Kronologi Tewasnya Remaja di Padang yang Diduga Disiksa Polisi Versi Kapolda

30 Juni 2024 18:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapolda Sumbar, Irjen Pol Suharyono, menjelaskan kasus pembubaran tawuran di Kota Padang yang mencuat gara-gara remaja 13 tahun tewas.  Foto: Dok. kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kapolda Sumbar, Irjen Pol Suharyono, menjelaskan kasus pembubaran tawuran di Kota Padang yang mencuat gara-gara remaja 13 tahun tewas. Foto: Dok. kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kapolda Sumatera Barat Irjen Pol Suharyono membeberkan kronologi tewasnya siswa SMP bernama Afif Maulana yang ditemukan di bawah jembatan di Kuranji, Padang.
ADVERTISEMENT
Tewasnya Afif jadi sorotan setelah keluarga dan LBH Padang menemukan kejanggalan. Afif diduga tewas karena disiksa polisi.
Suharyono mengatakan, Afif tewas bukan karena disiksa oleh anggotanya seperti dugaan sejumlah pihak. Menurutnya, Afif tewas setelah melompat ke jembatan karena berusaha menghindari polisi yang patroli mencegah tawuran remaja.
Sebelum jatuh, lanjut Suharyono, Afif berboncengan dengan rekannya Aditia. Motor mereka sempat ditendang polisi hingga terjatuh. Afif lalu mengajak rekannya untuk melompat ke jembatan untuk menghindari polisi.
"Sehingga ada limit waktu di situ. Tim swiper itu datang setelah mereka berdua (Aditia dan Afif) bercakap di atas jembatan. Waktunya tidak lebih lima detik, karena waktu itu cepat-cepat Afif mengajak melompat. Ini benar-benar Aditia sebagai saksi kunci dan polisi yang diajak bicara yakni tim swiper juga saksi kunci," kata Suharyono saat konferensi pers, Minggu (30/6).
ADVERTISEMENT
Berikut kronologi lengkap versi polisi:
Sabtu, 8 Juni 2024
Pukul 21.30-22.30 WIB
Kapolda Sumbar Irjen Suharyono mengungkap saat di rumah Aditia, Afif sudah diperingatkan untuk tidak usah ikut tawuran. Namun Afif tetap bersikeras dan memaksa diri untuk ikut dan ingin tawuran.
"Jadi ini jangan sampai bias, bahwa mereka pergi ke kondangan (malam itu), mereka hanya jalan-jalan, itu asumsi-asumsi. Kami berbicara secara fakta, karena ada percakapan mereka sudah ingin bertemu dan mempersiapkan itu (tawuran)," kata Suharyono saat konferensi pers, Minggu (30/6).
Ilustrasi tawuran. Foto: Antara
Minggu, 9 Juni 2024
Pukul 02.00-03.00 WIB
Pihak kepolisian mendapat informasi bahwa akan ada terjadi suatu peristiwa tawuran. Diawali dari kelompok tertentu untuk menyerang kelompok lain.
Aksi rencana tawuran itu, kata Suharyono, terdeteksi oleh anggota Polri. Ada 15 titik kumpul para pelaku calon tawuran pada dini hari itu, total terdapat sekitar 42 para pelaku calon tawuran.
ADVERTISEMENT
"7 anggota dari Polresta Padang memberi tahu kepada Polda untuk diberikan kekuatan tambahan karena pelaku calon tawuran begitu banyak," ujarnya.
Suharyono mengungkapkan rencana aksi tawuran dapat dicegah di atas Jembatan Kuranji. Terjadi aksi kejar-kejaran antara polisi dari Tim Raimas Sabhara Polda Sumbar yang membackup kekuatan dari Polresta Padang.
"Berhasil, berhasil. 37 anggota polri ini berhasil mencegah aksi tawuran yang akan terjadi. Satu di antaranya adalah kendaraan yang ditumpangi oleh saudara Aditia memboncengkan Afif. Aditia sudah berulangkali ikut tawuran, sehingga dia profesional memboncengkan Afif," imbuhnya.
