Kritik Mao Zedong di Medsos, Profesor di China Dipecat

10 Januari 2017 17:04 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Potret Mao Zedong (Foto: Reuters/Stringer)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Mao Zedong (Foto: Reuters/Stringer)
Seorang profesor di China dipecat dari universitas tempatnya mengajar setelah mengkritik Mao Zedong, pendiri negara itu Kritikan itu disampaikannya di media sosial, bertepatan dengan ulang tahun ke-123 Mao.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Senin (9/1), Deng Xiaochao, 62, profesor seni di Shandong Jianzhu University, mengatakan di internet bahwa Mao bertanggung jawab atas wabah kelaparan yang menyebabkan 3 juta orang meninggal dunia dan Revolusi Budaya yang menewaskan 2 juta orang.
Postingan Deng di media sosial Weibo itu ditulis di hari kelahiran Mao, 26 Desember lalu. Dia sudah menghapus tulisan tersebut di Weibo, namun ternyata banyak yang menyimpan gambar postingan Deng dan menyebarkannya di internet.
Para pendukung Mao langsung marah dan turun ke jalan, memprotes tulisan Deng. Beberapa poster demonstran bertuliskan "Siapa pun yang menentang Mao adalah musuh rakyat."
Menurut media pemerintah, Global Times, Deng dipecat dari universitas tempatnya mengajar. Dia juga dipecat dari posisinya sebagai penasihat di kantor pemerintah provinsi Shandong.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Shandong mengatakan Deng dipecat karena melanggar peraturan negara, namun tidak dijabarkan lebih lanjut. Sedangkan pihak universitas mengatakan Deng telah menyampaikan "pernyataan yang keliru."
Pemecatan terhadap Deng adalah bukti bahwa Mao masih merupakan tokoh paling dipuja di China. Mao yang meninggal dunia pada 9 September 1976 masih digadang oleh Partai Komunis sebagai pendiri China modern, kendati banyak kesalahan yang dilakukannya di masa lalu.
Potret Mao masih terpampang di Kota Terlarang Beijing. Seluruh mata uang kertas di China juga masih menggunakan gambar Mao.
Bagi kelompok kiri tulen, Mao sangat dirindukan. Mereka merasa China yang telah melalui reformasi berbasis-pasar menjadi sangat kapitalis dan tidak lagi setara.