Lab Eijkman Laporkan Data Positif dan Negatif Corona, Tak Ada Kendala

18 Februari 2021 15:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (8/2). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (8/2). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menkes Budi Gunadi Sadikin membeberkan salah satu faktor yang diduga membuat positivity rate corona tetap naik meski laporan kasus harian menurun. Yang ramai dibahas adalah soal adanya lab PCR yang hanya melaporkan kasus positif tiap hari ke otoritas kesehatan, tanpa melaporkan kasus negatif.
ADVERTISEMENT
"Sesudah kami cek karena jumlah datanya demikian banyak dan user interface [aplikasi pelaporan] masih rumit. Itu mengakibatkan banyak lab masukin data yang positif sehingga yang negatif tidak dimasukkan. Karena mereka pikir data positif yang lebih penting agar bisa diisolasi," kata Budi dalam jumpa pers virtual yang ditayangkan Youtube Kemenkes, Rabu (17/2).
Lalu, bagaimana kondisi di lapangan?
kumparan mencoba mengulik soal ini ke salah satu lab di Jakarta, yakni lab milik LBM Eijkman. Yang kita tahu, sejauh ini pelaporan kasus di Jakarta termasuk baik.
Kepala LBM Eijkman Prof Amin Soebandrio menjelaskan, sejauh ini lab Eijkman bekerja sesuai standar dan minim kendala. Mereka juga melaporkan semua kasus yang disampaikan berbagai rumah sakit ke pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Kalau kami laporkan semuanya, jadi misalnya siang hari terima sekitar 300-400-an sampel, kita laporkan semua yang negatif atau yang positif. Itu semua dilaporkan," kata Amin saat berbincang dengan kumparan, Kamis (18/2).
Gedung LBM Eijkman. Foto: Facebook/Eijkman Institute
Amin menambahkan, kapasitas lab Eijkman adalah memeriksa 800 sampel per hari. Awalnya hanya melayani rumah sakit (RS) di Jakarta Barat, tapi kini untuk seluruh DKI, bahkan untuk luar kota.
Ia bercerita, di awal masa pandemi bulan Maret 2020, memang sempat ada masalah saat pelaporan data. Sebab, belum ada pelaporan melalui aplikasi seperti saat ini.
"Kalau pada awalnya memang masalah, yang jadi problem Eijkman adalah masalah administrasinya. mengelola data ratusan setiap harinya, kan. Awal-awal kami terima laporan dalam bentuk kertas formulir aja dan itu harus dimasukkan lagi ke komputer," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini yang kemudian membuat beberapa kali ada kesalahan dalam pelaporan. "Ada kesalahan nama, kesalahan umur, alamat, dan sebagainya," tutur dia.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio. Foto: Youtube/@DPMPTSP DKI Jakarta
Perbaikan pun dilakukan. Beberapa bulan kemudian Kemenkes menyediakan aplikasi khusus untuk pelaporan seluruh lab di Indonesia.
"Oleh Balitbangkes Kemenkes disediakan aplikasinya. Jadi sekarang ini sampel yang dikirim ke Eijkman sudah diisi di komputer. Kami hanya terima dari rumah sakit, kalau mereka belum isi form di komputer kita enggak terima," jelas Amin.
Saat ini petugas administrasi di Lab Eijkman lebih sederhana dalam mengerjakan tugasnya sehari-hari. Jadi diyakini tidak akan menjadi persoalan yang mengakibatkan positivity rate naik, padahal kasus turun.
Peneliti perempuan di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang meneliti DNA COVID-19. Foto: L'Oreal Indonesia dan Eijkman