KSAL Jelaskan Temuan Underwater Sea Glider di Selayar

5 Januari 2021 8:11 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi underwater sea glider. Foto: um.edu.mt
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi underwater sea glider. Foto: um.edu.mt
ADVERTISEMENT
Seorang nelayan bernama Saeruddin, menemukan benda asing berbentuk rudal di laut Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel), pada 26 Desember 2020.
ADVERTISEMENT
Kabar tersebut membuat publik heboh lantaran benda asing yang berkamera itu disebut-sebut merupakan drone bawah laut milik China. Benda itu kemudian diserahkan kepada TNI.
Berbagai pertanyaan dan prasangka di masyarakat pun muncul. Tak sedikit yang menilai benda itu merupakan bagian dari alat mata-mata. Tak ingin informasi semakin simpang siur, KSAL Laksamana TNI Yudo Margono akhirnya memberikan penjelasan.
Yudo menyebut alat itu merupakan Underwater Sea Glider (USG). Alat ini berguna untuk mengecek kedalaman laut dan mencari informasi di bawah laut.
"Alat ini disebut Underwater Sea Glider," kata Yudo dalam konferensi pers di Pushidrosal, Ancol, Jakarta Utara, Senin (4/1).
Berikut penjelasan Yudo soal Underwater Sea Glider yang ditemukan di laut Selayar:
Laksamana TNI Yudo Margono di Kantor BNPB. Foto: Dok. BNPB
ADVERTISEMENT
Yudo menjelaskan USG merupakan alat untuk mengumpulkan data-data yang ada di bawah permukaan laut. Misalnya kedalaman, arus, hingga adanya plankton di satu titik.
"Data yang dikumpulkan dari Underwater Sea Glider, ini dari oksigen untuk mengetahui kadar oksigen di bawah laut, batimetri ini untuk keperluan industri, accoustic recording ini untuk merekam keberadaan ikan dan hewan bawah laut ini seperti lumba-lumba, ini bisa juga untuk kegiatan industri perikanan, di mana di situ kalau banyak plankton di sini banyak ikan, sehingga bisa mengarahkan kapal-kapalnya," jelas Yudo.
Yudo menjelaskan, secara teknis USG bisa diluncurkan dari sebuah kapal. USG kemudian bergerak di bawah permukaan, lalu akan timbul tenggelam. Saat tenggelam, USG akan mengambil data-data batimetri, atau data terkait kedalaman laut. Untuk masa operasi, USG bisa beroperasi selama 2 tahun di lautan.
KRI Teuku Umar-385 melakukan peran muka belakang usai mengikuti upacara Operasi Siaga Tempur Laut Natuna 2020 di Pelabuhan Pangkalan TNI AL Ranai, Natuna. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
ADVERTISEMENT
Yudo menegaskan USG yang ditemukan di perairan Selayar tidak bisa digunakan untuk mendeteksi kapal-kapal Indonesia.
"Alat ini tidak bisa mendeteksi dengan sonar seperti kapal selam atau kapal atas air kita, itu tidak bisa, ini hanya untuk data Batimetri atau kedalaman air laut di bawah permukaan, alat ini tidak bisa mendeteksi keberadaan kapal kita atau kapal yang melintas," kata Yudo.
Ia menyebut kamera di USG berfungsi untuk mengambil data-data keadaan bawah laut, salinitas air, dan keberadaan ikan yang nantinya dikirimkan ke satelit.
Menurut Yudo, USG juga bisa berguna untuk misi atau operasi kapal selam. USG bisa mendeteksi kepekatan air, sehingga membantu kapal selam bersembunyi dari deteksi sonar kapal di permukaan.
ADVERTISEMENT
"Kalau militer data bisa digunakan untuk trek kapal selam, kemudian dia bisa melihat kepekatan air laut tersebut bisa berfungsi agar kapal selam tidak terdeteksi sonar," ucap Yudo.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono. Foto: Dispen AL
Kabar yang beredar bahwa USG yang ditemukan di Selayar milik China belum bisa dipastikan kebenarannya. Yudo menyatakan berdasarkan pemeriksaan awal, tidak ada tanda-tanda alat ini berasal dari mana.
"Alat tersebut saya tidak bisa menentukan milik siapa, karena tulisan di luarnya tidak ada. Sehingga nanti akan kita teliti lebih dalam di Pushidrosal, dan kita koordinasikan dengan Kemristek dan BPPT. Sehingga kita bisa meneliti lebih dalam alat tersebut," ucap Yudo.
Yudo menyatakan sejauh ini belum menemukan kerja sama lembaga atau kementerian yang menggunakan alat ini. Sehingga, kecil kemungkinan USG tersebut milik Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak punya, kemungkinan bukan Indonesia, namun kita kerja sama dengan negara lain untuk keperluan lain, kita belum tau kerja sama dengan negara lain yang gunakan alat ini," kata Yudo.
Ilustrasi pengungkapan data Foto: Shutterstock
TNI AL membutuhkan waktu untuk mengungkap data di balik USG yang ditemukan di perairan Selayar. Yudo memberikan waktu selama 1 bulan bagi Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) untuk meneliti alat tersebut.
"Ya kita juga menanyakan tentang kementerian lembaga terkait, saya beri waktu satu bulan Kapushidrosal untuk bersama dengan kementerian lembaga terkait," ucap Yudo.
USG tersebut perlu diteliti karena merupakan instrumen riset yang bisa digunakan untuk industri dan pertahanan. Dalam bidang industri, USG bisa memetakan kedalaman laut, salinitas, arus air, serta menentukan lokasi ikan di perairan.
ADVERTISEMENT
Sementara di bidang pertahanan, alat ini bisa menemukan kepekatan air laut yang berguna bagi kapal selam untuk bersembunyi dari deteksi sonar.