Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Pushidrosal enggak punya sea glider," tegas Yudo Margono kepada dalam konferensi pers di Pushidrosal, Ancol, Jakarta Utara, Senin (4/1).
Alat ini bisa berguna untuk industri sipil maupun pertahanan. Untuk pertahanan, sea glider biasanya dipakai untuk mencari jalur yang aman dilalui oleh kapal selam sehingga tak bisa terdeteksi oleh sonar kapal musuh.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, Pushidrosal memang tidak mengembangkan alat ini. Untuk keperluan mengetahui data-data bawah laut dan selama ini sudah dipakai.
"Hidros (Pushdrisoal) kita belum punya ya nanti tentunya dengan alat-alat ini kita bisa tingkatkan tupoksinya hidros, tapi hidros punya alat-alat yang sama dengan ini, membuat peta menentukan kedalaman, melihat arus dan sebagainya. Kita bisa ajukan ke Menkomarves atau Kemenhan untuk alat ini," ucap Yudo.
Saat konferensi pers berlangsung, alat yang disebut drone laut itu turut dihadirkan. Bentuknya mirip drone udara, tapi tidak memiliki roda untuk lepas landas.
Berbentuk seperti rudal tapi dengan sayap dan sirip di bagian belakang. Mesin penggerak tampaknya ada di bagian belakang sea glider karena terdapat celah antara badan utama dengan sirip belakang.
ADVERTISEMENT
Yang paling berbeda dari underwater sea glider ini, yakni ada di bagian belakangnya. Pada bagian belakang terdapat setangkai besi panjang berukuran kurang lebih 50 centimeter.
Tidak dijelaskan juga apa fungsi dari besi panjang itu. Yudo sempat memegang bagian sirip belakang hitam yang terlepas dari badannya.
Tapi bila dilihat dari bentuknya, sea glider ini mirip dengan drone laut yang tengah dikembangkan China di lautan Samudra Hindia.
Yudo mengatakan, sejumlah negara memang sudah memproduksi atau memiliki sea glider ini. Di antaranya Prancis hingga China.
"Banyak yang sudah bisa AS, Prancis, China, Kanada, Jepang, rata-rata yang punya kapal-kapal hidroseanografi rata-rata punya," tambah Yudo.
Lalu, apakah drone laut ini memang punya China yang terdampar di perairan Indonesia? Yudo belum bisa memastikan.
ADVERTISEMENT
"Alat tersebut saya tidak bisa menentukan milik siapa, karena tulisan di luarnya tidak ada. Sehingga nanti akan kita teliti lebih dalam di Pushidrosal, dan kita koordinasikan dengan Kemristek dan BPPT. Sehingga kita bisa meneliti lebih dalam alat tersebut," ucap Yudo.