Kronologi Pemuda 22 Tahun Asal Jakarta Meninggal Usai Divaksin AstraZeneca

10 Mei 2021 11:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Trio Fauqi Virdaus, warga buaran meninggal setelah divaksin Asteazeneca Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Trio Fauqi Virdaus, warga buaran meninggal setelah divaksin Asteazeneca Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Seorang pemuda berusia 22 tahun asal Buaran, Jakarta Timur, bernama Trio Fauqi Virdaus meninggal sehari setelah disuntik vaksin AstraZeneca. Trio meninggal pada Kamis (6/5), setelah divaksin pada Rabu (5/5).
ADVERTISEMENT
Menurut penjelasan keluarga, Trio mengalami Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi (KIPI) yang tak kunjung reda. Meski, keluarganya memastikan Trio tak memiliki riwayat penyakit berat maupun COVID-19.
Hingga saat ini, Komnas KIPI masih mengusut apakah kematian Trio disebabkan oleh penggunaan vaksin AstraZeneca. Berikut kronologi kasus Trio Fauqi yang dirangkum kumparan:
5 Mei 2021
Pukul 13.20 WIB: Divaksin
Kakak almarhum bernama Viki menjelaskan bahwa adiknya, Trio, disuntik vaksin pada Rabu (5/5) lalu pada pukul 13.20 WIB. Ia menjelaskan Trio bekerja di Pegadaian dan program vaksinasi yang dilakukan adiknya itu merupakan kebijakan dari perusahaan.
"Setahu saya dia ada bekerja di PT Pegadaian, tapi dia masih outsourcing karena posisinya field collector. Memang ini program kantor dia," kata Viki.
Sertifikat vaksinasi milik Trio Fauqi Virdaus. Foto: Dok. Istimewa
Usai Divaksin Langsung Alami KIPI
ADVERTISEMENT
Namun setelah Trio pulang ke rumah usai divaksin, ia mulai mengalami KIPI yakni demam. Ia menolak dibawa ke rumah sakit oleh keluarga karena merasa KIPI-nya umum terjadi.
"Rabu sore almarhum pulang ke rumah dalam kondisi sehabis vaksin. Setelah habis vaksin dia mulai merasa demam panas terus akhirnya tadinya mau kita bawa ke rumah sakit cuma almarhum bilang ini memang efeknya karena banyak cerita efek setelah vaksin demam," kata Viki.
6 Mei 2021
Dilarikan ke RS
Keesokan harinya pada Kamis (6/5), Viki bercerita kondisi adiknya tak kunjung membaik. Sehingga Trio dibawa ke rumah sakit terdekat oleh ibunya setelah mengalami kejang-kejang.
"Pagi harinya dia makin lemah, Kamis pagi makin lemah, terus masih demam sekitar jam 11.00 WIB saya diinfokan bahwa adik saya sama ibu saya dibawa ke rumah sakit terdekat di mana yang terdekat dari rumah yaitu Asta Nugraha. Kenapa dibawa karena dia mengalami kejang, akhirnya dibawa," ucap Viki.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, Viki menyebut pihak rumah sakit sempat menolak menangani adiknya itu. Hal itu setelah pihak keluarga memberi penjelasan almarhum mengalami demam dan kejang setelah divaksin.
SMS panggilan vaksin Trio Fauqi Virdaus. Foto: Dok. Istimewa
Kata Komnas KIPI Tak Ada Penolakan
Ketua Komnas KIPI Prof Hindra Satari menjelaskan, Trio dibawa ke RS Asta Nugraha karena pingsan. Namun, ia mengatakan tak ada penolakan karena Trio sudah dinyatakan meninggal dunia saat tiba di RS.
"Menurut keterangan keluarga dia pingsan, terus dibawa ke RS Ibu dan Anak itu RS Astra Nugraha. Sampai sana sudah meninggal. Jadi dokter jaga di UGD enggak bisa menentukan penyebab kematiannya, karena datang sudah enggak bernapas, tidak denyut jantung, napasnya enggak ada," jelas Hindra, Senin (10/5).
"Cuma dilihat ada kebiruan. Jadi beda seperti cerita yang sempat ditolaklah, karena kita lihat dokumennya saat di UGD. Kita lihat ada tanda tangan dokternya, surat kematiannya juga ada dari dokter," lanjut dia.
Trio Fauqi Virdaus, warga buaran meninggal setelah divaksin Asteazeneca Foto: Dok. Istimewa
6 Mei 2021
ADVERTISEMENT
Pukul 12.30 WIB: Trio Dinyatakan Meninggal Dunia
Menurut keterangan Viki sang kakak, Rio sempat dicek sebentar oleh pihak RS Asta Nugraha. Namun pemuda tersebut dinyatakan meninggal dunia pukul 12.30 WIB.
Keluarga Minta Penjelasan
Almarhum Trio merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Sementara Viki merupakan anak pertama. Setelah adiknya meninggal, Viki menyebut kakaknya atau anak kedua sempat meminta keterangan soal vaksin AstraZeneca.
"Adik saya yang perempuan yang temenin almarhum di RS cerita vaksin yang digunakan AstraZeneca dan si adik saya ini sempat minta keterangan medical yang keluarkan AstraZeneca. Pihak keluarga mau hal ini terang, apa sih vaksin yang digunakan," kata Viki.
Selain itu Viki menyebut dirinya sudah pernah bertanya soal keamanan vaksin COVID-19 kepada aktivis COVID-19 dr Tirta. Namun tidak ada tanggapan.
