Kota Derna di Libya Ditutup usai Banjir, Korban Jiwa Tembus 11 Ribu

15 September 2023 17:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengevakuasi korban banjir di Libya. Foto: Yousef Murad/AP
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengevakuasi korban banjir di Libya. Foto: Yousef Murad/AP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pihak berwenang Libya menutup seluruh area Kota Derna — wilayah di bagian timur yang paling terdampak badai Daniel hingga memicu banjir bandang dan tanah longsor.
ADVERTISEMENT
Penutupan yang dilakukan pada Jumat (15/9) ini diperlukan, agar tim penyelamat dapat mencari sekitar 10.100 orang yang sampai sekarang masih hilang.
Dikutip dari Associated Press, hal tersebut diumumkan oleh Jenderal Ambulans dan Layanan Darurat di Libya timur, Salam al-Fergany, pada Kamis (14/9) malam waktu setempat.
Peta jarak Kota Derna dan Tripoli, ibu kota Libya. Foto: Google Maps
al-Fergany mengatakan, seiring dengan penutupan area ini maka warga sipil dilarang memasuki Derna hingga batas waktu yang belum ditentukan.
"Derna sedang dievakuasi dan hanya tim pencarian dan penyelamatan yang diizinkan masuk," ujarnya.
Terpisah, Bulan Sabit Merah Libya kemarin juga mengumumkan sebanyak 11.300 orang di Derna telah meninggal akibat banjir dan 10.100 lainnya dilaporkan masih hilang. Di luar Derna, sekitar 170 orang dilaporkan turut tewas.
Pemandangan menunjukkan mobil rusak, menyusul badai dahsyat dan hujan lebat melanda negara itu, di Derna, Libya, Rabu (13/9/2023). Foto: Esam Omran Al-Fetori/REUTERS
Menteri Kesehatan di Libya timur, Othman Abduljaleel, mengatakan sejauh ini korban tewas dikuburkan di kuburan-kuburan massal di luar Derna dan kota-kota terdekat.
ADVERTISEMENT
Adapun tim penyelamat telah dikerahkan untuk mencari korban-korban lainnya di reruntuhan bangunan serta menyisir mayat yang juga ditemukan banyak tergenang di lautan.
Tingginya angka korban jiwa — selain dipicu oleh fondasi bangunan yang rapuh, juga diakibatkan oleh pergolakan politik di Libya. Sejak 2011, negara di Afrika Utara ini dipimpin oleh dua faksi pemerintah berbeda yang saling bersaing.
Menurut seorang pejabat dari Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana, Lori Hieber Girardet, akibat kekacauan dan konflik selama bertahun-tahun lembaga pemerintah Libya tak berfungsi semestinya.
Situasi itu, menurut Girardet, juga telah menghambat pencarian dan penyelamatan korban banjir. "Jumlah perhatian yang seharusnya diberikan pada manajemen bencana, pada manajemen risiko bencana tidak memadai," pungkasnya.
ADVERTISEMENT