Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Kubah Masjid yang 13 Tahun Terdampar akibat Tsunami Aceh
22 Desember 2017 18:29 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Tanggal 26 Desember yang tak lama lagi datang selalu mengingatkan pada musibah gempa dan tsunami yang menghantam Aceh dan sekitarnya pada tahun 2004.
ADVERTISEMENT
Sebuah kubah masjid dengan berat puluhan ton yang terdampar jauh, bisa menjadi pengingat betapa dahsyatnya musibah yang menewaskan 230 ribu orang dari 14 negara itu.
Musibah itu dimulai dengan gempa berkekuatan 9,1 hingga 9,3 Skala Richter, pukul 07.59 WIB. Setelah gempa, air seperti bah tiba-tiba memenuhi daratan di Aceh.
Saat itu, kata “tsunami” masih merupakan kosa kata yang cukup asing, sehingga begitu melihat air datang, sebagian warga menyebutnya sebagai “air bah” atau “banjir”.
Dalam waktu beberapa jam, “air bah” yang kemudian dikenal sebagai tsunami itu menerjang negara-negara yang berbatasan dengan Samudra Hindia hingga garis pantai di Afrika.
Korban paling banyak jatuh di Aceh. Lebih dari 100 ribu orang tewas dan puluhan ribu lainnya hilang akibat musibah yang terjadi di hari Minggu itu.
ADVERTISEMENT
Selain korban jiwa, banyak bangunan poranda. Sebuah kubah masjid besar di Desa Lamteungoh, Peukan Bada, Aceh Besar, bahkan lepas dari posisinya. Kubah masjid terbawa arus dan terdampar lebih dari 2 km, tepatnya di areal persawahan di Desa Gurah, Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.
Tiga belas tahun musibah gempa dan tsunami Aceh telah berlalu. Namun kubah itu tetap berdiri di lokasi tempatnya terdampar. Bahkan kubah itu kini disulap sebagai tempat wisata dan dirawat baik. Warga menamainya Kubah Tsunami.
Kubah Tsunami ini biasa ramai dikunjungi pada event-event tertentu, seperti bulan Ramadhan, dan juga saat memperingati musibah gempa-tsunami tiap 26 Desember.