Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pemkot Surabaya kembali menolak kapal pesiar yang akan bersandar di Kota Pahlawan karena khawatir virus corona . Kapal itu adalah MV Columbus yang rencananya bersandar di Surabaya pada Kamis (12/3).
ADVERTISEMENT
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Surabaya , Ikhsan, mengatakan, keputusan itu diambil atas masukan dan saran dari warga untuk mencegah penyebaran virus corona atau COVID-19.
“Jadi warga sudah mulai resah karena rencana kedatangan kapal pesiar ini, sehingga kami memutuskan untuk tidak menerima kunjungan kapal pesiar ini,” kata Ikhsan, dalam siaran pers yang diterima, Rabu (11/3).
Ikhsan menjelaskan, keputusan itu sudah diambil melalui rapat koordinasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam penerimaan kapal pesiar, termasuk pihak Syahbandar, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Imigrasi, Bea Cukai, PT Pelindo dan berbagai pihak yang terlibat dalam penerimaan kapal pesiar itu.
“Hasil dari rapat itu, Pemkot Surabaya menunda sementara (menolak) kunjungan wisata penumpang maupun kru kapal pesiar di wilayah Kota Surabaya,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, pihak perusahaan Ship Agent Buana Lintas Lautan Line Surabaya sebagai perwakilan dari general agent ISS Malindo & Tour Operator Intercruises diminta berkoordinasi dengan kapal MV Columbus untuk tidak masuk ke Kota Surabaya pada 12 Maret 2020.
“Jadi intinya, kami tetap menolak kedatangan kapal pesiar ini. Dan penolakan ini bukan yang pertama, sebelumnya juga sudah pernah dan ini berlaku bagi semua kapal pesiar,” tegas Ikhsan.
Setelah keputusan itu, Ikhsan menyebut, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga akan mengirim surat penundaan kunjungan kapal pesiar itu.
Surat itu akan dikirimkan kepada Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak, Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak, CEO Regional Jawa Timur PT Pelabuhan Indonesia III (Persero).
ADVERTISEMENT
“Dalam surat tersebut, sebenarnya Pemkot Surabaya mengapresiasi rencana kedatangan kapal pesiar itu untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Kota Surabaya. Namun, karena memperhatikan masukan dan saran dari berbagai elemen masyarakat dan untuk melindungi warga, maka untuk sementara waktu pemkot tidak dapat menerima kunjungan kapal pesiar tersebut,” ungkapnya.
Ikhsan mengungkapkan, sebenarnya Risma sangat antusias rencana kedatangan kapal pesiar itu. Bahkan, biasanya Risma memerintahkan kepada jajarannya untuk menyiapkan transportasi wisatawan saat keliling di Kota Surabaya.
“Sebenarnya, kami juga sudah menyiapkan berbagai acara internasional yang biasa mengundang tamu-tamu dari luar negeri, tapi semua itu dibatalkan dulu karena khawatir terhadap virus COVID-19 ini,” katanya.
Ikhsan menjelaskan, tak hanya pembatalan kunjungan wisatawan asing dari kapal pesiar, kunjungan kementerian dari salah satu negara ke Surabaya ikut dibatalkan lantaran khawatir penyebaran virus corona. Selain itu, kunjungan kerja Risma ke luar negeri pun dibatalkan akibat wabah virus corona di berbagai negara.
ADVERTISEMENT
“Semua pembatalan itu dilakukan sebagai wujud antisipasi. Sebab, apabila satu aja jebol, akan membuat ke khawatiran kepada semua masyarakat di sekitarnya. Semoga Surabaya selamat dari virus ini,” pungkasnya.
Sebelumnya, Pemkot Surabaya menolak kapal pesiar Viking Sun untuk bersandar. Penolakan itu dilakukan menyusul semakin maraknya penyebaran virus corona di seluruh penjuru dunia.
Penyebaran virus corona telah menyebabkan operasional kapal pesiar menjadi terganggu setelah adanya kasus penyebaran virus corona di kapal pesiar Diamond Princess, World Dream, dan Westerdam. Seluruh WNI yang menjadi awak kapal pesiar telah dievakuasi di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu.
Penyebaran virus corona di dunia terus meluas, meski penyebaran virus asal Kota Wuhan itu menurun di China daratan. Saat ini, sudah 108 negara yang melaporkan kasus virus corona dengan total pasien mencapai lebih dari 119 ribu orang. Termasuk 27 pasien yang berada di Indonesia.