LAPAN soal Suara Ledakan di Buleleng: Tak Punya Alat Pendeteksi Meteor di Bali

24 Januari 2021 18:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaludin. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaludin. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan.
ADVERTISEMENT
Suara ledakan dilaporkan terjadi di Buleleng, Bali, pada Minggu (24/1). Fenomena yang terjadi pada 10.27 WITA itu sempat terdeteksi oleh sistem BMKG. Meski begitu, BMKG melaporkan hal itu bukan gempa bumi.
ADVERTISEMENT
"LAPAN tidak mempunyai alat pendeteksi meteor di dekat Bali," ujar Kepala LAPAN Thomas Djamaludin kepada kumparan, Minggu (24/1).
Meski begitu, Thomas menyebut, kalau memang ada saksi yang melihat bola api meluncur disertai ledakan, kemungkinan suara itu disebabkan oleh meteor atau asteroid yang masuk ke atmosfer bumi.
"Kalau benar ada saksi yang melihat bola api yang meluncur disertai ledakan, mungkin itu meteor besar atau asteroid yang memasuki atmosfer yang menyebabkan ledakan akibat gelombang kejut asteroid," tambah Thomas.
Sebelumnya, Kasubag Humas Polres Buleleng Iptu Gede Sumarjaya mengatakan ada benda yang jatuh dari langit sebelum terdengar suara ledakan.
"Hasil penyelidikan dan informasi yang diperoleh dari beberapa tempat di Buleleng seperti Desa Pengastulan dan Dencarik bahwa suara ledakan tersebut terdengar setelah adanya semacam benda yang bersinar dari langit di arah barat laut Buleleng yang jatuh,” ujar Iptu Gede kepada kumparan, Minggu (24/1).
ADVERTISEMENT
Ledakan tersebut terekam dalam data seismogram Pusat Gempa Regional (PGR) BMKG Wilayah III Denpasar. Sinyal anomali itu berdurasi 20 detik.
“Durasinya 20 detik, kalau besarannya kami cek kira-kira skala 1,1 magnitudo," kata observer PGR BMKG Wilayah III Denpasar Indira kepada wartawan, Minggu (24/1).
Ia memastikan suara ledakan itu bukan gempa. Sebab, sinyal itu hanya tercatat di BMKG di Singaraja. Sementara itu, di BMKG Kintamani, yang dekat dengan Buleleng, sinyal itu tak terdeteksi.
"Memang ada anomali sinyal. Namun sinyal ini bukan seismik gempa bumi karena tak tercatat oleh beberapa sensor di sekitarnya, hanya sensor Singaraja saja," ujarnya.