Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Letjen TNI (Purn) Syarwan Hamid Khawatirkan Banyaknya Pekerja China
20 April 2018 18:32 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Isu tenaga kerja asal China yang masuk Indonesiaa terus bergulir dan menjadi bola panas bagi Presiden Joko Widodo. Terlebih setelah terbitnya Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang TKA yang dianggap mempermudah warga asing bekerja di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mantan Menteri Dalam Negeri era Soeharto Letjen TNI (Purn) Syarwan Hamid mengungkapkan kekhawatirannya dengan dominasi China di Indonesia. Ia mengatakan para pekerja China bisa menjadi ancaman yang nyata.
"Ancaman China ini rill. Fenomena-fenomena investasi China di Republik ini, kemudian jalan tol, pabrik-pabrik, yang karyawannya orang China," kata Syarwan saat dialog Kebangsaan di Resto Raden Bahari, Jakarta Selatan, Jumat (20/4).
Syarwan bercerita ia pernah bertanya kepada juniornya di TNI yang kini menjabat Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan, soal mengapa pemerintah memberikan kesempatan pada buruh China masuk ke Indonesia.
"Saya datang ke Luhut, kenapa Anda membiarkan pintu belakang kita terbuka, dimasuki oleh China. Dia (Luhut) katakan: 'Bang itu kan buruh biasa'. Kalau kamu bicara sama anak kecil, percaya, saya bilang," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
"Saya 15 tahun di intelijen (TNI), 3 kali pendidikan intelijen. Itu mesti (buruh China) orang yang sudah dilatih gerilya, intelijen, expert," imbuhnya.
Syarwan menjelaskan lebih jauh soal ancaman maraknya buruh China. Ia mengaku khawatir buruh China akan memiliki dwi kewarganegaraan, semakin lama di Indonesia pada akhirnya akan menjadi tentara.
"Nanti warga negara China bisa menjadi warga negara Indonesia. Jadi, bayangkan dari waktu ke waktu trennya itu pemerintah itu semakin mempermudah dominasi China. Bagaimana pertama masuk buruhnya, lama lama buruhnya berubah menjadi tentara, diusir kita," papar dia.