Kubu Prabowo Ajak Debat Pakai Inggris, Dibalas Bahasa Arab Kubu Jokowi

14 September 2018 14:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasangan Capres-Cawapres 2019: Joko Widodo (capres), Ma'ruf Amin (cawapres), dan Prabowo Subianto (capres, kanan), Sandiaga Uno (cawapres, kiri).  (Foto: Nugroho Sejati/kumparan, Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan Capres-Cawapres 2019: Joko Widodo (capres), Ma'ruf Amin (cawapres), dan Prabowo Subianto (capres, kanan), Sandiaga Uno (cawapres, kiri). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan, Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Juru Bicara Jokowi-Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadzily, mengomentari usulan kubu Prabowo-Sandi terkait sesi debat menggunakan bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Menurut Ace, di pilpres nanti yang dipilih adalah capres-cawapres Republik Indonesia bukan Amerika Serikat. Sehingga, usulan debat bahasa Inggris tidak begitu diperlukan.
"Kita mau memilih capres-cawapres Inggris atau Amerika Serikat atau Indonesia? Kita ini mau memilih Presiden Republik Indonesia, bukan memilih Presiden Amerika Serikat yang memang bahasa nasionalnya bahasa Inggris," ungkap Ace, Jumat (14/9).
Ia mengatakan, substansi dalam sesi debat adalah agar masyarakat bisa memperdalam dan memahami setiap visi, misi, dan program kandidat yang akan diaplikasikan ke dalam pemerintahan.
Dan jika nantinya debat menggunakan bahasa Inggris dikhawatirkan banyak orang yang tidak memahaminya.
"Debat capres-cawapres itu untuk beradu gagasan, program, visi dan misi yang dapat dimengerti seluruh rakyat Indonesia," tutur dia.
ADVERTISEMENT
"Tentu dengan bahasa yang mudah dimengerti, gampang dicerna rakyat, konsep yang ditawarkan dapat diterjemahkan ke dalam program yang dapat dilaksanakan," imbuh politikus Golkar ini.
Tak hanya itu, menurut Ace, dalam debat capres-cawapres juga bukan sekadar pidato berapi-api yang penuh retorika belaka, namun tidak memiliki substansi. Bukan menebar pesimisme, tetapi seharusnya selalu melahirkan harapan-harapan bagi rakyat dengan program-program yang konkret dan nyata. Bukan janji-janji semata.
Ace menjelaskan, selama ini Jokowi telah mengharumkan nama negara di mata dunia internasional. Sehingga, penggunaan bahasa Inggris demi menjaga wibawa negara sangat tidak relevan.
"Kalau alasannya penggunaan bahasa Inggris untuk menunjukkan kemampuan pergaulan internasional, selama ini Pak Jokowi sebagai presiden telah menunjukkan kepiawaiannya dalam forum internasional. Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB, berperan aktif dalam penyelesaian Rohingya, paling depan dalam mendukung kemerdekaan Palestina serta diperhitungkan di antara negara di dunia. Bahkan media internasional mengakui itu," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Debat Bahasa Arab
Ide debat bahasa Inggris sendiri datang dari Ketua DPP PAN Yandri Susanto yang mengusulkan sesi debat capres-cawapres di Pilpres 2019 menggunakan bahasa Inggris. Karena rakyat juga ingin melihat calon pemimpinnya apa mumpuni untuk bergaul dengan dunia internasional bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya.
Kubu Prabowo-Sandi mengusulkan satu sesi debat capres-cawapres menggunakan bahasa Inggris. Mengingat, tantangan ke depan Indonesia harus bisa bergaul dengan komunitas internasional.
Soal urusan bahasa Inggris ini dibalas kubu Jokowi dengan mengusulkan debat dengan bahasa Arab dan juga tes mengaji.
"Kalau begitu, seandainya nyeleneh-nyelenehan, saya juga bisa usul sebaiknya capres lomba salat, lomba ngaji, lomba bahasa Arab, dan lain-lain. Jadi menurut saya, ayolah kita yang rasional saja, yang patut saja," kata Sekjen PKB Abdul Kadir Karding kepada kumparan, Jumat (14/9).
ADVERTISEMENT
Sedang menurut politikus NasDem, Irma Chaniago, dalam debat itu yang terpenting menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat luas.
"Ini bukan soal berani dan enggak berani! Ini soal nasionalisme! Tidak urgent ya, karena yang lebih penting itu komitmen serta visi dan misi," ungkap Irma ketika.
Menurut Irma, pemimpin negara seharusnya bisa menjadi panutan oleh seluruh komponen masyarakatnya, salah satunya adalah menggunakan bahasa nasionalnya.
Terlebih lagi, dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 Pasal 32 sudah tertera penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang resmi.
"Presiden itu panutan, UU jelas menyatakan harus menggunakan bahasa Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri, sebaiknya sebagai panutan siapa pun dia jangan menabrak UU. Apalagi bahasa Indonesia itu adalah bahasa ibu kita, bukankah bahasa itu menunjukkan jati diri bangsa?" tuturnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Irma melihat kubu Prabowo-Sandi sepertinya sedang dalam kondisi kalap karena ia mendengar banyak usulan-usulan yang nyeleneh.
"Nanti ada yang minta juga pakai bahasa Arab gimana coba? Udah deh, enggak perlu aneh-aneh. Ngajak adu renanglah, kok seperti kalap ya," pungkasnya.