Kubu Airlangga Bantah Tudingan 3 Menteri Jokowi Bantu Munas

30 November 2019 19:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto memberi sambutan di acara HUT Golkar ke 55 di Jakarta, Rabu (6/11). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto memberi sambutan di acara HUT Golkar ke 55 di Jakarta, Rabu (6/11). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Kubu Bambang Soesatyo (Bamsoet) melontarkan tudingan bahwa 3 menteri Jokowi ikut membantu pemenangan Airlangga Hartarto agar menjadi Ketum Golkar. Tudingan itu pun dibantah kubu Airlangga.
ADVERTISEMENT
"Saya kira enggak benerlah. Partai Golkar biasa kok menyelesaikan dalam munas, beberapa munas kami lakukan secara mandiri, independen di dalam menentukan," kata Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily di Merlynn Park Hotel, Jakarta Pusat, Sabtu (30/11).
Dia menilai tudingan itu merendahkan pemilik suara. Sebab, Ace menyakini, pengurus DPD I dan DPD II objektif dalam memberikan suara untuk Ketum Golkar dalam munas Desember nanti.
"Jangan merendahkan para pemegang suara, mereka pasti akan objektif. Mereka pasti akan memiliki penilaian yang sangat objektif untuk menentukan siapa figur yang paling tepat untuk memimpin 5 tahun Partai Golkar ini dan tidak bisa ditekan-tekan Partai Golkar itu," kata Ace.
Politikus Partai Golkar, Ace Hasan. Foto: Adim Mugni/kumparan
Sebelumnya kubu Bamsoet, Syamsu Rizal, menyebut ada 3 menteri Jokowi yang menekan pengurus DPD agar mendukung Airlangga sebagai ketum Golkar.
ADVERTISEMENT
"Ada indikasi kuat, Pak Jokowi juga enggak tahu, tetapi ada beberapa pembantu Jokowi dijadikan alat juga untuk tekan DPD DPD, DPD I melalui kepala-kepala daerahnya," kata Syamsul di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Rabu (27/11).
Syamsul menjelaskan para menteri tersebut menelepon ketua-ketua DPD I Golkar di tingkat provinsi untuk mengalihkan dukungan kepada Airlangga.
"Sebenarnya 3 menteri ini enggak punya jabatan politik di parpol, hanya mau cari legitimasi politik ke Presiden. Biar presiden itu percaya mereka punya kekuatan politik padahal sebenarnya enggak, hanya banyak bacot doang," tuturnya.
"Ada tiga pembantu presiden, yang satu itu kader Golkar, yang satu akademisi, yang satu partai lain," lanjut Syamsul.