Kuartal III-2017, Utang Luar Negeri RI Capai Rp 4.632 Triliun

19 November 2017 18:57 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang dolar. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang dolar. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Utang luar negeri Indonesia selama kuartal III 2017 naik 4,5% (year on year/yoy) dibandingkan periode sama 2016 atau menjadi sebesar 343,1 miliar dolar AS, setara dengan Rp 4.632 triliun (kurs Rp 13.500). Hal ini karena pertumbuhan utang publik, atau utang pemerintah dan bank sentral, yang naik 8,5%.
ADVERTISEMENT
Utang swasta juga kembali meningkat, sebesar 0,6% (yoy) dengan sektor penarik utang terbesar yakni di sektor keuangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih (LGA), dan pertambangan dengan porsi 77%.
Sehingga utang publik di kuartal III ini sebesar 175,9 miliar dollar AS dan utang swasta sebesar 167,2 miliar dollar AS.
"Pertumbuhan ULN ini juga sejalan dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman, dalam keterangan resminya, Minggu (19/11).
Berdasarkan jangka waktu, komposisi ULN Indonesia pada akhir kuartal III 2017 tetap didominasi oleh ULN jangka panjang. ULN berjangka panjang memiliki pangsa 86,2% dari total ULN dan pada akhir kuartal III-2017 tumbuh 3,4% (yoy).
"Ini meningkat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 1,5% (yoy). ULN berjangka pendek tercatat tumbuh 11,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan akhir kuartal sebelumnya sebesar 10,5% (yoy)," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Bank Sentral memandang pergerakkan ULN pada kuartal III-2017 masih terjaga. Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal III 2017 sebesar 34%. Rasio itu menurun jika dibandingkan dengan triwulan III-2016 yang sebesar 36%. Selain itu, rasio utang jangka pendek terhadap total ULN juga relatif stabil di kisaran 13%.
"Kedua rasio ULN tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara dengan kekuatan ekonomi yang sama (peers)," jelasnya.