginginkan perang," tegas dia.
Dikatakan bahwa Vucic memiliki informasi sejak lama bahwa etnis-etnis Serbia yang tinggal di Kosovo telah bersiap untuk meluncurkan perlawanan terhadap pemerintah Kurti.
Sekitar 50 ribu etnis Serbia yang tinggal di Kosovo bagian utara tidak mengakui lembaga-lembaga pemerintahan di Ibu Kota Pristina dan masih menganggap Beograd sebagai ibu kota mereka sesungguhnya.