Lewat PINTAR Penggerak, Guru Didorong Terus Belajar dan Berlomba Jadi Teladan

6 Juli 2022 9:12 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kemendikbudristek meninjau Program PINTAR Penggerak yang bekerja sama dengan Tanoto Foundation di SD Negeri 019 Tapung, Kampar, Riau, Senin (4/7/2022). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kemendikbudristek meninjau Program PINTAR Penggerak yang bekerja sama dengan Tanoto Foundation di SD Negeri 019 Tapung, Kampar, Riau, Senin (4/7/2022). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
ADVERTISEMENT
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbudristek, Iwan Syahril, meminta para guru untuk berlomba menjadi teladan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan siswa.
ADVERTISEMENT
Ia mengingatkan para guru agar terus mau belajar dan meningkatkan kualitas diri guna mendukung gerakan Merdeka Belajar yang digagas Kemendikbudristek.
Hal ini disampaikan Iwan dalam rangka peninjauan Program Organisasi Penggerak, yakni Program PINTAR Penggerak yang bekerja sama dengan Tanoto Foundation di SD dan SMP, Tapung, Kampar, Riau. Adapun kunjungan ini juga merupakan bagian dari Tanoto Facilitator Gathering (TFG) 2022 yang digelar pada 4-5 Juli.
"Merdeka belajar itu fokus utama kita tiga hal. Murid, murid, murid. Merdeka belajar filosofi dari Ki Hajar Dewantara. Semboyan yang terkenal ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani," kata Iwan di SD Negeri 019 Tapung, Kampar, Riau, Senin (4/7).
"Pendidik hendaklah berlomba jadi teladan. Menjadi guru bukan sekadar pekerjaan, teken kontrak. Dia teladan untuk masyarakat. Bukan sekadar tempat cari nafkah. Ing ngarso sung tulodo. Kita dulu jadi teladan. Kedua, ing madyo mangun karso, semangat, jadi guru harus selalu bangkitkan semangat. Tut wiri handayani, artinya di mana pun kita bikin murid kita mandiri, pribadi merdeka," imbuh dia.
Dirjen Kemendikbudristek Iwan Syahril bersama PJ Bupati Kampar dan Tanoto Foundation meninjau program pintar penggerak di SD dan SMP Kampar, Riau, Senin (4/7/2022). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
Iwan melanjutkan, ilmu akan selalu berkembang sesuai perkembangan zaman agar relevan. Ilmu yang dipakai 10 tahun lalu tentu tak akan sama dengan saat ini.
ADVERTISEMENT
Sebab itu, penting agar para guru selalu mengembangkan diri dalam pembelajaran. Menurutnya, guru pun tak perlu ragu untuk terus belajar, karena memang diperlukan demi kemajuan para siswa.
"Ketika guru ingin beri yang terbaik pada muridnya maka belajar bukan tuntutan tapi kebutuhan. Saya refleksi kenapa saya studi S2, S3, bukan butuh gelar, saya pengin belajar. Saya selalu punya pertanyaan. Seorang guru kalau enggak mau belajar saya bingung," papar Iwan.
"Tadi Mela (seorang siswa) saya tanya, kamu tahu dari mana baca ini itu? TikTok. Jadi saya mutar otak bagaimana manfaatin TikTok, gimana buat generasi sekarang tertarik. Jadi mudah-mudahan Bapak, Ibu, senang belajar. Bagaimana? Temukan tujuan kenapa kita jadi guru. Jika tujuan ditemukan, pekerjaan seberat apa pun akan jadi hal yang senang dilakukan," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Iwan menerangkan, pemerintah pun tak akan menjadi pihak yang merasa paling tahu dan mampu. Pemerintah juga harus bisa belajar dari organisasi seperti Tanoto Foundation, pemda, guru, hingga orang tua murid.
Ia yakin, kerja sama semua pihak dalam mengembangkan diri dapat membuat anak-anak saat ini menjadi generasi unggul.
"Kita harus bergerak sama-sama. Ada program organisasi penggerak, guru penggerak, semua bukan program lepasan. Sekolah penggerak, guru penggerak, kurikulum merdeka semua untuk problem solving. Memecahkan masalah untuk anak-anak kita, SDM unggul," terangnya.
Lebih lanjut, Iwan mengajak para guru-guru lainnya untuk bergabung menjadi guru penggerak dalam Program PINTAR Penggerak. Ia juga mengajak para guru memakai platform Merdeka Mengajar untuk mengembangkan diri dan menerapkan kurikulum Merdeka.
ADVERTISEMENT
"Saya percaya guru-guru kita punya potensi luar biasa. Platform Merdeka Belajar l, semua modul ada di situ, itu platform enggak habis-habis. Kurikulum merdeka lakukanlah sesuai kemampuan Bapak/Ibu. Jangan karena gengsi. Itu tidak menunjukkan kinerja," ujarnya.
"Ibarat belajar Inggris, kita level elementary dikasih advance jungkir balik nanti. Korbannya anak-anak kita. Bahaya. Jadi apa-adanya. Enggak ada pengaruh ke penilaian kerja Bapak/Ibu. Yang penting progresnya bagus. Bukan statusnya," pungkas dia.
Guru Matematika di SMP Negeri 3 Tapung, Sari Dewi. Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
Sementara itu, Guru matematika di SMP Negeri 3 Tapung, Sari Dewi, mengungkapkan sudah 1 tahun menerima pelatihan Tanoto Foundation sebagai fasilitator dalam rangka Program PINTAR Penggerak. Ia mengakui, pelatihan tersebut telah memberikan banyak inspirasi dalam menerapkan metode pendidikan bagi siswa.
Salah satunya, ia terinspirasi membuat permainan ular tangga angka pembulatan dan kuadrat agar para siswa merasa nyaman dan tak takut saat belajar matematika.
ADVERTISEMENT
"Kalau dalam pelatihan saya peserta di MBS (manajemen berbasis sekolah) itu sering mengaplikasikan model belajar seperti apa. Kita disuruh berpikir apa, itu merupakan inspirasi bagi saya. Jadi kalau saya berpikir oh iya ini bisa dibawa ke sini, ini bisa dibawa ke sini. Nah ini sangat membantu sekali," ujar Dewi.
"Yang paling menarik menurut saya tentang pembelajaran karena saya guru. Saya ingin mencari ide-ide terbaru yang bisa merangkul anak. Selama ini ditakuti. Saya ingin anak itu belajar matematika enjoy," tambah dia.

