Kronologi Kematian Aktivis Walhi Golfrid hingga Dugaan Laka Tunggal

12 Oktober 2019 5:31 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kasat Lantas Polrestabes Medan AKBP Juliani saat menunjukkan luka yang dialami Golfrid. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kasat Lantas Polrestabes Medan AKBP Juliani saat menunjukkan luka yang dialami Golfrid. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
ADVERTISEMENT
Kematian aktivis HAM dan Walhi Sumut Golfrid Siregar masih menjadi pembicaraan hangat warga Sumut. Ia tewas setelah ditemukan sempat tiga hari kritis di RSUP Adam Malik karena diduga mengalami kecelakaan tunggal di underpass Jalan Titi Kuning.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Walhi Sumut Dana Prima Tarigan, di lokasi kejadian, sepeda motor milik Golfrid justru tidak rusak parah. Sedangkan Golfrid mengalami luka lebam di mata dan luka akibat benda tumpul di kepala.
Polisi pun langsung menyelidiki kematian Golfrid dengan memeriksa 16 saksi, termasuk istri Golfrid, Resmi Baringbing. Tak hanya itu, polisi juga melakukan olah TKP dan mengautopsi jenazah Golfrid.
Berikut kronologi tewasnya Golfrid berdasarkan versi polisi:
Rabu, 2 Oktober
Sekitar pukul 17.00 WIB, Golfrid berpamitan kepada istrinya untuk pergi ke rumah pamannya, Kennedi, di Kecamatan Medan Amplas, Jalan Bajak 1. Di rumah pamannya itu, Golfrid juga bertemu dengan beberapa orang.
"Dia berada di Bajak 1 sampai pukul 23.50 WIB," kata Direskrimum Polda Sumut Kombes Andi Rian di Polda Sumut, Jumat (11/10).
Jenazah Golfrid saat tiba di RS Bhayangkara. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Kamis, 2 Oktober
ADVERTISEMENT
Golfrid ditemukan terkapar di underpass Titi Kuning di Jalan Tritura, Kecamatan Medan Johor, sekitar 00.15 WIB - 00.30 WIB. Saat itu, kondisi di sana masih hujan dan jalanan basah.
Menurut saksi mata, Golfrid meninggalkan rumah pamannya dengan mengenakan helm full face, namun hanya dipasang setengah kepala. Helm tersebut ditemukan tak jauh dari tubuh Golfrid.
"Jadi sepertinya, ini tertekan oleh helm yang digantungkan sambil bawa sepeda motor," ucap Andi.
Polisi Olah TKP di Lokasi Tewasnya Aktivis HAM Golfrid Siregar Foto: Istimewa
Saat itu, Golfrid ditolong oleh lima orang dan dibawa ke RS Mitra Sejati menggunakan becak. Saat itu, kondisi Golfrid terluka parah dengan darah yang keluar dari telinga, hidung, dan mulut.
Karena ruang ICU di RS Mitra Sejati penuh, Golfrid lalu dibawa ke RSUP Adam Malik dan langsung masuk IGD. Baru kemudian, polisi menghubungi keluarga Golfrid dari data yang didapat melalui pelat motor. Tas laptop dan ponsel milik Golfrid hilang.
ADVERTISEMENT
Minggu, 6 Oktober
Setelah sempat kritis selama tiga hari, Golfrid mengembuskan napas terakhir.
Senin, 7 Oktober
Polisi membentuk tim khusus untuk menguak kematian Golfrid yang mulai ramai di media. Polisi lalu mengautopsi jenazah Golfrid yang sudah disemayamkan di Kabupaten Simalungun.
Jenazah Golfrid tiba di RS Bhayangkara untuk diautopsi sekitar pukul 19.00 WIB dan baru selesai pukul 22.00 WIB. Jenazah lalu dibawa lagi ke Kabupaten Simalungun untuk disemayamkan.
Selasa, 8 Oktober
Golfrid dimakamkan di kampung halamannya di Desa Tiga Dolok, Kabupaten Simalungun.
Rabu, 9 Oktober
Polisi melakukan olah TKP dan menghadirkan salah satu saksi, Ramli Lubis. Dilihat dari lokasi kejadian, polisi menduga Golfrid jatuh ke sebelah kanan.
Kamis, 10 Oktober
ADVERTISEMENT
Polisi mengamankan tiga orang orang penolong Golfrid; Kempes, Fery, dan Wandes. Ketiganya diamankan karena mengambil laptop, dua ponsel, dan dompet Golfrid usai membawanya ke RS Mitra Sejati.
Jumat, 11 Oktober
Polda Sumut menggelar konferensi pers terkait hasil temuan penyelidikan mereka. Dari hasil autopsi, diduga Golfrid menenggak minuman beralkohol sebelum insiden tersebut.
"Ini kita periksa, sudah enam hari berselang setelah kejadian, dan masih terdeteksi adanya alkohol. Jadi dari hasil ini, kita analisa bahwa si korban itu mengonsumsi alkohol, cukup bisa dikatakan banyak," kata Kepala Laboratorium Forensik Cabang Medan Kombes Pol Wahyu Marsudi.
Kapolda Sumut saat menunjukkan barang bukti Golfrid yang sempat hilang. Foto: Rahmat Utomo/kumparan