Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Loyalis Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang mendukung sang Ketua MPR sejak masih menjadi caketum Golkar merasa kecewa dengan susunan pengurus DPP Partai Golkar 2019-2024 di bawah Ketum Airlangga Hartarto. Pasalnya, hanya ada empat kursi pengurus yang diberikan kepada tim pendukung Bamsoet.
ADVERTISEMENT
Empat pendukung Bamsoet yang masuk dalam pengurus DPP Golkar 2019-2024 adalah Nusron Wahid, Misbakhun, Junaidi Elvis, dan Robert Kardinal.
"Merujuk pada komposisi personalia kepengurusan DPP periode 2019-2024 hasil Munas X, maka sungguh disesalkan, sebab Airlangga Hartarto dan rezim politiknya telah melakukan dusta politik dan kemunafikan politik dengan hanya memasukkan empat orang dari hampir 100 tim inti pendukung Bamsoet di pemilihan ketua umum pada Munas X," kata loyalis Bamsoet, Victus Murin, di Kawasan SCBD, Jakarta, Jumat (17/1).
Mantan Wasekjen Golkar ini menilai, kepengurusan DPP yang baru sama sekali tidak mencerminkan komitmen rekonsiliasi yang dibuat Airlangga dan Bamsoet. Ia lalu mengulas kembali momen rekonsiliasi Bamsoet-Airlangga yang dimediasi oleh senior partai Aburizal Bakrie dan Luhut Panjaitan jelang munas.
ADVERTISEMENT
"Inkonsistensi politik Airlangga Hartarto ini kami pandang telah mencemarkan kewibawaan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie dan citra Menko Luhut Binsar Panjaitan," tegasnya.
Victus dan loyalis Bamsoet yang lain mengingatkan Airlangga serta rezim politiknya untuk segera memulihkan pecahnya Partai Golkar. Apalagi, hal itu disebabkan oleh penyusunan pengurus DPP Golkar yang baru.
"Pemulihan situasi internal partai ini merupakan hal yang bijaksana dalam rangka merawat keutuhan organisasi Partai Golkar, sehingga dapat bekerja secara optimal demi mencapai kemenangan Partai Golkar pada Pemilu 2024," tandasnya.
Perebutan kursi Ketua Umum Golkar antara petahana Airlangga Hartarto dan Bamsoet di Munas X, 4 Desember 2019 lalu sempat membuat partai berlambang beringin ini memanas. Namun, jelang hari pemilihan ketum, Bamsoet justru memutuskan mundur dari bursa pemilihan ketum.
ADVERTISEMENT
Memanasnya Golkar bahkan terjadi jauh sebelum Munas pada 4 Desember lalu dimulai. Awalnya, Airlangga dan Bamsoet sama-sama mengklaim sudah mendapat dukungan dari DPD tingkat provinsi. Akibat perebutan dukungan itu, Airlangga memecah dan mengganti sejumlah anggota DPR serta pengurus DPD Golkar.
Situasi sempat mereda setelah Bamsoet diberi jabatan Ketua MPR dan menyatakan tidak akan maju di Munas Golkar sebagai caketum. Namun, ucapan tersebut dilanggar. Beberapa hari jelang Munas, Bamsoet mendeklarasikan diri sebagai calon ketua umum.
Drama perebutan kursi itu berakhir mengejutkan hanya beberapa jam sebelum munas dimulai. Saat itu, Bamsoet yang baru saja bertemu Airlangga, Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, dan Ketua Dewan Pembina Golkar Aburizal Bakrie memutuskan mundur.
ADVERTISEMENT
"Dengan semangat rekonsiliasi yang kita sepakati bersama, demi menjaga soliditas, keutuhan Golkar, saya menyatakan tidak meneruskan pencalonan saya sebagai kandidat Ketum Golkar," ujar Bamsoet sebelum munas dimulai.
Bamsoet, yang awalnya ngotot ingin menjadi ketua, akhirnya bersedia mundur dengan jaminan ia akan tetap menjadi Ketua MPR dan seluruh loyalisnya tertampung di struktur kepengurusan DPP Golkar.
Permintaan Bamsoet itu pun disetujui, Airlangga akhirnya melenggang mulus menjadi ketua umum secara aklamasi. Namun, setelah Airlangga selesai menyusun daftar kepengurusan DPP Golkar, rupanya hanya empat loyalis Bamsoet saja yang masuk daftar.