Nadiem Yakin Semua Guru Bisa Jadi Penggerak Merdeka Belajar

Mendikbudristek Nadiem Makarim hadir dalam webinar Tanoto Facilitator Gathering 2022 secara virtual. Ia mengungkap masih banyak anggapan bahwa sekolah penggerak dalam Program Organisasi Penggerak hanya berasal dari sekolah favorit di ibu kota dan sulit diikuti daerah.
ADVERTISEMENT
Namun menurutnya, banyak guru penggerak di daerah seperti di Papua-Riau yang menjadi bukti bahwa gerakan Merdeka Belajar mengedepankan inklusivitas, dalam upaya akselerasi mutu satuan pendidikan dan kompetensi pendidik.
"Ini yang menjadi kunci transformasi sistem pendidikan kita adalah kemauan pendidik untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Untuk itu saya berharap Ibu dan Bapak guru dapat memanfaatkan kesempatan emas yang tersedia saat ini dengan mengikuti program guru penggerak, mendorong kepala sekolah anda untuk mendaftar sekolah penggerak," ujar Nadiem.
Dirjen Kemendikbudristek Iwan Syahril bersama PJ Bupati Kampar dan Tanoto Foundation meninjau program pintar penggerak di SD dan SMP Kampar, Riau, Senin (4/7/2022). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
Nadiem yakin dengan mengimplementasikan kurikulum Merdeka Belajar dan menggunakan platform digital Merdeka Mengajar, maka praktik peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia akan semakin baik.
"Dengan semua upaya tersebut saya yakin akan semakin banyak praktik dan hasil baik yang kita dapat dalam Merdeka Belajar. Mari kita terus menjadi garda depan penggerak pendidikan berkualitas dengan bergotong royong mewujudkan Merdeka Belajar," tandasnya.
ADVERTISEMENT