Pukul 03.40 WIB
Saat di TKP di Jembatan Kuranji, sepeda motor yang dibawa Aditia yang membonceng Afif terjatuh. Suharyono mengakui jatuhnya sepeda motor itu karena ditendang oleh anggotanya.
ADVERTISEMENT
"Dan memang jatuh, dan memang ditendang anggota kami dua orang. Sudah kami periksa anggotanya. Jatuh di titik satu sampai 5 (sisi kiri jembatan), jadi memang kencang laju sepeda motornya," ucapnya.
Lanjut Suharyono, ketika sepeda motor jatuh, dua anggota yang menendang tetap melaju dan mengejar para pelaku tawuran lainnya. Di saat itulah, ada waktu 5 detik antara Aditia dan Afif berbicara.
"Sehingga ada limit waktu di situ. Tim swiper itu datang setelah mereka berdua (Aditia dan Afif) bercakap di atas jembatan. Waktunya tidak lebih lima detik, karena waktu itu cepat-cepat Afif mengajak melompat. Ini benar-benar Aditia sebagai saksi kunci dan polisi yang diajak bicara yakni tim swiper juga saksi kunci," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Afif Maulana mengajak lompat. "Bang kita melompat saja". Dijawab Aditia "jangan lompat, kita menyerahkan diri saja". Upaya mengajak sudah jelas, upaya ingin melompat sudah jelas, upaya ditolak ajakan itu sudah jelas. Tetapi kita hanya satu tidak ada saksi yang melihat, kapan dia melompat. Kapan dia melakukan niatnya itu. Kapan dia merealisasikan ajakannya itu," sambung Suharyono.
Kepolisian Daerah Sumatra Barat (Sumbar) bersama Komisi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kompolnas) melakukan rekonstruksi peristiwa yang berkaitan dengan tewasnya siswa SMP bernama Afif Maulana di Kuranji, Padang, provinsi setempat. Foto: Laila Syafarud/ANTARA
Ia menambahkan di saat tim swiper datang, Aditia sedang sibuk mencari handphonenya yang hilang. Dalam waktu hitungan detik dia menengok ke kiri, lehernya dipegang polisi.
"Saat ditangkap, Aditia menyampaikan ke anggota polisi "pak teman saja tadi ada melompat". Polisinya menjawab tidak mungkin, dan tidak percaya menerima informasi dari Aditia. Ini kami meluruskan sesuai fakta, tidak asumsi atau mengada," tegasnya.
ADVERTISEMENT
"Di saat dia (Aditia) menyampaikan temannya ada yang melompat dan polisi tidak percaya, polisi hanya menjawab tidak mungkin. Kenapa polisi menjawab itu, karena tinggi (dari atas jembatan ke sungai). Tidak mungkin ada orang yang melompat. Sehingga Aditia bersama sepeda motor dibawa ke Mapolsek Kuranji," tambahannya.
Suharyono menyesalkan informasi awal yang berkembang bahwa di atas Jembatan Kuranji ada Afif lalu dikerumuni para anggota kepolisian dengan rotan. Hal ini sama sekali tidak benar.
"Itu sudah kami klarifikasi ke Aditia, tidak ada (Afif). Jadi ada informasi yang miss understanding di dalam konteks pertama apa yang terjadi di atas jembatan," ujar dia.
Suharyono menegaskan, di atas Jembatan Kuranji hanya ada sepeda motor beserta barang bukti senjata tajam yang berserakan. Setelah polisi menyita dan mengamankan, Aditia dibawa ke Polsek Kuranji.
ADVERTISEMENT
"Afif tidak (dibawa). Kami bicara secara fakta. Kalau ada saksi dan bukti lain yang memang harus diajukan, silakan lapor ke polres dan propam akan kami selidiki. Tapi fakta apa yang kami sampaikan adalah saksi dan yang terlibat secara langsung," lanjutnya.