Kronologi Banjir Bandang di Flores Timur yang Tewaskan 68 Orang

5 April 2021 17:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah rumah dan kendaraan rusak akibat banjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Minggu (4/4).  Foto: BPBD Flores Timur/HO/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah rumah dan kendaraan rusak akibat banjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Minggu (4/4). Foto: BPBD Flores Timur/HO/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Banjir bandang di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu (4/4) dini hari, pukul 01.00 WIT sejauh ini menewaskan 68 orang. BNPB menjelaskan banjir bandang tersebut disebabkan oleh badai berkekuatan besar yang memicu cuaca buruk, yakni siklon tropis Seroja.
ADVERTISEMENT
Berikut penjelasan mengenai kronologi bencana di NTT yang diungkap Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan, Dr. Raditya Jati, dalam siaran pers virtual, Senin (5/4).
Peringatan BMKG Sejak 3 April
Telah ada peringatan dini siklon tropis Seroja yang memang akan memberikan dampak pada bahaya gelombang tingggi pada 5-6 April, dengan ketingggian gelombang 2,5 - 4 meter. Tidak hanya di wilayah timur tapi juga barat, termasuk wilayah selatan Bali, Jawa Timur dan perairan selatan Flores, Selat Ombai, dan Laut Flores.
"Gelombang tinggi hingga 4-6 meter diperkirakan ada di perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan Banten Jabar. Lalu gelombang ekstrem 6 meter di bagian Hindia Selatan NTT. Saya rasa bagian siklon Seroja ini (menjadi faktor penyebab) yang sangat penting," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Setelah Peringatan, Imbau Tidak Berlayar
Raditya melanjutkan, BNPB dan BMKG telah memperingatkan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir ada peluang untuk terjadi gelombang tinggi. Pihaknya juga mengimbau perahu dan kapal untuk tidak memaksakan aktivitas pelayaran.
Hujan Besar Terjadi Minggu (4/4) Dini Hari
Sejumlah warga menyaksikan rumah yang rusak akibat banjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Minggu (4/4). Foto: BPBD Flores Timur/HO/ANTARA FOTO
Setelah datang peringatan, hujan besar yang dipicu siklon tropis Seroja kemudian terjadi di NTT. Menurut data, hujan yang menengah hingga tinggi sehingga menyebabkan banyak kerusakan dan korban jiwa.
"Akibat hujan dengan intensitas tinggi, terjadi banjir bandang pada Minggu, 4 April 2021 pukul 01.00 WIT. Menurut perkiraan Curah Hujan Dasarian I-III April 2021, wilayah Flores Timur termasuk kategori curah hujan menengah hingga tinggi," jelas Raditya.
Prakiraan dan pergerakan siklon tropis Seroja estimasinya memang menimbulkan potensi risiko terhadap cuaca ekstrem khususnya banjir bandang. Kata Raditya, pihaknya telah memberikan informasi kepada daerah bahwa berdasarkan update BMKG pada 5 April dini hari pukul 01.00 WIB, siklon tropis Seroja diperkirakan akan menguat dalam 24 jam ke depan dan bergerak ke arah barat daya menjauhi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Banjir Bandang Berdampak ke 10 Wilayah di NTT dan 3 Kabupaten di NTB
Ada 10 wilayah di NTT yakni Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Malaka Tengah, Lembata, Ngada, Alor, Sumba Timur, Rote Ndao, Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, dan Ende yang terdampak banjir.
Secara kumulatif dari beberapa wilayah tersebut, tercatat 68 orang meninggal dunia, 15 orang luka-luka, 70 orang hilang, dan 1655 orang dalam pendataan. Di sisi lain, Nusa Tenggara Barat (NTB) juga terdampak dengan 2 orang meninggal dunia di Kabupaten Bima dan 12 rumah rusak ringan.
Jokowi Perintahkan Pencarian Korban Sesegera Mungkin
Presiden Jokowi telah memerintahkan kepala BNPB, kepala Basarnas, Menteri Sosial, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta panglima TNI dan Kapolri untuk secara cepat melakukan evaluasi dan penanganan korban serta penanganan dampak bencana.
ADVERTISEMENT
Kepala BNPB Berangkat ke Lokasi
Sementara Kepala BNPB Doni Monardo bersama Ketua Komite II DPD RI, DPD RI, Wagub NTT, deputi penanganan bencana BNPB, perwakilan Kemenkes, PUPR, PMK, Kemensos dan pejabat BNPB tengah dalam proses peninjauan lokasi bencana.
Namun karena ada cuaca buruk, ia tak jadi menempuh jalur udara ke Larantuka. Mereka akan berangkat ke lokasi bencana menggunakan transportasi darat.
Di sisi lain, masyarakat diharapkan terus mewaspadai peningkatan curah hujan di sejumlah daerah dalam beberapa waktu terakhir, serta memperhatikan peringatan BMKG daerah.