Jalan Efektif Tingkatkan Kualitas Pendidikan

Dalam kesempatan yang sama, Dewan Pembina Tanoto Foundation Belinda Tanoto menambahkan, peningkatan kualitas tenaga pendidik atau guru merupakan jalan efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Menurut Belinda, berdasarkan evaluasi dampak terhadap program PINTAR, pencapaian siswa di sekolah mitra cenderung stabil, meskipun 2 tahun tidak bertatap muka.
Ia mengungkap pada 2021, 76% guru mitra sudah menerapkan pembelajaran aktif, naik dari 42% pada 2018. Pencapaian siswa yang stabil tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran inovatif bisa mencegah learning loss selama pandemi.
"Karena itu, sejak tahun 2018, Tanoto Foundation mendukung program pemerintah dalam peningkatan kualitas pendidikan melalui Program PINTAR atau Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran,” kata Belinda.
“(76% guru menerapkan pembelajaran aktif, pencapaian siswa stabil) ini bisa tercapai karena kontribusi dan dedikasi para pendidik,” terang dia.
Dirjen Kemendikbudristek Iwan Syahril bersama PJ Bupati Kampar dan Tanoto Foundation meninjau program pintar penggerak di SD dan SMP Kampar, Riau, Senin (4/7/2022). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
CEO Global Tanoto Foundation Satrijo Tanudjojo menambahkan guru tak hanya sebatas mengajarkan mata pelajaran di sekolah. Guru harus mampu melihat masa depan, dan mempersiapkan para anak didiknya menghadapi perubahan-perubahan di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
“Kita harus mempelajari cara-cara baru agar proses belajar mengajar bisa lebih hidup dan mengasyikkan, sehingga membuka keberanian anak-anak didik membuka hal-hal yang baru,” kata Satrijo dalam kesempatan yang sama.
Sejak 2021, Kemendikbudristek bermitra dengan Tanoto Foundation dalam Program PINTAR Penggerak yang hadir di 4 kabupaten yakni Kabupaten Kampar (Riau), Kabupaten Muaro Jambi (Jambi), Kabupaten Tegal (Jawa Tengah) dan Kabupaten Kutai Barat (Kalimantan Timur) untuk melatih dan mendampingi kepala sekolah, guru dan orang tua di 263 SD dan SMP.
Tercatat 65 sekolah di Kampar tergabung dalam Program PINTAR Penggerak, dengan 75 fasilitator yang membantu meningkatkan kualitas pendidikan.
Sesuai mandat Program Organisasi Penggerak, Program PINTAR Penggerak mendemonstrasikan praktik baik dalam pembelajaran, kepemimpinan sekolah dan partisipasi orang tua untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam literasi, numerasi dan sains.
Dirjen Kemendikbudristek Iwan Syahril bersama PJ Bupati Kampar dan Tanoto Foundation meninjau program pintar penggerak di SD dan SMP Kampar, Riau, Senin (4/7/2022). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
Tanoto Facilitator Gathering 2022 pada 4-5 Juli menghadirkan pameran praktik pembelajaran SD dan SMP di Kampar, Riau, hingga menggelar webinar bertajuk 'Berbagi Pengalaman Penerapan Kurikulum Merdeka'
ADVERTISEMENT
Webinar tersebut menghadirkan Mendikbudristek Nadiem Makarim, Dewan Pembina Tanoto Foundation Belinda Tanoto, dan CEO Global Tanoto Foundation Satrijo Tanudjojo. Kemudian diskusi dilaksanakan bersama Dirjen GTK Kemendikbudristek Iwan Syahril dan Guru Besar Universitas Widya Mandala Surabaya Prof Anita Lie.
Ada pula pelatihan terhadap para fasilitator, yakni para guru yang tergabung dalam Program PINTAR Penggerak. Pelatihan ini terdiri dari praktik menulis yang baik, fotografi dan videografi, public speaking, hingga membuat power point.
Ada 960 guru dan kepala sekolah unggul yang menjadi pelatih dan pendamping bagi guru lain dalam Program Organisasi Penggerak.