Lestarikan Kekayaan Budaya, Pemkab Dharmasraya Renovasi 80 Rumah Adat

17 Februari 2020 14:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Rumah Gadang Foto: dok. Pemkab Dharmasraya
zoom-in-whitePerbesar
com-Rumah Gadang Foto: dok. Pemkab Dharmasraya
ADVERTISEMENT
Sebagai ikon Provinsi Sumatera Barat, rumah gadang adalah daya tarik tersendiri. Selain menjadi tempat tinggal bagi masyarakat Minangkabau, rumah gadang mampu menyedot perhatian wisatawan dalam negeri juga mancanegara.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan wisatawan tertarik untuk memandang arsitektur bangunan ini, bangunan yang sangat cantik dengan ragam ukiran di dindingnya. Karenanya, pemerintahan kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, berencana merenovasi seluruh rumah adat Minangkabau — rumah gadang yang ada di Dharmasraya — untuk mengembalikan fungsi rumah gadang sebagai pusat kegiatan adat dan menjadikan adat sebagai kontrol sosial, seperti dulu kala.
Program renovasi ini sudah berjalan sejak tahun 2019. Sampai tahun 2020, sebanyak 80 unit rumah gadang direnovasi Pemkab Dharmasraya dengan anggaran Rp 50 juta per unit.
Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan mengatakan, rumah gadang itu tidak hanya simbol, tapi juga pusat kegiatan adat dalam menentukan keberlangsungan kehidupan sosial budaya masyarakat. Dulu, rumah gadang tempat untuk musyawarah, menuntut ilmu, dan simbol kebesaran suatu kaum.
ADVERTISEMENT
“Nah, sekarang sudah banyak rumah gadang yang rusak, dan bahkan tidak bisa dimanfaatkan lagi. Kalau rumah gadang itu sudah tidak ada, tentu kegiatan-kegiatan yang selama ini seharusnya di rumah gadang ikut memudar,” kata Sutan Riska.
Dana hibah Rp 50 juta dari Pemkab bisa menjadi pemancing bagi kaum untuk mengumpulkan uang dari saku pribadi mereka. Misalnya di Suku Piliang Nagari Tebing Tinggi. Mereka akhirnya tergerak untuk mencari dana tambahan dan berhasil mengumpulkan uang sebanyak Rp 100 juta.
“Dengan adanya dana hibah Pemkab kami semakin semangat untuk bergerak, dan akhirnya bisa menyelesaikan perbaikan rumah gadang kami. Karena bagi kami rumah gadang sangat penting untuk menggelar kegiatan adat,” kata Anas Rasyid, Datuak Paduko Rajo Lelo.
com-Renovasi rumah gadang: sebelum dan sesudah Foto: dok. Pemkab Dharmasraya
Program ini merupakan upaya dalam mewujudkan visi Dharmasraya mandiri dan berbudaya. Sutan Riska khawatir, jika rumah gadang sudah tidak bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya, generasi penerus bangsa ini semakin jauh dari adat dan budaya yang selama ini menjadi dasar kehidupan sosial masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menurut Sutan Riska, kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang semakin terbuka, harus dihadapi dengan mental yang matang.
“Misal, sekarang di media sosial bahkan dalam obrolan di kedai, orang tidak segan-segan lagi menghina fisik, memfitnah, mem-bully, itu dilakukan secara terang-terangan. Itu contoh bahwa ada penyimpangan budaya. Sementara di Minangkabau itu padahal sudah diajarkan seni bertutur yang dikenal dengan Kato Nan Ampek, tata cara berbicara yang menyesuaikan lawan bicara. Itu hanya contoh kecil. Intinya kita ingin mengembalikan fungsi kontrol sosial melalui adat. Adat yang dimaksud sesuai falsafah Minang, Adat Bersendi Syara’,” tambah Sutan Riska.
Untuk merangsang minat masyarakat terhadap adat dan budaya, Pemkab Dharmasraya mendukung dihidupkan kembali “alek nagari” atau kegiatan adat di suatu nagari atau desa seperti pengangkatan petinggi adat. Selain itu, Pemkab Dharmasraya tahun ini juga menggelar Festival Nagari di seluruh kecamatan yang ada di Dharmasraya.
ADVERTISEMENT
“Tidak hanya itu, agar petinggi adat dan agama merasa dihargai dan ikut bertanggung jawab mendidik masyarakat, Pemkab memberikan insentif uang bulanan untuk setiap petinggi adat seperti Niniak Mamak, guru ngaji, dan garin masjid. Dana insentif itu kita ambilkan dari APBD. Sehingga tugas mewujudkan masyarakat madani itu menjadi tugas bersama,” kata Sutan Riska.
Tidak hanya merenovasi Rumah adat, Pemkab juga menganggarkan renovasi masjid.
“Sekarang sedang berjalan pembangunan Islamic Center dengan lahan seluas 6 Ha, InsyaAllah akhir tahun ini selesai. Dan tahun depan di samping Islamic Center, kita akan bangun Rumah Gadang terbesar di dunia, bahkan lebih besar dari Istana Pagaruyung,” lanjutnya.
Sutan Riska juga mengatakan, rumah gadang ini akan menjadi pusat kegiatan adat budaya dari seluruh nagari dan kerajaan yang ada di Dharmasraya. Dharmasraya mempunyai empat kerajaan yang masih hidup sampai hari ini.
ADVERTISEMENT
“Saya ingin kita maju tanpa meninggalkan adat budaya. Harus maju dalam keselarasan,” ujar Sutan Riska, bupati yang juga seorang raja dari Kerajaan Koto Besar ini.