Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Letjen Dudung soal Patung Soeharto Raib: Gatot Nurmantyo Harusnya Tabayyun Dulu
27 September 2021 21:39 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman memberikan tanggapan terhadap polemik raibnya patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan AH Nasution di Museum Kostrad, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Isu raibnya tiga patung itu pertama kali disampaikan oleh eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. Bahkan Gatot menyebut, hilangnya tiga patung itu merupakan tanda PKI sudah masuk ke TNI.
Dudung mengaku kecewa dengan pernyataan Gatot yang menyebut tanda PKI sudah masuk ke TNI. Ia menegaskan sebagai prajurit TNI, dirinya tidak akan pernah melupakan peristiwa G30S.
"Ketika penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan bahwa kami melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S/PKI tahun 1965, itu sama sekali tidak benar," kata Dudung dalam keterangannya, Senin (27/9).
"Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Tiga patung itu dibuat oleh eks Pangkostrad AH Nasution pada periode 2011-2012. Patung itu ditarik karena Nasution merasa berdosa karena bertentangan dengan keyakinan agamanya.
Oleh sebab itu, Dudung mengatakan seharusnya Gatot melakukan klarifikasi terlebih dahulu kepada dirinya sebelum menyampaikan pernyataan itu. Dalam agama Islam sudah dijelaskan ada istilah tabayyun.
"Dalam Islam disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa," tutur dia.
Lebih lanjut, sebagai bukti dirinya tidak melupakan G30S/PKI, eks Pangdam Jaya itu memastikan foto peristiwa serta beberapa barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto saat peristiwa 1965 masih tersimpan dengan baik di museum tersebut.
"Hal ini sebagai pembelajaran agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI dan terbunuhnya pimpinan TNI AD serta Kapten Piere Tendean," tutur Dudung.
ADVERTISEMENT