Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Terik matahari tak menghalangi warga Jakarta untuk berwisata di kawasan Kota Tua , Jakarta Barat. Riuh rendah warga menyemut memasuki kawasan yang dirintis sejak abad-16 ini.
ADVERTISEMENT
Bangunan-bangunan tua tetap bertahan, meski beralih fungsi jadi museum, kedai kopi hingga minimarket jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Revitalisasi Kota Tua jadi kawasan pedestrian juga memikat warga untuk jalan-jalan di kawasan ini, pada H+3 Lebaran .
"Ini baru aja sampai, mau jalan-jalan aja di Kota Tua. Sekarang, kan, bagus, ya, dibangun trotoarnya, enak buat jalan kaki. Ya panas, sih, tapi mumpung liburan," kata Endah, wisatawan yang datang dari Bogor bersama keluarganya, Sabtu (13/4).
Selain gedung-gedung kuno, wisatawan juga memilih menyewa bersepeda berkeliling Kota Tua. Tarifnya Rp 20 ribu untuk dua orang selama 30 menit.
Meriam si Jagur yang legendaris juga jadi daya tarik wisatawan. Meriam Portugis yang direbut VOC pada 1641 jadi objek foto yang unik.
ADVERTISEMENT
Bahkan, pihak keamanan beberapa kali mengingatkan agar warga tak naik ke meriam dengan inkripsi Ex Me Ipsa Renata Sum (Aku Diciptakan Dari Diriku Sendiri) ini.
Lalu ada pula sepotong rel trem yang menyisakan sejarah transportasi publik Jakarta. Rutenya membentang dari kawasan Kota Tua hingga Jatinegara.
"Saya tadi udah ke Museum Bahari, Museum Batik, ini mau ke Museum Fatahilah. Ya sambil ngenalin sejarah ke anak-anak," kata Fahri, wisatawan asal Bekasi.
Museum Fatahilah sendiri merupakan Balai Kota pertama di Jakarta. Dulu, sang Gubernur berkantor di tempat ini, lengkap dengan ruang pengadilan dan penjara-penjara di bawah tanahnya.