Libur Nataru Segera Tiba, Mari Ingat Lagi Dahsyatnya Gelombang Corona Kedua

19 November 2021 10:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara suasana pemakaman khusus COVID-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (15/7/2021). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara suasana pemakaman khusus COVID-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (15/7/2021). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Indonesia telah melalui gelombang kedua kasus COVID-19 yang menyentuh puncak pada 15 Juli 2021 lalu. Pada saat itu, kasus mencapai 56.757 dan yang tertinggi sepanjang pandemi berlangsung.
ADVERTISEMENT
Kini setelah kurang lebih 16 minggu sejak puncak, kasus corona RI telah berangsur menurun. Angka penambahan kasus harian yang dilaporkan pun telah jauh menurun hingga di bawah 500 kasus.
Namun, kondisi ini juga bukan berarti bisa terlepas dari kewaspadaan. Sejumlah daerah kembali melaporkan adanya peningkatan jumlah kasus harian. Apalagi saat ini akan segera menghadapi momen libur Natal dan Tahun Baru (nataru) 2022.
Momen libur panjang selalu identik dengan peningkatan mobilitas yang berujung pada peningkatan kasus. Untuk itu, kumparan merangkum situasi pandemi sampai menimbulkan gelombang kedua Juli lalu.
Kasus corona di Indonesia sebenarnya tak pernah benar-benar rendah—seperti saat ini—sejak melonjak akibat libur Nataru 2021. Pada bulan Maret hingga Mei, kasus harian nasional rata-rata bertambah di kisaran 4 ribu.
ADVERTISEMENT
Momen libur Idul Fitri atau lebaran 2021 pun tiba. Di hari itu, 13 Mei, terdapat 3.448 penambahan kasus harian dan 99 kasus kematian. 15 Mei, dua hari setelahnya, sebanyak 2.384 kasus konfirmasi dan 144 kasus kematian dilaporkan.
Di penghujung Mei hingga awal Juni, kasus terlihat mulai merangkak naik. Jumlah konfirmasi yang dilaporkan menyentuh di atas 5 ribu per hari.
Pada 10 Juni atau tepatnya 4 minggu pascalebaran, Pemprov DKI Jakarta melaporkan adanya 2.008 kasus klaster mudik di 988 keluarga.
Berbagai larangan pemerintah agar tak mudik banyak dilanggar. Mobilitas masyarakat yang mudik dinilai sebagai pemicu lonjakan kasus terjadi.
Namun, munculnya varian baru virus corona B.1617.2 (kemudian dikenal varian Delta) juga turut mempercepat terjadinya lonjakan kasus. Rupanya, varian Delta sudah terdeteksi sejak Mei.
ADVERTISEMENT
Varian ini punya kemampuan reproduksi atau menyebar 6-8 kali lebih dari virus aslinya. Hanya dalam 2 bulan sejak ditemukan, pertumbuhan varian Delta pada 6 Juli tercatat hingga 250%.
Jadi, tingginya mobilitas dan juga munculnya varian baru yang lebih kuat menjadi kombinasi yang menimbulkan gelombang kedua corona pada beberapa bulan lalu ini.