Kudus 2 Hari #DiRumahAja: Makam Sunan Kudus Sepi; Dilarang Gelar Hajatan

6 Juni 2021 8:20 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Kota Kudus ketika imbauan agar pada 5-6 Juni di rumah saja. Foto: Indra Subagja/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Kota Kudus ketika imbauan agar pada 5-6 Juni di rumah saja. Foto: Indra Subagja/kumparan
ADVERTISEMENT
Penularan corona di Kabupaten Kudus, Jateng, menggila. Satgas menyebut lonjakan kasus COVID-19 itu disebabkan tradisi saat lebaran lalu, yakni ziarah kubur dan kupatan yang digelar 7 hari usai Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data per Sabtu (5/6) yang dilansir situs corona.jatengprov.go.id, jumlah kasus aktif corona di Kudus mencapai 1.606 orang dan pasien meninggal 698 orang.
Jumlah ini melesat tajam dibanding kasus aktif sehari sebelumnya atau pada 4 Juni. Pada 4 Juni, jumlah kasus aktif mencapai 1.457 orang. Sedangkan pasien meninggal di angka 681 orang.
Pesatnya peningkatan kasus corona membuat Bupati Kudus, Hartopo, mengimbau warga di rumah saja selama 2 hari, 5 dan 6 Juni.
kumparan sempat berkeliling melihat suasana Kudus pada Sabtu (5/6) pagi. Suasana memang agak berbeda, apalagi saat di pusat daerah.
Toko-toko pada pukul 09.00 WIB, terlihat tutup. Misalnya di area Kudus City Walk di Jalan Sunan Kudus dan kawasan Simpang Tujuh, hanya satu dua toko yang buka.
Suasana di Kota Kudus ketika imbauan agar pada 5-6 Juni di rumah saja. Foto: Indra Subagja/kumparan
Biasanya di akhir pekan, toko-toko dan juga pedagang makanan riuh beraktivitas. Demikian juga warga banyak yang berolahraga, tapi tidak kali ini.
ADVERTISEMENT
Kemudian di kawasan kompleks Makam Sunan Kudus, lalu GOR Bung Karno, juga tak terlihat aktivitas warga yang ramai. Suasana terlihat sepi.
Namun beberapa pedagang jualan makanan khas Kudus seperti lentog, soto kerbau yang berdagang di emperan terlihat masih membuka lapak.
Sedangkan di kawasan pinggiran, beberapa pabrik tetap melakukan aktivitas. Buruh tetap masuk bekerja seperti biasa. Bedanya, pasar tiban atau pasar dadakan di sekitar pabrik tutup.
Sementara pasar umum, relatif tetap buka. Meski demikian aktivitas tetap terbatas, karena ada beberapa toko yang tutup.
Beberapa kali rombongan mobil pemadam kebakaran juga menyemprotkan disinfektan. Seperti di ruas Kudus menuju ke arah Semarang dan ruas Kudus ke arah Jepara.
Petugas melalui pengeras suara terus mengimbau warga mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker.
Ziarah makam Sunan Kudus ditutup sementara untuk mencegah penyabaran COVID-19. Foto: Indra Subagja/kumparan

Syawalan di Makam Sunan Kudus Sepi

Lonjakan kasus corona membuat suasana di kompleks makam Sunan Kudus sepi. Padahal biasanya saat syawalan atau lepas lebaran, peziarah dari berbagai kota berduyun-duyung datang.
ADVERTISEMENT
Sepinya situasi memang karena makam Sunan Kudus ditutup sementara. Peziarah dari luar kota tak diperkenankan datang.
Nyaris tak ada aktivitas, tak terlihat pria bersarung atau rombongan ibu-ibu di sekitar kompleks makam. Tak nampak pula antrean di parkiran motor. Bus-bus yang biasa memenuhi area parkiran juga tidak ada.
Imbasnya, toko-toko suvenir di sekitar kompleks makam juga tutup. Hanya satu dua toko yang buka. Belum diketahui sampai kapan ziarah Makam Sunan Kudus ditutup.
Suasana di Kota Kudus ketika imbauan agar pada 5-6 Juni di rumah saja. Foto: Indra Subagja/kumparan

Warga Dilarang Gelar Hajatan

Polres Kudus pun mengingatkan warga tidak menggelar hajatan yang bisa mengundang kerumunan. Warga yang nekat gelar hajatan dan timbulkan kerumunan, akan dibubarkan.
"Sesuai Surat Edaran Bupati Kudus nomor 360/1297/04.30/2021 tentang PPKM Mikro Untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19 di Kabupaten Kudus, acara resepsi pernikahan, hajatan dan kegiatan sejenis lainnya agar ditiadakan karena berpotensi menimbulkan kerumunan," kata Kapolres Kudus, AKBP Aditya Surya Dharma.
ADVERTISEMENT
Apabila hendak menggelar akad nikah karena sudah telanjur dijadwalkan, kata dia, silakan digelar secara terbatas hanya dihadiri keluarga terdekat dan petugas terkait.
Bupati Kudus Hartopo saat tinjau penanganan corona. Foto: kumparan