ADVERTISEMENT
"Saya sempat beberapa kali mention aktivis Satgas COVID seperti dr Tirta, saya DM IG, saya tanyakan apakah vaksin ini berbahaya atau tidak, tapi no response," kata Viki.
9 Mei 2021
Keluarga Cerita Riwayat Kesehatan Trio, Kerja Sering Lembur
Mengenai kondisi dan riwayat penyakit almarhum, Viki menyebut adiknya tidak memiliki riwayat sakit berat. Termasuk tidak pernah terinfeksi COVID-19.
"Setahu saya tidak ya, dia enggak ada riwayat penyakit berat dan ibu saya bilang saat berangkat kerja dalam keadaan sehat. Hasil pemeriksaan tidak ada riwayat (COVID-19), sehat. Waktu hari Minggu sebelumnya baru selesai ikut kontes burung," tutur Viki.
"Tapi kerja dia memang sering lembur, overtime karena kan di bagian lapangan," tambah dia.
Ilustrasi vaksin corona AstraZeneca. Foto: Thilo Schmuelgen/REUTERS
Tak Mau Autopsi
ADVERTISEMENT
Viki menambahkan, pihak keluarga juga ingin ada penjelasan mengenai prosedur vaksinasi terhadap adiknya. Apakah seluruh prosedur sudah dijalankan sesuai aturan atau tidak.
"Makanya adik saya minta ada investigasi apakah pemeriksaan tensi dia dijalankan atau hanya berdasarkan pernyataan. Kalau hanya disodorkan formulir pernah ada riwayat atau tidak, tentu kita bisa saja berkata tidak karena kita tidak merasa mengalami," ucap Viki.
"Apakah diperiksa dulu sebelum vaksin apakah dia layak vaksin atau tidak," tutur dia.
Lebih lanjut, Viki mengatakan sejauh ini pihak keluarga belum ada rencana untuk melaporkan kasus ini kepada pihak terkait. Mereka masih menunggu penjelasan soal vaksin AstraZeneca.
"Kalau laporan khusus belum dan kita belum putuskan akan lapor atau tidak. Cuma pihak keluarga hanya ingin dipuaskan, misal vaksin ini berbahaya atau tidak? Efek sampingnya kenapa biar menghindari hal serupa terjadi terhadap orang hal lain. Karena pihak keluarga takut autopsi karena kita kan awam, jadi berita nanti beredar autopsi akan membongkar makam itu pihak keluarga takut karena kasihan almarhum," tutup Viki.
ADVERTISEMENT
10 Mei 2021
Komnas KIPI Nyatakan Trio Alami Pembekuan Darah
Ketua Komnas Pengkajian & Penanggulanan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (PP-KIPI) Hindra Irawan Satari memberikan keterangan pers terkait pengawalan keamanan vaksin COVID-19 di Jakarta, Kamis (19/11). Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO
Komnas KIPI belum bisa menentukan apakah kematian Trio berkaitan dengan penyuntikan vaksin, namun laporan medis menunjukkan Trio mengalami pembekuan darah (blood clot).
"Jadi sulit untuk menentukan, ya, mau mengkaitkan dengan katakanlah kematian akibat vaksin AstraZeneca. Kan memang sebetulnya yang dilaporkan blood clot. Blood clot kan bisa di otak, paru, perut, dan kaki. Di kaki dan perut biasanya enggak menyebabkan kematian," kata kata Ketua Komnas KIPI Prof Hindra.
"Biasanya yang menyebabkan kematian di otak dan di paru. Di paru dia enggak ada tanda-tanda sesak. Di otak [gejalanya] kejang, pusing. Namun gejala AstraZeneca juga ada pusing. Kemudian kejang, kata teman-temannya, kata keluarga enggak ada," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Kasus pembekuan darah akibat penggunaan AstraZeneca sebelumnya sudah beberapa kali terjadi di Eropa. Tetapi, Hindra menekankan belum bisa memastikan apakah Trio meninggal karena divaksin AstraZeneca.
"Jadi kenapa ya dia kami duga? Kenapa dia punya dokter langganan? Apa dia punya penyakit? Itu sedang diinvestigasi," jelas dia.
Jenazah Trio harus diautopsi untuk mengetahui secara cepat dan akurat apakah kematiannya berkaitan dengan penggunaan vaksin AstraZeneca. Namun menurut Hindra hal ini sulit dilakukan, sehingga pihaknya akan terus melakukan investigasi untuk mengetahui keterkaitan kematian Trio dengan vaksin AstraZeneca.
"Jadi memang kalau dari laporan kematian di UK dan Eropa dilakukan autopsi. Ketahuan. Di kita kalu kita lakukan autopsi juga bisa ketahuan, tapi mungkin keluarga enggak bersedia. Jadi karena keadaan di kita, dan itu harus izin, jadi sulit menentukan kematian ini apa karena vaksin AstraZeneca, atau ada penyakit lain," jelas dia.
ADVERTISEMENT
"Untuk penyakit lain kita harus tindak lanjuti, kan ada dokter langganannya apa ada riwayat dia sakit jantung, asma, dll, yang dikaitkan dengan kematian almarhum kemarin. Kemudian kita juga lihat dokter UGD akan kita wawancara lagi. Jadi belum bisa dipastikan, sampai saat ini, bukti yang ada belum cukup kuat," lanjut dia.
****
Saksikan video menarik di bawah ini: