Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Keberadaan 6 anak Palembang yang hilang di Jabar sejak September 2017 masih menjadi teka-teki. Pihak keluarga telah melaporkan ke polisi dan meminta bantuan paranormal untuk mencari meraka. Akan tetapi, hingga kini, belum ada hasilnya.
ADVERTISEMENT
kumparan mencoba merunut catatan perjalanan keenam pemuda tersebut melalui keterangan pihak keluarga. Berikut kronologinya:
6-13 September 2017
Kevin Kenzona Pratama alias Agam (19), Aditya Wiratama (20), Muhamad Ihsan (29), M Ali Topan alias Topan/Taufan (33), Dian Wahyudi alias Cekok(27), serta Aat Hadi Yatna (24) terbang dari Palembang ke Bandara Soekarno Hatta pada 6 September 2017.
Nadya Syavira, adik kandung Kevin, mengatakan, kakaknya pergi ke Jakarta untuk mengisi liburan. Kevin merupakan mahasiswa Management di Universitas Indo Global Mahasiswa, Palembang.
Sementara itu, Juwita, istri Topan, mengatakan, suaminya pamit liburan ke Jawa bersama Aat dan Ihsan untuk mengunjungi saudara Aat di Kuningan, Jabar.
"Saya juga tidak tahu kalau pada akhirnya yang berangkat itu ada enam orang termasuk Kevin, Adit, dan Dian Wahyudi," kata Juwita pada Selasa (19/5).
Di sisi lain, Maman Firmansyah, kakak kandung tertua dari Dian dan Aat mengatakan kedua adiknya pamit untuk bekerja bersama empat orang teman lainnya.
ADVERTISEMENT
Sesampai di Bandara Soetta, mereka dikabarkan pergi ke rumah tantenya Kevin yang beralamat di Tangerang. Mereka meminjam 3 buah motor untuk mengelilingi Jabar.
Nadya menambahkan, Kevin mengendarai Honda Vario. Sementara itu, dua teman lainnya adalah Jupiter MX dan N-Max. Mereka mengelilingi sejumlah wilayah di Jabar, seperti Cirebon, Bandung, Pandeglang, dan Garut.
Kepada istrinya, Topan kerap memberikan kabar seperti mengirimkan sejumlah foto saat mengunjungi tempat wisata di Jabar. Salah satunya adalah pemandian air panas di Kuningan.
"Rutenya itu, dari Palembang ke Serang dan langsung menuju Kuningan. Mereka juga sempat ke Cirebon," tambah Juwita.
14 September 2017
"Pada 14 September 2017, [mereka] ke rumah pengusaha kulit asal Palembang di Garut untuk menginap, bukan di rumahnya. Tapi di rumah karyawan," tambah Nadya.
ADVERTISEMENT
Juwita pun memberikan keterangan yang sama dengan Nadya.
15 September 2017
Pada 15 September 2017, Kevin mengabari keluarganya akan kembali pulang ke Palembang. Ia menelepon ibunya soal rencananya itu.
"Ini sudah mulai di jalan, Agam nak (akan) balik Ma," ujar Nadya menirukan ucapan kakaknya.
Ita, ibu kandung Kevin menambahkan, sekitar pukul 09.00 WIB, anaknya sempat menghubungi kakeknya, Syarifudin, minta diisikan pulsa.
Syarifudin juga menambahkan, pacar cucunya sempat menghubungi Kevin untuk mengingatkan untuk Salat Jumat. Hanya saja, Kevin menjawab, lokasi masjid jauh.
Sementara itu, Juwita mengatakan, suaminya minta dikirimkan sejumlah uang untuk ongkos pulang ke Palembang.
Sejak saat itu, keenam pemuda ini hilang kontak dengan keluarga. Semua ponsel mereka tidak bisa dihubungi.
ADVERTISEMENT
Oktober 2017
Setelah satu bulan hilang kontak dengan 6 pemuda itu, kakek Kevin, Syarifudin, melapor ke Polda Jabar pada 28 Oktober 2017. Dalam surat tersebut disebutkan, pada 15 September 2017, Kevin dan 5 rekannya pamit berziarah setelah menginap di rumah pengusaha kulit di Garut.
April 2018
Juwita mengatakan, mertuanya bermimpi tentang Topan. Dalam mimpi itu, ia mendapatkan 'pesan' untuk pergi ke rumah saudaranya yang berada di Cirebon. Kemudian, sejumlah keluarga dari 6 pemuda tersebut pergi ke Jabar.
Selain paranormal, pihak keluarga juga menghadirkan ahli IT untuk melacak keberadaan 6 pemuda yang hilang melalui ponsel. Salah satu ponsel mereka terlacak aktif di sebuah lokasi di Banjarnegara, Jateng.
Ketika keluarga mendatangi lokasi tersebut, ternyata area tersebut merupakan sebuah proyek PLTM yang terletak di Karangkobar, Banjarnegara. Keluarga sempat mencari tahu mereka melalui mandor proyek tersebut.
ADVERTISEMENT
Kata Juwita, mandor tersebut mengaku mengenal 4 orang saja. Yakni Aat, Kevin, Ihsan, Dian Wahyudi. Sementara Topan dan Adit tidak dikenalnya.
Dari informasi mandor, keempat orang itu hanya bekerja 4 hari. Lalu mereka meminta berhenti bekerja dan meminta ongkos pulang. Mandor memberikan uang Rp 1,5 juta untuk pulang.
Setelah itu tak ada lagi informasi keberadaan 6 anak Palembang tersebut. Salah satu akun media sosial mereka, Aditya, terakhir mengunggah foto pada 14 September 2017.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.