Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Sejumlah umat Islam di Bali mulai melakukan ziarah untuk menyambut Ramadhan. Di wilayah Kota Denpasar, hanya ada dua Tempat Pemakaman Umum (TPU) khusus bagi umat Islam.
ADVERTISEMENT
Pertama berada di Jalan Raya Pendidikan, Sidakarya, Denpasar Selatan. Ke dua berada di Jalan Maruti Nomor 13, Pemecutan Kaja, Denpasar Utara.
kumparan mengunjungi TPU Wanasari yang berada di Jalan Maruti Nomor 13, Denpasar Utara. TPU ini dikelola oleh Yayasan Pemakaman Muslim Wanasari Maruti 13. Sekitar 200 meter dari TPU ini, terdapat sebuah Kampung Jawa, yang merupakan pusat komunitas umat Islam di Denpasar.
Pantauan kumparan di TPU Wanasari, sejak pukul 15.00 WITA, sejumlah umat mulai memasuki TPU. Tampak mereka mulai melakukan prosesi ziarah. Mulai dari orang tua hingga anak-anak tampak membawa bunga untuk keluarga yang telah tiada.
Di TPU yang memiliki luas 0,32 ha ini juga tampak nisan berjejer dengan sempit. Di bawah pohon-pohon yang cukup rindang, ukuran kuburan dan nisan juga lebih kecil. Dalam satu nisan juga tampak diisi beberapa nama jenazah.
ADVERTISEMENT
Rupanya, berdasarkan keterangan Bendahara Umum Yayasan Pemakaman Muslim Maruti, Misbahul Munir (38), nisan ini terlihat berjejer mepet karena dalam satu liang kuburan diisi tiga hingga lima jenazah. Ini dilakukan untuk mensiasati keterbatasan lahan. Sebab, sebagian besar jenazah umat Islam di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung dimakamkan di TPU ini.
"Ini memang kami tidak memungkiri selaku pengurus yayasan bahwa di satu lubang makam itu sampai ada sekitar 3 sampai 5 kerangka menumpuk mayat di situ. Biasanya satu keluarga minta dimakamkan dengan satu keluarga untuk lebih gampang ketika ziarah itu satu lokasi itu saja," kata dia kepada wartawan.
Mishabul tidak mengetahui secara pasti kapan cara penguburan dengan cara penumpukan ini dilakukan. Namun, nisan umat muslim pertama kali ditemukan di TPU itu sejak tahun 1811. Ia memprediksi cara ini mulai dilakukan sejak tahun 1828.
ADVERTISEMENT
Mishabul menjelaskan, sebenarnya secara agama, satu liang diisi dengan satu jenazah. Namun karena situasi yang darurat atau tidak memungkinkan, hal ini dimaklumkan.
"Ini kan karena memang situasinya. Kita beda seperti di Jawa. Kalau di Jawa luas lahan pemakaman. Kalau di sini lahannya terbatas dan pembebasan lahan sangat mahal. Kami berusaha untuk memaksimalkan agar bagaimana caranya bisa menampung jenazah umat Islam di sini," kata dia.
Syarat pemakaman juga tidak ribet. Pertama, pihak keluarga harus memutuskan untuk mengubur jenazah di Denpasar atau di kampung halaman. Bila di Denpasar, keluarga membayar biaya keanggotaan sebesar Rp 750 ribu. Lalu, setiap bulan wajib membayar biaya operasional sebesar Rp 2.000.
"Selama sering ziarah nisan akan tetap ada dan kami rawat, " kata dia.
ADVERTISEMENT
Bila dilakukan pemindahan atau membongkar kubur juga diizinkan. Syaratnya, cukup dengan menghubungi pihak pengelola TPU. Lalu, pihak TPU akan mengeluarkan surat pengantar dari pengelola.
Mishabul mengatakan, sejak Agustus 2016 lalu, pihak TPU juga telah berencana untuk melakukan perluasan lahan. Ia berharap di akhir tahun 2019 rencana ini dapat terealisasikan. Pasalnya, masih ada 2 Kepala Keluarga (KK) yang berdiri di atas lahan calon TPU. Hingga saat ini, proses negosiasi masih diupayakan.
"Tahun 2016 bulan Agustus kami selaku pengurus pemakaman membentuk panitia perluasan lahan pemakaman. kami mencari dana Rp 5,6 miliar untuk membebaskan lahan seluas 12,75 are. sebelah timur pemakaman ini, " kata dia.
Rencananya, kuburan baru ini akan mengikuti makam WNI di Mekkah. Di mana, setelah menjadi tulang-belulang, tengkorak akan dikumpulkan dan dikubur pada satu tempat.
ADVERTISEMENT
Di tempat yang sama, seorang peziarah bernama Tanjung (32) mengaku pasrah dengan keadaan ini. Perempuan asal Pati ini cukup bersyukur bayinya yang meninggal di usia 9 bulan beberapa waktu lalu masih memiliki tempat.
"Cuma perantau ya cuma bisa menerima karena tempatnya juga dikit untuk Islam," kata dia.
Ia mengaku, awalnya cukup kaget mendengar jenazah anak nomor duanya itu akan ditumpuk dengan jenazah lain. Namun, ia masih berharap, bila perluasan TPU jadi dilakukan, jenazah bayi itu bisa dipindahkan.
"Kan kita berharap yang terbaik saja, " kata dia.