Kronologi Anak TK di Pekanbaru Diduga Dicabuli Teman Sekelas

15 Januari 2024 11:39 WIB
·
waktu baca 7 menit
Ilustrasi anak laki-laki menjadi korban pelecehan. Foto: HTWE/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak laki-laki menjadi korban pelecehan. Foto: HTWE/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun di Pekanbaru, Riau, diduga menjadi korban pencabulan oleh teman sekelasnya. Kasus ini terungkap setelah sang anak menunjukkan perilaku yang tidak wajar di rumah.
ADVERTISEMENT
Begini kronologinya:

1 November 2023

Tingkah aneh korban terlihat tatkala korban ditolak saat meminta susu cokelat kepada ibunya.
"Karena tidak dikasih, anak saya langsung marah membuka celana sambil memperlihatkan kelamin dan bokongnya," kata ayah korban saat dijumpai kumparan di kediamannya, Senin (15/1).
Korban ditanya siapa yang telah mengajarinya.
"Anak saya spontan menjawab dia telah diajari oleh teman sekelasnya," ujarnya.
Mendengar jawaban anaknya, ibu korban langsung chat wali kelasnya di sekolah, dan gurunya menjawab akan ditanyakan kepada yang bersangkutan.

2 November 2023

Saat jam pulang sekolah, ibu korban menjemput anaknya, dan bertemu dengan orang tua teman sekelas anaknya, lalu menceritakan apa yang telah diperbuat anaknya.
"Ibu teman anak saya menyangkal kalau itu bukan anaknya yang melakukan, tapi akan ditanyakan dulu kepada anaknya, hingga akhirnya, teman sekelasnya mengakui bahwa dia telah melakukannya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Teman sekelas korban saat itu sempat teriak agar ibunya tidak mengadukan ke abinya.

3 November 2023

Korban yang sudah pulang ke rumah, seperti biasa, makan, main, belajar, tidur-tiduran, ditanya sekali lagi oleh ibunya.
"Anak saya memperagakan apa yang terjadi padanya, saat itu dia dipanggil oleh teman kelasnya ke dapur dekat kamar mandi, dan disuruh buka celana, bahkan teman kelasnya juga buka celana, lalu temannya memainkan alat kelaminnya, dan itu sudah terjadi empat kali dalam hari berbeda," bebernya.
Ia yang terkejut dengan pengakuan anaknya itu, lalu mengadukan kepada ayahnya, dan menanyakan sekali lagi kepada anaknya.
"Anak saya memperagakan adegan yang berbeda dengan yang istri saya berita tahu di awal. Anak saya bilang saat itu sedang keluar dari kamar mandi, tapi teman kelasnya sudah menunggu depan pintu, lalu mengajaknya lagi, jika tidak mau, anaknya diancam tidak mau berteman lagi," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Korban yang merasa takut, lalu menuruti permintaan pelaku, korban menungging lalu pelaku menempelkan alat kelaminnya di bokong korban.
Hingga akhirnya, ayah korban menghubungi wali kelas dan menceritakan sekali lagi apa yang telah terjadi kepada anaknya di sekolah.

4 November 2023

Ayah dan ibu korban mendatangi sekolah dan menjumpai kepala sekolah, lalu menceritakan kejadiannya.
"Kami mempertanyakan apa solusi dan tindakan dari sekolah, kepseknya bilang akan menanyakan terlebih dahulu kepada anak-anak, karena kita tidak punya, CCTV juga gak ada, karena tanpa ada bukti bisa pencemaran nama baik," katanya.
"Kami takut akan yang terjadi sama anak kami, jadi tolong bawa berobat anak kami dan temannya, kalau tidak, pindahkan teman anak kelas saya itu," ujarnya.
ADVERTISEMENT

8 November 2023

Wali murid yang prihatin dengan keadaan korban, menyarankan agar mempertanyakan kepada anaknya, apa ada yang masuk dalam duburnya.
"Jadi saya tanya sama anak saya ini, ternyata anak saya mengakui ada jari yang dimasukkan dalam duburnya, emosi saya dan istri memuncak, ditambah sudah 4 hari berlalu tapi tidak ada iktikad baik dari sekolah dan orang tua teman kelasnya ini," ungkapnya.
Hingga akhirnya, orang tua korban mendatangi sekolah kembali, dan menjumpai kepala sekolah untuk yang kedua kalinya.
"Kepala sekolahnya bilang kalau teman anaknya sudah keluar dari sekolah terus mau apa lagi, yang penting nanti anak akan dibawa ke psikolog dengan wali kelas, sudah ya saya banyak kerjaan, belum mengurusi pawai dan segala macamnya," katanya.
ADVERTISEMENT
Bahkan, kepala sekolah menyebutkan kalau mau menyelesaikan masalah di luar saja, jika tidak terbukti maka akan dituntut balik.
"Mendengar itu, saya inisiatif bawa anak pergi berobat ke psikolog, dokternya ngomong benar yang terjadi pada anaknya, karena dia menceritakan dan memperagakan yang dia alami, dan benar apa yang dialaminya, karena saya psikolog, dan saya tahu mana yang benar dan tidak, saya bisa mempertanggungjawabkan apa yang saya ucapkan," kata dokter kepada orang tua korban.
Setelah ada hasil psikolog dari dokter, orang tua korban mendatangi sekolah dan memberikan bukti tersebut.

