Kutip Riset ITB, BNPB Ingatkan Potensi Gempa Besar dan Tsunami di Selatan Jawa

15 Oktober 2020 11:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BNPB Doni Monardo di Sulawesi Utara. Foto: Satgas COVID-19
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BNPB Doni Monardo di Sulawesi Utara. Foto: Satgas COVID-19
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala BNPB Doni Monardo menyebut letak geografis Indonesia berpotensi tinggi terhadap munculnya bencana alam. Hal tersebut, kata Doni, diungkapkan atas data sejumlah penelitian dari World Bank hingga ITB.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, semua wilayah di Indonesia memiliki ancaman bencana berupa tsunami dan gempa. Apalagi, dengan adanya pergeseran lempeng-lempeng aktif.
"RI berdasarkan data World Bank termasuk 1 dari 35 negara yang punya risiko ancaman bencana tertinggi, kita tahu kita punya 500-an gunung api," kata Doni usai menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Jokowi, Kamis (15/10).
"Hampir 300 akar lempeng di hampir semua wilayah kecuali Kalimantan, sebagian di Indonesia bagian timur, pertemuan 3 lempeng yang berpotensi terjadi gempa dan tsunami," lanjutnya.
Ilustrasi gempa di selatan Jawa. Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan
Doni kemudian merujuk pada hasil riset dan penelitan dari ITB yang menyebut ada kemungkinan terjadinya pergeseran lempeng di selatan Jawa sehingga memungkinkan terjadinya gempa besar yang diikuti tsunami.
"Sebagaimana hasil riset tim ITB bersama sejumlah pakar yang melakukan riset di selatan Jabar, Banten, Jateng, dan Jatim ada potensi terjadinya pergeseran lempeng yang dapat mengakibatkan gempa yang cukup besar dan bisa diikuti oleh tsunami," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, Guru Besar bidang Seismologi di ITB, Sri Widiyantoro, mengungkap hasil riset terkait adanya wilayah minim gempa atau seismic gap di laut selatan Jawa.
Seismic gap adalah bagian dari sesar yang pernah menghasilkan gempa bumi di masa lalu. Wilayah seismic gap ini berpotensi melepaskan gempa dengan magnitudo yang lebih besar ketika ia aktif kembali.
Widiyantoro bilang, tidak adanya gempa besar dengan magnitudo 8 atau lebih dalam beberapa ratus tahun terakhir mengindikasikan ancaman gempa tsunamigenik dahsyat di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa.
Terkait hal itu, Doni menyebut harus dijadikan pembelajaran untuk menghadapi potensi bencana alam di masa mendatang. Seperti saat tsunami Aceh pada 2004 silam.
ADVERTISEMENT
"Juga lihat tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 setelah penelitian dalam dan luar negeri bahwa gempa Aceh, tsunami Aceh bukan yang pertama, telah terjadi berkali-kali ribuan tahun lalu. Momentum ini kita manfaatkan sebagai study case," lanjutnya.
Ilustrasi gempa Foto: kumparan/Nunki Pangaribuan
Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana itu, Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) di Bali pada Mei 2022, selama 5 hari berturut-turut. Wilayah Nusa Dua akan menjadi lokasi utama penyelenggaran forum dua tahun sekali ini.
GPDRR merupkan forum berkumpulnya negara-negara untuk membahas pengurangan risiko bencana dalam skala yang benar-benar global. Forum itu akan dihadiri 193 negara termasuk negara yang memiliki ancaman bencana alam yang sama dengan Indonesia seperti negara-negara di kawasan pasifik.
ADVERTISEMENT
----------------------------------
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona