Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Setiap menjelang pemilu, para pasangan calon sibuk membentuk citra diri. Dari menyebar baliho di pinggir jalan, mondar-mandir di layar kaca, hingga memenuhi timeline media sosial dengan sederet informasi positif.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, membentuk citra positif melalui fakta-fakta saja tak cukup. Banyak kampanye negatif hingga kampanye hitam yang kemudian menyerang lawan. Meski belum tentu pembuat kampanye negatif adalah kubu lawan.
Banyaknya kabar hoaks, kampanye negatif, hingga kampanye hitam, membuat para pendukung pasangan calon kerap berseteru di media sosial. Bahkan perseteruan itu terbawa hingga kehidupan sehari-hari dan membuat masyarakat Indonesia terpecah-belah.
Tak jarang selepas pemilu, para warga masih terkotak-kotak karena perbedaan pilihan tersebut. Padahal hubungan antar tokoh yang mereka dukung sudah membaik.
Kondisi ini bukan tanpa pemantik. Terlepas apakah mereka berniat memecah-belah atau tidak, ada pihak-pihak yang sengaja memulai mengembuskan isu untuk ‘digoreng’ hingga menjadi viral dan dibahas berbagai kalangan. Mereka kerap disebut sebagai buzzer .
ADVERTISEMENT
Para buzzer bertugas membuat konten-konten dan menyebarkannya di media sosial melalui berbagai akun asli maupun palsu hingga viral. Mereka juga diberi gaji yang cukup dan cenderung tinggi dibanding UMR.
Meski demikian kerap muncul pergolakan batin dalam diri buzzer. Mereka sadar apa yang mereka lakukan telah membuat warga terpecah-belah.
Simak pengakuan para mantan buzzer selengkapnya dalam konten spesial Lika-Liku Buzzer .