13 November 2023

Ayah dan ibu korban mendatangi pihak yayasan, karena belum membuat janji, akhirnya disuruh pulang dan harus membuat janji terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
"Tapi waktu itu saya juga memberikan hasil psikolog anak dari dokter ke pihak yayasan, mereka sempat terkejut melihat hasilnya," ungkapnya.

15 November 2023

Ayah beserta ibu korban disuruh datang ke yayasan, dan menjumpai bidang kehumasan, dan di saat itu juga ada kepala sekolah.
"Yayasan bilang akan bertanggung jawab dengan membawa anak kami ini berobat, periksa kesehatan, dan konsulnya," ujarnya.
Setelah mendapat jawaban dari yayasan, mereka merasa lega. Tapi sudah lima hari berlalu tidak ada satu pun yang menghubungi mereka, hingga ada salah seorang teman yang menyarankan agar diadukan ke PPA Kota Pekanbaru.

20 November 2023

"Kami pergi ke PPA atas saran teman, sampai sana buat aduan, diterima mereka dan diperiksa bidang konseling," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Nantinya akan dihubungi kembali lagi setelah, PPA memeriksa pihak sekolah dan teman sekelas anaknya.

12 Desember 2023

"Kami disuruh datang lagi dan diperiksa bagian hukum, ternyata pihak sekolah dan teman kelasnya sudah dipanggil terlebih dahulu," ujarnya.
Saat itu PPA menyampaikan kalau mereka tidak bisa memihak siapa pun, setelah adanya hasil visum.

14 Desember 2023

"PPA menginfokan kalau kami akan buat laporan ke Polsek Tampan dan didampingi mereka, sampai sana ternyata penyidik relasinya tidak ada, dan diarahkan penyidik lain," ujarnya.
Saat itu, penyidik menyampaikan, lebih baik membuat laporan ke Polresta Pekanbaru saja. Karena di sana lebih lengkap dan safety, mendengar itu kami pulang dan menunggu arahan dari PPA.

21 Desember 2023

"Kami kembali mendatangi Polsek Tampan atas arahan PPA dan menjumpai penyidik tim lll, lalu menceritakan kronologi, lalu diarahkan agar visum ke RS Bhayangkara Polda Riau," katanya.
ADVERTISEMENT
Dokter mengatakan tidak ada kerusakan pada organ tubuh anaknya, yang diduga ditusuk, karena yang masuk jari apalagi anak kecil, jadi lecet sedikit, kecuali benda tumpul atau kelamin dewasa baru ada bukti.
"Tapi dokter akan membuat atas dasar pengakuan yang dialami anaknya dalam surat laporan visum," ungkapnya.

29 Desember 2023

Untuk pertama kalinya mediasi orang tua korban bertemu dengan orang tua teman kelasnya di PPA.
"Di situlah terbukti semuanya, kalau teman kelasnya itu mengakui apa yang telah diperbuatnya kepada korban, dan PPA beserta wali kelas mengatakan, adegan menungging, penusukan dan pegang alat kelami ada," jelasnya.
Lalu nantinya akan dihubungi kembali untuk menandatangani surat perdamaian, yang di dalam suratnya tidak ada pertanggungjawaban untuk berobat.
ADVERTISEMENT

9 Januari 2024

"Untuk kesekian kalinya dikabari PPA agar datang dan menandatangani surat perdamaian. Kami datang bawa saudara yang pengacara, tapi PPA langsung membatalkan layanannya, padahal kami bawa saudara yang pengacara karena takut dengan yang ditandatangani," jelasnya.
Ternyata, PPA akan memutus layanan jika membawa orang ketiga, hal itu tidak diketahui ayah korban.
"Saat dimintai surat hasil dari PPA untuk pegangan, mereka juga tidak mau memberikan," bebernya.

11 Januari 2024

"Istri saya dipanggil Posek Tampan untuk diperiksa. Lalu saya pun menceritakan kejadian yang dialami ke dalam grup dan akhirnya viral," ujarnya.

12 Januari 2024

Ayah korban sempat menjumpai Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru di hotel, karena ia mengetahui ada agendanya di sana.
ADVERTISEMENT
"Kadisdik bilang sudah menerima laporan tersebut, sudah menyurati pihak sekolah, mendatangi sekolah, dan minta penjelasan, bahkan sekolah menunjukkan bukti visum," ujarnya.
Disdik bilang, tidak bisa mengambil langkah lebih lanjut, semuanya sudah sudah diserahkan ke pihak sekolah dan orang tua yang menyelesaikan, karena itu yayasan dan swasta, Disdik tidak bisa lanjut.

14 Januari 2024

Setelah semua sudah viral, Disdik Kota Pekanbaru menghubunginya, agar datang untuk dilakukan mediasi.
"Kenapa setelah viral baru menghubungi, kemarin saat didatangi dianggap cuek, apa harus viral dulu baru gerak?" tanyanya.
Hingga saat ini, ayah beserta ibu korban hanya ingin pertanggungjawaban dari pihak sekolah dan orang tua teman anak kelasnya untuk menyehatkan mental anaknya.