Pasar dan Pabrik Tetap Buka

Meski menjadi daerah dengan lonjakan kasus aktif corona terbanyak, Pemkab Kudus tak menutup pasar hingga pabrik.
Hartopo mengatakan alasan ekonomi membuatnya tidak bisa serta merta menghentikan operasional pabrik meski itu hanya sementara.
"Saya tidak ada menutup sektor perekonomian seperti pasar atau toko. Yang jualan ya jualan, yang kerja ya kerja. Warung restoran ya buka tetapi tidak boleh makan di tempat atau (boleh) take away," ujar Hartopo.
Dia menyebut pabrik-pabrik di Kudus sangat mematuhi protokol kesehatan termasuk karyawan atau buruh-buruhnya.
"SOP di pabrik lebih ketat. Saya sering tinjauan ke sana sendirian saja. Prokesnya jauh lebih hebat mulai dari proses screeningnya, cuci tangan, jaga jaraknya luar biasa. Kalau pabrik aku yakin malah luar biasa prokesnya," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Hartopo juga enggan menerapkan sistem work from home bagi aparatur sipil negara (ASN) meski daerahnya tengah dilanda badai COVID-19.
"Saya malah justru tidak ada work from home (WFH) karena kalau WFH malah mereka jadi liar tidak terkontrol. Tapi kita ada SOP ada aturan tidak boleh ada ada yang melepas masker. Kita akan beri peringatan keras soal itu," ujar Hartopo.
Menkes Budi Gunadi Sadikin saat memantau penangan COVID-19 di Puskesmas Jati Kudus. Foto: Dok. kumparan

Menkes Tinjau Kudus

Darurat penanganan corona di Kudus membuat Menkes Budi Gunadi Sadikin langsung meninjau lapangan.
Budi Gunadi meninjau beberapa fasilitas kesehatan seperti RSUD Loekmono Hadi Kudus, Puskesmas Jati Kudus, dan Rumah Sakit Mardi Rahayu.
Ia menyebut Kemenkes telah memberikan bantuan tambahan alat untuk mempercepat penanganan COVID-19 di kota Kretek itu.
ADVERTISEMENT
"Kita sudah kirim 30 ventilator, 50 ribu alat swab antigen supaya lebih banyak yang bisa dites. Kita juga sudah berikan 50 ribu vaksin lagi," kata dia.
"Kita juga lihat butuh tenaga dokter dan perawat kita sudah bicara sama IDI. Insyaallah akan dibantu 38-an dokter. Untuk perawat juga kita bantu dari Semarang," imbuhnya.
Disinggung apakah ada opsi mendirikan rumah sakit darurat, Budi mengatakan belum perlu. Menurutnya, kapasitas tempat tidur pasien corona di Kudus masih cukup.
"Tempat tidur masih cukup banyak ya, teman-teman lagi minta tambahan. Nanti saya ngomong sama Pak KASAD karena ada yang di Solo," kata Budi.
Menkes Budi Gunadi Sadikin bertemu dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Semarang usai dari Kudus. Foto: Dok. Istimewa
Setelah dari Kudus, Budi Gunadi menemui Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di rumah dinas Puri Gedeh Semarang.
ADVERTISEMENT
Budi meminta Ganjar mendampingi Hartopi dalam menangani lonjakan COVID-19. Sebab dalam kunjungannya, Budi menemukan banyak sekali ketidaksiapan Pemkab Kudus dalam menghadapi lonjakan kasus COVID-19 pascalebaran 2021.
"Maka saya minta pak Ganjar membantu. Beliau kan pembina, jadi bisa mendukung Bupati Kudus kalau tekanannya terlalu banyak. Kadang-kadang Bupati pusing mesti ngapain, tapi kalau ada kakaknya, maka dia tenang. Sebagai kakak, pak Gub bisa membantu backup," kata Budi.
Budi menjelaskan, ada beberapa yang harus dibenahi di Kudus. Di antaranya beban nakes dan rumah sakit dalam menghadapi lonjakan kasus.
Ia meminta pasien COVID-19 namun tanpa gejala (OTG) hanya perlu diisolasi terpusat. Tidak harus dirawat di rumah sakit. Artinya, Pemkab Kudus harus menyiapkan tempat isolasi khusus bagi pasien OTG.
Suasana di Kota Kudus ketika imbauan agar pada 5-6 Juni di rumah saja. Foto: Indra Subagja/kumparan
Selain itu, ia juga meminta Kudus untuk mempercepat testing dan tracing. Mobil PCR dari Yogyakarta juga sudah dikirimkan ke lokasi itu.
ADVERTISEMENT
"Saya juga sudah kirim 50.000 vaksin ke Kudus dan daerah penyangga sekitarnya juga akan kami tambah jatah vaksinnya. Dengan cara-cara ini, insyaallah bisa dikendalikan," kata dia.
Budi juga memberikan solusi terkait adanya 358 nakes di Kudus yang terpapar COVID-19. Menurut dia, dengan kondisi itu, sudah seharusnya pemerintah Kudus mengurangi beban kerja para nakes yang masih sehat.
"Saya minta yang pertama tekanan di rumah sakit dan tenaga kesehatan dikurangi. Saya minta tolong kalau pasien yang berat-berat dikirim ke Semarang saja," ujar Budi.
Selain itu, Budi juga meminta agar tenaga kesehatan yang bertugas diberikan tempat tinggal sementara yang terpusat.
"Karena banyak sekali nakes yang terpapar maka saya minta yang dijaga justru waktu di keluarganya bukan di rumah sakitnya. Kalau perlu di-asramakan saja nakesnya, agar mereka tidak tertular saat pulang," tutup Budi.
ADVERTISEMENT
****
Saksikan video menarik berikut ini:
ADVERTISEMENT