Letkol Laut M Arifin Berbagi Pengalaman Tangani WNI yang Pulang dari Wuhan

10 November 2020 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
WNI yang dievakuasi dari Wuhan, Hubei, China melakukan senam bersama prajurit TNI pada hari kesembilan di Hanggar Pangkalan Udara. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
zoom-in-whitePerbesar
WNI yang dievakuasi dari Wuhan, Hubei, China melakukan senam bersama prajurit TNI pada hari kesembilan di Hanggar Pangkalan Udara. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
ADVERTISEMENT
Pandemi yang diakibatkan virus COVID-19 masih belum menunjukkan tanda akan melandai sejak pertama kali muncul di Wuhan, China dan kemudian di Indonesia pada Maret 2020 lalu.
ADVERTISEMENT
Alhasil seluruh upaya dan tenaga harus dikorbankan untuk memaksimalkan proses penanganan pasien yang terdampak pandemi.
Pengalaman dalam masa pandemi turut dialami Komandan lapangan RSDC Wisma atlet, Letkol Laut Muhammad Arifin.
Menangani WNI setibanya dari Wuhan, China di Pulau Natuna, jadi tugas pertama Arifin dan satuannya di masa pandemi sebelum bertugas di RS darurat Wisma Atlet Kemayoran.
Ia tak memungkiri banyak penolakan yang diterima satuannya dari para masyarakat yang enggan menerima WNI asal Wuhan tersebut.
"Satuan kami (ditugaskan) melaksanakan tugas observasi di Pulau Natuna yaitu WNI yang berasal dari Wuhan tentunya namanya pertama kali kita tahu Wuhan itu satu kata yang amat horor ya, begitu tiba di Natuna pun ya kita tidak menyalahkan masyarakat kalau awalnya mereka sempat menolak ya, karena pengetahuannya tentang COVID-19 sendiri mereka masih abu-abu masih belum jelas," cerita Arifin dalam dialog FMB9 yang digelar secara daring, Selasa (10/11).
ADVERTISEMENT
Meski begitu, penolakan tak berbuntut panjang pada pemulangan WNI lainnya dari Wuhan. Menurut Arifin, masyarakat perlahan mulai memahami apa tujuan dari proses isolasi yang dilakukan pemerintah di Natuna.
Isolasi di Natuna rampung, tugas lanjutan kembali menghampiri Arifin dan satuannya. Kerja kemanusiaan di Pulau Sebaru, jadi tugas berikutnya yang harus dijalaninya bersama satuannya.
Beda wilayah beda pula kesulitan yang ditemui. Permasalahan logistik, disebut Arifin jadi permasalahan mendasar yang dialami satuannya saat bertugas di Pulau Sebaru.
Warga Negara Indonesia yang dievakuasi dari Wuhan, melakukan senam bersama prajurit TNI di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
"Satuan kami dipercaya kembali untuk melaksanakan observasi di pulau Sebaru, kita ketahui Pulau Sebaru adalah pulau di gugusan kepulauan seribu sehingga bagaimana menjangkaunya sangat susah sekali sehingga perlu kapal-kapal perang yang waktu itu mendistribusikan logistik termasuk personel kami naik juga dari natuna kemudian ke Pulau Sebaru menggunakan hercules waktu itu ke halim kemudian kita ke Pulau Sebaru," ujar Arifin.
ADVERTISEMENT
Khusus di Sebaru, Arifin selalu mengingatkan kepada satuannya yang ikut bertugas kala itu terkait pentingnya penggunaan APD selama bertugas.
Besarnya potensi penularan terhadap virus yang berasal dari luar negeri yang dibawa oleh para ABK Kapal Diamond Princess kala itu, membuat APD jadi cara pencegahan utama dari ancaman virus.
Tantangan, menurut Arifin, datang pula dari para pasien ABK yang dinilainya jauh lebih sulit untuk dikendalikan ketimbang pasien-pasien yang pernah ia tangani sebelumnya.
Meski tak merinci kesulitan apa yang ia maksud, Arifin memastikan seluruhnya dapat tertangani dengan baik.
"Memakai APD saat pertama kali artinya harus perfect dalam artian harus benar-benar melindungi diri kita waktu bertemu dengan pasien atau anak buah kapal yang kita observasi di Sebaru," beber Arifin.
Foto bersama WNI yang dievakuasi dari Wuhan. Foto: Dok. Duta Besar RI Beijing
"Memang pengalaman kami ABK cenderung lebih susah untuk dikendalikan tetapi itu tantangan tersendiri untuk kami," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Meski tak mudah, demi lancarnya proses penanganan pandemi di tanah air, ia dan satuannya memastikan seluruh pasien dapat tertangani dengan baik. Sesuai dengan instruksi dan perintah awal yang dibebankan pada satuannya.
"Ini merupakan sesuai dengan kepercayaan, kepercayaan adalah suatu kehormatan sesuai kata Komandan Korps Marinir kami Pak Mayor Jenderal TNI suhartono yang menyampaikan kepercayaan adalah suatu kehormatan dan harus dilaksanakan dengan baik," kata Arifin.