Langkah Jitu Asian Agri Terapkan Ekonomi Sirkular untuk Kurangi Limbah Organik

26 November 2024 11:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susaini, pekerja kebun yang sedang memindahkan janjangan kosong ke sela-sela pokok sawit. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Susaini, pekerja kebun yang sedang memindahkan janjangan kosong ke sela-sela pokok sawit. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Produksi minyak kelapa sawit oleh Asian Agri–perusahaan perkebunan dan pemrosesan kelapa sawit nasional–tak lepas dari pengelolaan yang berkelanjutan. Sejalan dengan komitmen tersebut, prinsip ekonomi sirkular (circular economy) terus diterapkan, mulai dari proses penanaman pohon, proses panen, proses pengolahan minyak di Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS), hingga proses pengelolaan limbah yang dihasilkan menjadi lebih tepat guna.
Seluruh proses ini pun bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai tambah. Selain jadi minyak goreng dan aneka lemak, bagian-bagian lainnya dari buah sawit seperti serat buah, janjangan, hingga cangkang inti buah sawit juga bisa dimanfaatkan.
Jauh sebelum diolah menjadi produk turunan, buah sawit yang masuk ke PMKS Asian Agri akan disortir dan di-grading untuk kualitasnya sebelum diproses lebih lanjut. Tandan Buah Segar (TBS) lalu masuk ke tahap perebusan sehingga berondolan rontok dari janjangannya. Proses ini penting agar proses selanjutnya, yakni pengepresan untuk mengeluarkan partikel minyak, lebih mudah.
Janjangan kosong baru tiba dari pabrik untuk dijadikan pupuk di kebun sawit. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Buah sawit yang sudah direbus akan dipres untuk menghasilkan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari daging buahnya (mesocarp). Selanjutnya, CPO masuk ke proses klarifikasi untuk memisahkan minyak dari residu.
Serat atau mesocarp fiber yang diperoleh dari sisa proses tadi dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler. Manajer Mill Asian Agri Leonardo Madona mengatakan, uap dari boiler tersebut digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit tenaga listrik yang dapat memenuhi segala kebutuhan listrik bukan hanya untuk pabrik, malah untuk penggunaan domestik di perumahan karyawan. Setelah lewat dari turbin, uap itu digunakan untuk proses perebusan TBS di steriliser.
Nah, janjangan kosong (jangkos) tadinya hanya limbah yang tidak ada harganya dan sering dibuang begitu saja. Asian Agri kemudian berinisiatif untuk memanfaatkan kandungan organik dan jus sisa perebusan tadi yang menempel pada jangkos. Minyak tersebut–setelah dipisahkan dari jangkos–bisa diolah menjadi bioavtur dan biodiesel. Jangkos kemudian dibawa ke kebun sebagai media pupuk alami yang ditaruh di sekitar piringan pohon sawit.
Asian Agri menggunakan POME, yakni limbah sawit, sebagai bahan baku biogas. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Menariknya, limbah yang disebut Palm Oil Mill Effluent (POME) itu tak lantas langsung dibuang, melainkan diolah menjadi bahan baku biogas untuk pembangkit listrik tenaga gas bagi operasional pabrik dan Kernel Crushing Plant (KCP).
“Bahan organik dan air tadi, kan, kita dapat dari proses perebusan, itu mengandung nutrisi atau zat-zat organik yang bisa kita olah dengan proses fermentasi. Kita masukkan ke reaktor, terus kita suntikkan bakteri termofilik,” jelas Leonardo.
Dia menjelaskan, proses ini mirip seperti pada pembuatan tape. Gas metana yang terbentuk lalu akan menggerakkan generator sehingga menghasilkan listrik.
Penggunaan biogas tersebut membuat operasional pabrik Asian Agri tak bergantung pada batu bara atau solar. Dari pembangkit inilah listrik yang dihasilkan lebih ramah lingkungan. Head of Commercial Mill Business Asian Agri, Mark Lim, mengatakan ini merupakan langkah Asian Agri menerapkan prinsip berkelanjutan untuk mengurangi emisi Greenhouse Gas (GHG).
“Tidak ada fossil fuel (bahan bakar fosil) seperti solar atau batu bara, ya. PMKS kami self-sustaining, itu yang kita bilang sebagian dari circular economy,” ujarnya kepada kumparan.
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas milik Asian Agri. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
“Di dalam itu (POME) ada nutrisi, kita kirim ke kebun untuk diserap oleh pokok (pohon sawit) supaya jadi makanan pokok itu,” ujarnya.
Jadi, bisa dikatakan, hampir keseluruhan proses ini tak ada limbah yang terbuang. Bahkan, cangkang inti sawit atau palm kernel shell (PKE) yang tadinya hanya dipakai sebagai penambal jalan di perkebunan saat becek, kini diekspor ke Jepang sebagai bahan bakar bio-massa untuk pembangkit tenaga listrik. Penggunaan cangkang dapat menggantikan ketergantungan pada batu bara. Ampas inti sawit (PKE) juga bisa bermanfaat sebagai bahan pakan ternak.
Semua ini merupakan cara Asian Agri mewujudkan ekonomi sirkular yang sejalan dengan komitmen mereka mewujudkan perusahaan kelapa sawit yang berkelanjutan, bertanggung jawab, dan ramah lingkungan. Perusahaan ke depannya berencana menjual biogas yang dihasilkan, namun perlu persiapan lebih lanjut.
“Itulah yang akan kita eksplorasi ke depannya. Kalau ada business case-nya, sudah pasti kita akan jual biasanya,” pungkas Mark.