Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2

ADVERTISEMENT
Lembaga Bantuan Hukum (LBH ) Jakarta mendapat laporan sebanyak 29 WNI menjadi korban perdagangan manusia antarnegara. Modus perdagangan manusia ini adalah dengan menikahi korban. Laporan itu diterima sejak 2016 hingga 2019.
ADVERTISEMENT
“Korban terbanyak memang dikirim ke Tiongkok. Mereka perempuan dari keluarga yang terdesak ekonomi, lalu dimanfaatkan untuk ditawari hidup mewah bila mau menikah dan dibawa ke Tiongkok,” kata Okky di LBH Jakarta, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Minggu (23/6).
Setelah pernikahan dilakukan di Indonesia, kata Okky, para korban dibawa ke China. Nahasnya, para korban bukannya mendapat hidup mewah, melainkan disuruh kerja dan mendapat perlakuan kasar dari suami dan mertuanya.
“Tapi dia di sana (China) dia bekerja dari jam 6 pagi sampai 6 sore. Akibatnya, karena beratnya pekerjaan ini dia menolak hubungan seks, dia pun dipukul,” ujar Okky.
ADVERTISEMENT
Okky menyatakan kasus ini terungkap setelah adanya korban yang melapor ke Serikat Pekerja-Buruh Indonesia (SPBI). Pihaknya pun telah melaporkan agen yang menyalurkan para perempuan itu ke polisi, namun hingga saat ini baru 1 pelaku yang ditangkap.
“Ada 1 ditangkap di Jawa Barat, atas mama Cece Vivi,” tutupnya.